Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rumor gempa megathrust yang dikabarkan terjadi dalam waktu dekat sempat membuat geger warga Jakarta. Kabar tersebut dibantah ilmuwan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hingga saat ini belum ada motede untuk memprediksi gempa secara pasti," kata Nugroho yang juga Kepala Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian Puslit Oseanografi, saat dihubungi, Senin, 5 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sepekan kemarin, masyarakat Jakarta digemparkan oleh broadcast pesan WhatsApp berisi untuk bersiap-siap menghadapi gempa sebesar di atas magnitudo 8 yang akan mengguncang Jakarta dalam waktu dekat. Broadcast tersebut juga menautkan link berita berisi kutipan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Meski brodcast pesan tersebut tidak benar, setidaknya kita wajib tahu seberapa besar ancaman gempa yang disebabkan sesar (patahan) yang naik di zona tumbukan (subduksi) ini. Termasuk dampaknya untuk gedung-gedung tinggi.
Nugroho menjelaskan, gempa mampu menggoyangkan gedung tinggi. "Nah, kalau struktur gedungnya tidak kuat, akan mengalami perubahan. Barulah gedung miring atau bisa langsung ambles," kata dia.
Dia mengatakan, ada fenomena geologi yang disebut likuifaksi yang terjadi saat gempat. Sedimen atau pasir atau tanah dan batuan serta air tanah seperti diaduk-aduk saat gempat. "Dan sifatnya mencairkan," ujar Nugroho. "Kalau fenomena ini terjadi di lahan yang berdiri bangunan, bisa saja gedung tersebut akan ambles."
Lain lagi ceritanya kalau dasarnya adalah batuan pejal. Menurut dia, risiko bangunan roboh sangat kecil jika dasarnya adalah batuan pejal.
Simak artikel menarik lainnya tentang gempa megathrust hanya di kanal Tekno Tempo.co.