Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Inovasi

23 Juli 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pistol-Pistol Eksperimental

INI mungkin kabar bagus buat aparat kepolisian Indonesia. Rekan mereka di Amerika saat ini sedang mengembangkan beberapa model senjata yang bisa melumpuhkan penjahat tanpa harus mematikan. Tujuannya adalah meminimalkan kemungkinan kontak langsung satu lawan satu antara petugas dan tersangka. "Kami punya 58 proyek eksperimen teknologi senjata baru," ujar Letnan Sid Heal dari Los Angeles County Sheriff's Department kepada ABCNews, "tapi semua proyek itu masih dalam penyempurnaan."

Senjata eksperimen itu antara lain semprotan merica untuk sasaran jarak dekat, pistol taser (gelombang elektroda) untuk sasaran 7 meter, dan senapan bola berisi bubuk lada untuk sasaran di atas 7 meter. Pistol taser jenis M-26, yang bisa menembakkan elektroda dan membuat seorang tersangka "membeku" karena sengatan listrik, merupakan peralatan yang cukup potensial sampai saat ini. Senjata ini juga dirancang untuk menghentikan mesin mobil yang sedang mengebut dengan cara memacetkan sistem komputer yang mengaturnya.

Hanya, M-26 berbahaya bagi mereka yang menggunakan alat pacu jantung karena dapat menghentikan alat itu juga. Selain itu, Heal mengungkapkan metode yang dipakai M-26 belum cukup andal. Kadang-kadang dia macet. Walhasil, para insinyur di departemen kepolisian mesti bekerja keras menciptakan alat lain yang lebih andal.

Layar Plastik Pengganti LCD

INDUSTRI elektronik mendapatkan temuan baru, yakni layar monitor berteknologi light-emitting polymer (LEP). Ini merupakan bahan yang diramalkan bakal menggantikan layar kristal cair (LCD), yang dewasa ini banyak dipakai pada peranti elektronik seperti laptop.

Kemunculan LEP dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa LCD punya banyak kelemahan, di antaranya bersifat pasif, kompleks, dan konstruksinya terdiri atas molekul kristal yang berlapis-lapis. Lapisan molekul ini bersifat membelokkan arah sinar menembus lapisan polarisasi, baru kemudian sampai ke mata pemirsa.

Selain itu—karena tak punya sumber sinar sendiri—LCD membutuhkan begitu besar tenaga untuk mendorong sinar melalui kristal. Layar LCD juga harus dilihat langsung dari arah depan (sudut 90 derajat) untuk mendapatkan citra terbagus. Bila bergeser sedikit saja, warna dan citranya juga akan berubah.

"Dibandingkan dengan layar monitor yang ada saat ini, LEP lebih sederhana, lebih murah, dan lebih bagus," ujar Daniel McCaughan, Presiden Cambridge Display Technologies (CDT), kepada ABCNews.

Pada dasarnya, teknologi LEP menggunakan molekul plastik (disebut polimer) yang bercahaya bila dialiri listrik. Layar LEP terdiri atas dua lapis polimer yang di tengahnya disisipi pelat dari kaca atau plastik. Berbeda dengan kristal cair, polimer tidak harus diletakkan pada panel kaca. Dan karena bisa menghasilkan sinar sendiri, LEP tidak harus dilihat dari arah depan langsung. Dari sudut mana pun, ia bisa dilihat tanpa perubahan warna ataupun citra.

Pencium Makhluk Angkasa

KEBERADAAN makhluk angkasa luar masih menjadi kontroversi, antara ada dan tiada. Kalaupun ada, para ilmuwan belum yakin seperti apa bentuknya.

Toh, mereka tak putus asa. Belakangan, seorang ilmuwan bernama Marilyn Fogel, dari Carnegie Institution of Washington, DC, berhasil menciptakan alat pendeteksi kehadiran makhluk angkasa. Peralatan tersebut sekarang disimpan di Laboratorium Geofisika Carnegie Washington, DC.

Pada dasarnya, cara kerja alat ini mirip hidung, membaui aroma suatu benda. Membaui di sini bukan dalam arti sebenarnya, melainkan mendeteksi ukuran sebuah molekul. Ukuran molekul memang bervariasi, ada yang berat dan ada pula yang ringan. Molekul yang ringan misalnya asam amino. Sementara itu, contoh molekul yang berat adalah sejenis protein yang berisi rantai asam amino. Tugas alat pendeteksi yang disebut sebagai spectrometer ini mengisolasi molekul-molekul, lalu mengelompokkannya sesuai dengan berat masing-masing.

Asam amino menjadi faktor penting karena merupakan pembentuk kehidupan, meskipun kehadirannya tidak selalu berarti adanya kehidupan. Protein, sebaliknya, mengindikasikan adanya kombinasi asam amino yang membentuk struktur dasar kehidupan organik. Dengan demikian, kehadiran molekul yang besar dan berat, atau protein, merupakan salah satu jejak adanya kehidupan.

Seandainya spectrometer yang akan diluncurkan ke Planet Mars itu berhasil mendeteksi kehadiran molekul yang berat, bisa disimpulkan bahwa di planet tersebut memang ada, atau pernah ada, kehidupan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum