Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Izinkan Starlink Padahal Sudah Punya Satelit Indonesia Raya, Kominfo: Dua-duanya Kita Berdayakan

Konstelasi satelit Starlink berada di ketinggian lebih rendah daripada Satelit Indonesia Raya atau Satria-1.

28 Mei 2024 | 16.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Satelit Starlink (kiri) dan Satria-1.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menegaskan bahwa izin yang diberikan kepada layanan Starlink tidak akan mengganggu infrastruktur layanan internet yang sudah tersedia lebih dulu di Indonesia. Keterangan ini disampaikan setelah ramai respons dari banyak pihak yang mengklaim kalau Starlink akan mengganggu keberadaan layanan satelit Satria-1 (Satelit Indonesia Raya).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Satria-1 merupakan satelit multifungsi yang dirancang khusus untuk koneksi internet dalam negeri. Satelit ini telah ditempatkan di orbitnya di ketinggian 36 ribu kilometer di atas Bumi pada Juni 2023 lalu. Berbeda dari Starlink yang mengorbit rendah (low earth orbit), Satria-1 disebutkan memiliki orbit geostasioner.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jadi itu kan dua teknologi yang berbeda," kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, Usman Kansong, saat dihubungi pada Selasa, 28 Mei 2024.

Menurut Usman, Satria-1 mampu menjangkau lebih banyak wilayah dengan satu satelit dibandingkan Starlink. Jarak orbit satelit Starlink dari permukaan Bumi yang maksimum 1200 kilometer juga disebutkannya membuat kebutuhan akan pengadaan infrastrukturnya lebih banyak dibandingkan Satria-1. 

"Kalau Starlink ini jangkauannya kan terbatas dan lebih kecil dibanding Satria-1," katanya, "Jadi kalau ingin menjangkau semua kawasan, diperkirakan harus ada ratusan atau bahkan ribuan satelit Starlink mengorbit di atas langit Indonesia."

Membandingkan ketahanan infrastrukturnya, Usman menyebut kalau Starlink hanya mampu bertahan di luar angkasa beberapa tahun saja. Bahkan cenderung lebih pendek dibanding usia Satria-1 yang bisa diperpanjang hingga 25 tahun.

"Jadi Satria-1 itu bisa berada di orbitnya lebih lama. Starlink harus diganti ke satelit yang baru. Jadi ini termasuk perbandingannya," ujar Usman.

Satelit Internet SATRIA-1. Kominfo.go.id

Dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, Usman menambahkan, kedua teknologi satelit itu diharapnya lebih mampu meningkatkan jumlah keterjangkauan jaringan dan layanan publik.  "Dua-duanya kita berdayakan, baik itu Starlink maupun Satria-1."

Data Center Starlink di Indonesia

Adapun keamanan data pengguna Starlink, menurutnya, dijamin lewat hadirnya Network Operation Center. Nantinya seluruh pemantauan arus lalu lintas jaringan akan dimonitor lewat satu server yang berada di Indonesia tersebut.

"Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDB) juga sudah ditetapkan, dan tentunya Starlink harus mematuhi kebijakan ini juga," kata dia.

Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Telekomunikasi Kominfo, Aju Widya Sari, membenarkan NOC untuk Starlink sudah tersedia di Indonesia. Lokasinya berada di Cikarang Barat dan Karawang sebagai gedung data centernya.

"Sudah ada karena sebagai bagian dari persyaratan perizinan sebelum beroperasi," katanya, "Jadi harus sudah lulus uji operasi dan kelayakan dulu, baru bisa dipakai di Indonesia."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus