Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Wilayah Kalimantan Timur tidak bebas dari potensi gempa dan tsunami. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat beberapa riwayat kegempaan dan tsunami di Kalimantan Timur. Wilayah itu disebut-disebut pemerintah sebagai calon ibukota baru pengganti Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebutkan ada catatan sejarah gempa signifikan dan merusak yang pernah terjadi di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Bencana itu terkait dengan aktivitas Sesar Maratua dan Sesar Sangkulirang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gempa dan Tsunami Sangkulirang pernah terjadi 14 Mei 1921. Dampak gempa Sangkulirang dilaporkan menimbulkan kerusakan memiliki skala intensitas VII-VIII MMI. “Artinya banyak bangunan mengalami kerusakan sedang hingga berat,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Jumat, 23 Agustus 2019.
Gempa kuat ini diikuti tsunami yang mengakibatkan kerusakan di sepanjang pantai dan muara sungai di Sangkulirang. Selain itu ada Gempa Tanjung Mangkalihat berkekuatan magnitude 5,7 pada 16 November 1964.
Gempa Kutai Timur berkekuatan magnitude 5,1 pada 4 Juni 1982, lalu Gempa Muarabulan di Kutai Timur ber magnitude 5,1 pada 31 Juli 1983. Berikutnya Gempa Mangkalihat bermagnitude 5,4 pada 16 Juni 2000, Gempa Tanjungredep bermagnitude 5,4 pada 31 Januari 2006, dan Gempa Muaralasan, Berau, bermagnitude 5,3 pada 24 Februari 2007.
Catatan gempa di Kabupaten Paser di antaranya yang terkuat dengan magnitude 6,1 pada 26 Oktober 1957. Lindu terbaru yaitu Gempa Longkali, Paser, pada 19 Mei 2019 bermagnitude 4,1.
Keberadaan pantai timurnya yang berhadapan dengan megathrust Sulawesi Utara berpotensi tsunami. Hasil pemodelan BMKG dengan gempa bermagnitude 8,5 dari zona gempa besar itu menunjukkan status awas. “Tinggi tsunami di pantai timur Kalimantan Timur bisa di atas tiga meter,” kata Daryono.
Mitigasi tsunami menurutnya bisa dengan menata ruang pantai yang aman tsunami seperti membuat hutan pantai. Masyarakat pantai pun perlu memahami konsep evakuasi mandiri. “Gempa kuat di pantai sebagai peringatan dini tsunami,” ujarnya.
ANWAR SISWADI