Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Jangan Pakai Plastik Hitam untuk Daging Kurban, Ini Saran LIPI

LIPI mengimbau agar tidak menggunakan plastik berwarna hitam untuk membungkus daging kurban.

26 Juli 2019 | 16.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang pengurus mesjid menghitung jumlah kantong yang berisikan daging kurban untuk dibagikan di Mesjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (26/10). TEMPO/Dhemas Reviyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonenesia atau LIPI mengingatkan agar tidak menggunakan plastik berwarna hitam untuk membungkus daging kurban. Sementara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyarankan agar kantong kresek pembungkus daging kurban digantikan dengan daun pisang, daun talas, atau besek bambu.

"Tapi menurut saya, himbauan itu kurang feasible, karena harganya akan lebih mahal dibandingkan plastik. Pasti membebani panitia kurban. Jangan juga menggunakan plastik yang berwarna hitam atau gelap, biasanya berasal dari plastik daur ulang," ujar Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Agus Haryono, kepada Tempo melalui WhatsApp, Jumat, 26 Juli 2019.

Ia mengatakan bahwa kantong plastik bukanlah dari jenis plastik food grade, sebaiknya tidak digunakan sebagai pembungkus primer untuk daging kurban. Karena, kata Agus, ada potensi kontaminasi zat lain yang tidak boleh bersentuhan dengan bahan makanan.

Agus juga menyarakan bahwa sebaiknya agar para penerima daging, datang ke lokasi pembagian dengan membawa wadahnya masing-masing dari rumahnya. "Sisanya yang tidak datang, baru dibungkus dengan plastik. Tentu plastik yang telah digunakan jangan sampai dibuang sembarangan," kata Agus.

Agus berujar, gunakanlah plastik yang berwarna transparan, karena plastik ini biasanya adalah plastik original. "Berbahan baku polietilena murni, bukan hasil daur ulang plastik," tuturnya.

Pembicaraan solusi plastik ini berawal dari beredarnya informasi penawaran kantong plastik Oxium ramah lingkungan yang mudah terurai ketika berbaur dengan tanah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kantong plastik itu diklaim mudah terurai ketika sudah berbaur dengan tanah dan berbeda dengan kantong plastik di pasaran yang tidak bisa terurai.

Kantong plastik itu disebut berbahan dasar singkong dan dapat digunakan untuk momentum Hari Raya Kurban. Agus juga menanggapi bahwa informasi itu salah. "(Informasi itu) salah. Plastik Oxium tidak terbuat dari singkong," ujar Agus kepada Tempo melalui pesan pendek, Kamis, 25 Juli 2019.

Menurut Agus, kantong plastik Oxium adalah plastik konvensional yang ditambahkan aditif katalis yang memudahkan fragmentasi material plastik. Agus menjelaskan bahwa belum ada bukti yang meyakinkan bahwa plastik oxium dapat membantu pelestarian lingkungan hidup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yudono Yanuar

Yudono Yanuar

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus