Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Data dari sebuah studi mortalitas memperkirakan 3,3 juta anak di dunia telah kehilangan orang tuanya karena Covid-19. Data berasal dari 21 negara--sayangnya tidak termasuk Indonesia--dari Maret 2020 sampai Oktober 2021. Jika digabung dengan mereka yang kehilangan kakek atau neneknya (usia 60-84 tahun) atau pengasuh, totalnya menjadi 5,2 juta anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, tim ilmuwan di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat yang memimpin studi analisis mengatakan angka itu adalah minimum. Jumlahnya bisa lebih besar lagi karena banyak negara disebut tak memiliki sistem pelaporan kematian Covid-19 yang mapan. WHO, misalnya, memperkirakan jumlah kematian sebab infeksi virus corona di Afrika sebenarnya 10 kali lebih tinggi daripada yang dilaporkan secara resmi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut hasil studi itu, tiga dari empat orang tua yang meninggal dalam pandemi ini adalah para ayah. Anak-anak berusia 10-17 tahun adalah yang paling besar kehilangan orang tuanya sepanjang periode pandemi dalam studi itu, dibandingkan kelompok anak usia 0-4 dan 5-9 tahun. Secara keseluruhan, jumlah anak yang kehilangan orang tuanya tersebut berlipat hampir dua kali lipat dalam enam bulan terakhir periode studi itu.
Seluruhnya dipaparkan dalam jurnal The Lancet Child & Adolescent Health yang terbit 24 Februari 2022. Sebanyak 21 negara asal data yang dianalisis adalah Argentina, Brasil, Kolombia, Peru, Meksiko, Amerika Serikat, Spanyol, Inggris dan Wales, Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Rusia, India, Filipina, Iran, Nigeria, Zimbabwe, Afrika Selatan, Malawi, Kenya.
Di Indonesia, per September 2021, dilaporkan sebanyak 25.430 anak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka akibat Covid-19. Data ini dihimpun melalui pemetaan nasional yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) bersama dengan UNICEF.
NEW SCIENTIST, THE LANCET