Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERSIAPAN Jepang menghadapi Olimpiade 2020 tampaknya sudah paripurna. Selain soal infrastruktur, sesuai dengan karakter mereka yang sangat memperhatikan detail, baru-baru ini perusahaan raksasa telekomunikasi NTT Docomo merilis temuan terbarunya: kacamata pintar penerjemah aksara.
Maklum, Kanji, Hiragana, dan Katakana—abjad Jepang—berbeda dengan huruf Latin. Jadi, perlu upaya khusus untuk memahami huruf, kata, apalagi tulisannya. NTT Docomo sensitif betul dengan persoalan itu, karena masalah ini juga dihadapi penduduk Jepang yang tak menguasai bahasa asing tapi sering bepergian ke luar negeri.
Awal Oktober lalu, Docomo mengumumkan pengembangan temuan peranti pintar ini. Dalam rilisnya yang dilansir news.com, mereka menyatakan telah menciptakan terobosan baru dalam perlengkapan bepergian. Kacamata buatan Docomo nantinya bisa menerjemahkan berbagai jenis huruf yang terpampang, baik dalam bentuk rambu maupun teks yang tertulis dalam buku.
"Teknologi pengenalan huruf ini bisa menerjemahkan bahasa secara instan untuk orang yang bepergian ke luar negeri dan membaca menu restoran dan dokumen lain," kata Docomo dalam pernyataan resminya.
Kacamata pintar Docomo dilengkapi kamera penangkap citra. Lalu ada perangkat lunak yang ditanam dalam gagang kacamata, yang memproses pengenalan aksara. Setelah itu, dalam layar yang juga dilapiskan pada lensa kacamata, hasil terjemahan bakal muncul dengan bahasa yang diinginkan si pemakai. Jadi tak perlu lagi bersusah payah bertanya untuk tulisan-tulisan asing selama pelancong berada di Negeri Sakura, begitu juga sebaliknya.
Kacamata canggih ini membuat semua permukaan rata, tampak seperti layar sentuh, persis monitor komputer untuk browsing Internet. Rencananya, selain fungsi penerjemah, alat ini bakal punya fitur pengenal wajah untuk melihat identitas seseorang.
Docomo belum berani gamblang menceritakan teknis kerja kacamata buatannya. Namun mereka mengakui masih ada beberapa hal yang kurang sempurna. Ukuran serta berat kacamata yang digandoli prosesor jelas jadi kendala. Selain itu, persoalan umur baterai yang bakal banyak terkuras masih dalam pengembangan.
Sebelumnya, pada 2011, perusahaan elektronik Jepang lain, NEC, telah merintis kacamata penerjemah dengan cakupan bahasa dari berbagai negara. Berbeda dengan buatan Docomo, bentuk Tele Scouter—nama produk itu—tidak menggunakan lensa, tapi memakai alat berbasis komputer yang bekerja menerjemahkan bahasa melalui retina pengguna. "Teks yang diterjemahkan secara instan direkam dalam program pengenalan suara (voice recognition) lalu diterjemahkan kembali oleh program translasi secara langsung dan diterima retina sebagai informasi teks secara utuh."
CNet, situs pemerhati teknologi terbaru, mengatakan kacamata buatan Docomo ini bakal jadi pesaing serius produk serupa: kacamata Google dan Tele Scouter buatan NEC.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo