Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Kantongi HKI, Airfeel, Alat Monitoring Cuaca dan Kualitas Udara Karya Mahasiswa Unair

Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (FTMM Unair) berhasil ciptakan inovasi perangkat monitoring cuaca dan kualitas udara

23 Januari 2023 | 11.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (FTMM Unair) berhasil ciptakan inovasi perangkat monitoring cuaca dan kualitas udara dengan sistem internet of things (IoT) bernama Airfeel. Inovasi tersebut berhasil mendapatkan paten HKI (hak kekayaan intelektual) pada 2021 lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prisma Megantoro selaku ketua tim peneliti menuturkan Airfeel merupakan suatu perangkat yang dapat digunakan untuk mengukur kondisi cuaca serta kualitas udara yang dilengkapi dengan berbagai sensor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Airfeel ini bisa digunakan untuk mengukur suhu, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan angin dan curah hujan. Alat ini dilengkapi tujuh sensor udara yang digunakan untuk mengukur polusi, seperti ozon, CO2, CO, hidrogen, metana, dan yang lainnya,” ungkap Prisma dilansir dari laman resmi Unair pada Senin, 23 Januari 2023.

Airfeel juga dilengkapi dengan stasiun lapangan atau field station yang terdiri dari sensor-sensor dan kontroler yang hasil pengukurannya akan diunggah ke internet server serta base station untuk selanjutnya disimpan.

Alat ini terdiri dari empat seri. Seri pertama telah dirancang sejak 2020, sebelum akhirnya mengalami berbagai perkembangan seperti saat ini. “Penelitian ini berawal dari 2020, yang digawangi oleh kami, para dosen pemula dan diketuai oleh saya sendiri,” tutur Prisma.

Seri pertama tersebut kemudian dikembangkan menjadi seri kedua dengan fungsi dan kegunaan yang lebih luas. Pengembangan itu kemudian diikuti dengan pendirian research center di FTMM Unair yang salah satunya berfokus pada visibility pembangkit listrik dengan energi terbarukan di Indonesia. 

Pada 2022, seri ketiga mulai dikembangkan. Dalam pengembangan itu, Airfeel mengalami penambahan sensor untuk mengukur O2, CO2, dan CO. Airfeel seri ketiga itu sukses digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ACHD Unair di Sumenep, Madura.

Sementara itu, versi keempat akan terus dikembangan dengan berbagai penambahan dan pembaruan sistem. “Versi keempat akan dikembangkan lagi secara lebih luas. Nantinya akan dilengkapi dengan versi android dan versi hardware,” kata Prisma.

Dapat Mengukur Potensi Energi Angin dan Surya

Menurut Prisma, mengetahui kondisi cuaca serta kualitas udara sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dari fenomena alam yang terjadi. Seiring dengan semakin tidak menentunya kondisi cuaca serta kualitas udara, khususnya di Surabaya, maka Airfeel menjadi perangkat yang sangat dibutuhkan.

“Pertama tentu saja karena penting untuk mengetahui kondisi kualitas udara di lingkungan kita. Oleh karena itu, percobaan pertama Airfeel waktu itu dilakukan di Unair Kampus C,” kata Prisma.

Selain itu, kata dia, monitoring cuaca dari perangkat Airfeel ini juga penting terutama terkait dengan pengetahuan kondisi cuaca dan perubahan iklim.

Secara luas, alat tersebut dapat digunakan baik oleh akademisi, mahasiswa, masyarakat, maupun industri untuk mengukur kondisi cuaca dan kualitas udara di berbagai lokasi dan dalam berbagai kondisi.

“Jadi, manfaatnya banyak sekali dapat digunakan baik di bidang ilmu instrumentasi, lingkungan, kesehatan, maupun bidang lainnya. Airfeel juga dapat digunakan untuk mengukur potensi energi angin dan energi surya dan jadi pendukung  penelitian untuk bidang ilmu lain yang berkaitan dengan cuaca dan kualitas udara,” papar Prisma.

Meski berhasil ciptakan inovasi tersebut, tentu saja penelitian yang digawangi dosen FTMM UNAIR ini berjalan bukan tanpa tantangan. Pasalnya, FTMM pada saat itu masih menjadi fakultas yang benar-benar baru, sehingga penelitian dilakukan tanpa bantuan mahasiswa. 

Baru pada akhir 2020, penelitian ini dilakukan dengan kolaborasi bersama mahasiswa FTMM sehingga pengembangan dapat lebih luas dan lebih canggih. 

“Akhir 2020 baru ada mahasiswa, lalu dilanjutkan 2021-2022 sehingga alat ini bisa lebih canggih dan pengembangannya lebih luas,” ujar Prisma. 

Ke depan, Prisma berharap, pengembangan Airfeel dapat terus dilanjutkan dengan berbagai penambahan inovasi dan sistem yang lebih canggih. Selain itu, ia juga berharap Airfeel dapat menarik minat industri serta dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas.

“Saya harap, produk ini bisa menarik minat industri dan dapat digunakan sebagai alat-alat pendukung. Kedua, saya harap alat ini bisa digunakan secara meluas di masyarakat dan bisa mengembangkan kehidupan masyarakat seperti untuk keperluan pariwisata maupun lingkungan,” katanya.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus