ADA kabar, mulai Mei nanti, Perumtel akan mengoperasikan KBULI - alias kamar bicara umum langsung internasional. Dirancang sejak awal tahun silam sistem dan perangkat ini banyak menarik minat pengunjung stand PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) pada Pameran Intertelec di arena Pekan Raya Jakarta, pekan lalu. Selama ini, sambungan telepon internasional hanya bisa dilakukan lewat Gedung Jayakarta, Skyline, dan Pelabuhan Udara Halim Perdanakusuma, semuanya di Jakarta, dengan pengelola PT Indosat. Pembicaraan serupa memang bisa juga dilakukan melalui pesawat telepon di rumah pelanggan. Tetapi, prosedurnya tetap harus melalui sentral telepon, yang lalu menghubungkannya ke Indosat. Kelak, mudah-mudahan, prosedur ini bisa dipersingkat. KBULI adalah sistem nondelay service yang menyediakan jalan pintas antara pembicara sambungan telepon internasional. Dalam sistem delay service, yang sekarang berlaku, penelepon sangat tergantung pada operator. Pesawat telepon yang dipakai tidak memiliki dial (roda pilih) dan push button (tombol tekan). Operator membangun hubungan melalui gardu hubungan lokal (LE = local exchange), sambungan jarak auh (TE = trunk exchange), pusat pembagi hubungan internasional (ISC = international switching center), stasiun bumi (ES = earth station), dan satelit (Palapa), sebelum dipancarkan ke negara tujuan. Prosedur ini diulangi secara terbalik, setelah telepon di seberang sana menyahut. Menurut pengalaman, penelepon menunggu rata-rata 15 menit, sebelum kedua nomor disambungkan. Setiap tiga menit, operator menyela pembicaraan untuk mengingatkan lamanya hubungan. Setelah pembicaraan usai, kadang-kadang terjadi pula perdebatan kecil antara penelepon dan operator di sekitar biaya pembicaraan. Soalnya, penelepon sulit meyakinkan diri sendiri perihal lamanya pembicaraan. Dengan KBULI, kerepotan kecil itu diharapkan tidak terulang. Penelepon hanya menghubungi operator untuk menanyakan kamar bicara umum (KBU) mana yang bisa dipakai. Dari KBU itu, ia langsung memutar dial untuk kode sambungan internasional, negara tujuan, wilayah bersangkutan, dan nomor yang dimaksud. Dengan kata iai, penelepon langsung membuka hubungan lewat LE, TE, ISC, ES, Palapa, dan telepon di negara lain. Operator tinggal mempersiapkan rekening. Tidak bakal ada pertengkaran soal tarif. Sebab, selembar layar dan nomor digital langsung mencatat lamanya pembicaraan, tepat di depan mata penelepon. Semua diprogram secara otomatis. Di ruang operator terdapat layar yang langsung berhubungan dengan pesawat di KBU. Alat-alat kontrol berupa layar digital, tombol reset, dan timer yang terdapat di KBU atau di ruang operator dihubungkan secara seri ke sentral telepon. Agar layar digital tetap bekerja, diberi arus tetap dari sebuah power supply. Perangkat KBULI hanya sebuah kotak kayu berukuran 30 cm x 20 cm, tebal 8 cm diletakkan di KBU. Di depan kotak kayu itu ada layar digital 16 angka. Mulai kode 00 sampai nomor pesawat yang dipanggil jumlahnya tidak melebihi 13 angka. "Sesuai dengan standar telekomunikrasi internasional," ujar F.X.. Suratma, direktur pabrik telepon PT Inti. Perusahaannyalah yang merakit KBULI, dengan biaya penelitian yang disediakan PT Indosat. Memurut Suratma, KBULI "bukan jiplakan dari negara maju." Tetapi Mukti Hartono, 24, teknisi PT Inti yang pertama kali merakit sistem itu, mengatakan, "teknologi KBULI bukan barang baru. Saya hanya merakit dari berbagai sistem." Uji coba dilakukan di Bandung, pertengahan bulan lalu. Juga di sentral PRX Gambir, Jakarta. Hasilnya, "alat tersebut sudah bisa dipakai," kata Mukti, lulusan STM Angkasa Bandung, jurusan elektro. Menurut rencana, lima unit KBULI pertama akan dipasang di Halim Perdanakusuma. Menyusul Gedung Jayakarta dan Skyline masing-masing lima unit. Tiap unit melayani lima KBU. Kelima belas unit itu kini sudah diproduksikan PT Inti. "Tingal menunggu lampu hijau dari PT Indosat dan Perumtel, untuk pemasangan," ujar Suratma. Meski demikian, PT Inti sudah memikirkan pengembangan sistem dan perangkat ini kelak. Dikandung niat untuk menambahkan printer, sehingga penelepon bisa langsung mencocokkan biaya pembicaraannya dengan catatan yang dipegang operator dan kasir. "Pengembangan sistem ini mungkin baru dilaksanakan tahun depan," ujar Suratma. Pengembangan lain ialah mendesain KBULI dalam bentuk jinjingan. Kalau berhasil, sistem ini diharapkan membantu anggota delegasi dan para wartawan yang menghadiri sidang atau konperensi lnternasional. Apalagi, menurut Suratma, "pemasangan sistem ini hanya membutuhkan waktu sepuluh menit per unit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini