Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kemarau, listrik remang

H. Abd. Syukur, penduduk desa tanah baru (bogor) menemukan kincir PLTAS (pembangkit listrik tenaga air susukan), mampu menghasilkan listrik 800 watt. (ilt)

20 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUPANYA, meski cuma terletak 7 km di tenggara Bogor, Desa Tanahbaru belum tercapai program listrik masuk desa. Tapi Masjid Jamik di tengah desa dan beberapa rumah penduduk lainnya terang oleh lampu neon. Ini berkat jasa Haji Abdul Syukur, 60 tahun, pedagang singkong di desa itu. Haji yang jebolan Pesantren Ciampea, Bogor, inilah yang memperkenalkan kincir pembangkit listri menggunakan tenaga penggerak air susukan atau parit di Tanahbaru. Secara kelakar, penduduk menggelari kincir itu, PLTAS, singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air Susukan. Sekarang PLTAS milik Haji Syukur mampu menghasilkan listrik 800 watt yang digunakannya untuk menerangi rumahnya, lampu jalan di depan rumahnya, serta penerangan tempat rumah tetangganya. Dengan bantuan Haji Syukur pula, dibangun sebuah PLTAS untuk Masjid Jamik, yang mampu menghasilkan listrik 600 watt. Setiap malam masjid itu benderang di tengah rumah penduduk yang masih remang-remang oleh lampu sentir. Memang PLTAS Haji Syukur itu cepat populer. Belum lama ini pelajar STM Bogor sempat kerja praktek di PLTAS itu. Dan Hotim, 30 tahun, petani desa itu, sudah berhasil meniru PLTAS Haji Syukur, dan menghasilkan listrik 600 watt. Sayang, penduduk lainnya tak sempat membuat PLTAS untuk rumah masing-masing, karena dilarang kepala desa. "Ciraden itu cuma parit. Kalau semua bikin kincir pengairan sawah bisa teranggu kata Haji Sohib, kepala Desa Tanahbaru. Ciraden lebarnya cuma dua meter, tapi parit itu berfungsi mengairi semua sawah di Tanahbaru. Yang dikhawatirkan kepala desa, pada musim kemarau air Ciraden mengecil, dan bisa terjadi rebutan air antara pemilik kincir dan petani sawah. Padahal, kalau saja di situ ada parit lain "semua penduduk bisa membuat kincir itu," ujar Haji Syukur. Sebab biayanya murah. Haji Syukur, misalnya, cuma menghabiskan Rp 200.000. Membikinnya juga tak rumit. "Anak-anak muda di sini pun bisa," ujarnya. Mula-mula, untuk menaikkan permukaan air Ciraden, Haji Syukur membendung parit itu persis di depan rumahnya. Lewat saluran dari papan panjang 2 m, air parit itu kemudian menggerakkan sebuah kincir berdiameter 90 cm. Poros kincir dihubungkan sebuah as dari besi dengan poros sebuah roda berjari-jari 1 m. Roda besar itu, dengan menggunakan ban berjalan, dihubungkan pula dengan roda kecil berjari-jari 25 cm. Ini, menurut Haji Syukur, untuk memperbesar tenaga dan mempercepat putaran yang dihasilkan kincir. Karena itu, poros roda kecil tadi dihubungkannya lagi dengan roda yang besar, berjari-jari 130 cm, dan dengan ban dihubungkannya pula dengan roda yang lebih kecil jari-jarinya, berukuran 10 cm. Roda kecil itu lalu dihubungkan dengan roda lain, dengan menggunakan as pada porosnya. Penentuan besar roda-roda ini hanya dari hasil coba-coba yang dilakukan Haji Syukur. Roda terakkir, dihubungkannya ke leher dinamo dengan ban, dinamo pun berputar dan menghasilkan listrik. Dinamo itu ditempakan Pak Haji pada sebuah bengkel di Bogor dengan biaya Rp 90.000. Dinamo yang mampu menghasilkan listrik 1.000 watt itu dilengkapinya dengan alat utuk mengukur voltase listrik yang dihasilkan putaran kincir. Lalu dilengkapinya pula dengan travo, untuk mengatur tegangan, sebelum listrik itu dialirkannya ke rumah. Cuma, aliran listrik yang dihasilkan sangat tergantung air Ciraden. Di musim kemarau, rumah Pak Haji jadi remang-remang, karena kincir cuma mampu menghasilkan listrik 100 watt. Masih lumayan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus