KOTAMADYA Tebingtinggi, Sumatera Utara, mencatat rekor baru:
kota dengan pertambahan penduduk paling tinggi dalam persentase:
rata-rata 13% setahun (1971-1980). Dasawarsa sebelumnya
(1961-1970) hanya 1,47% rata-rata setahun. "Pertambahan itu
sangat fantastis, belum pernah terjadi di kota-kota lain di atas
dunia ini," komentar Ir. Meneth Ginting, dari Lembaga Penelitian
Masyarakat Universitas Sumatera Utara (LPM-USU).
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Emil Salim,
ikut tersentak. "Ini memang suatu ledakan penduduk yang luar
biasa yang saya ketahui," kata Emil Salim di Medan, beberapa
waktu yang lalu. Pertambahan penduduk Indonesia secara nasional.
menurut Emil Salim, rata-rata 2,3% setahun.
Arus penduduk ke Tebingtinggi mencapai puncaknya mulai 1978,
ketika konstruksi Proyek Aluminium di Kuala Tanjung, Kabupaten
Asahan, mulai dikerjakan. Jarak Tebingtinggi yang hanya 30 km
dari proyek itulah, menyebabkan kota ini dijadikan pangkalan.
Sebab Kota Kisaran, ibu kota Kabupaten Asahan, berjarak 62 km
dari Kuala Tanjung. Sedang Pematang Siantar, kota terbesar kedua
di Sum-Ut, lebih jauh lagi, 75 km dari proyek.
Para pekerja di proyek aluminium itu pun berbondong-bondong ke
Tebingtinggi. Tahun 1979, jumlah pendatang lebih banyak dari
penduduk asli. Jika penduduk Tebingtinggi tahun 1978 hanya
32.000 jiwa lebih, setahun kemudian membengkak menjadi lebih
dari 82.000 jiwa. Dari hasil sensus 1982, angka itu menjadi
94.000 jiwa. Artinya kepadatan kotamadya yang luasnya 3.800 ha
itu hampir 10.000 jiwa/km2.
Pendatang baru itu tentu saja membawa pengaruh cukup besar.
Antara lain yang terpenting adalah pada roda perekonomian dan
tingkat hidup penduduk. Misalnya, penduduk lama menyewakan
rumahnya dengan harga lebih tinggi kepada pendatang. Sebuah
rumah dengan tiga kamar laku disewakan Rp 2 s/d 3 juta setahun.
Sebelumnya, paling tinggi Rp 300.000 setahun. Rumah-rumah baru
berdiri di hampir tiap sudut, berjejal untuk disewakan.
Begitu pula sarana rekreasi, seperti karcis bioskop. Kini
rata-rata Rp 2.000 -- padahal sebelum Tebingtinggi dimasuki
"orang-orang proyek", karcis bioskop tak sampai separuhnya.
Harga-harga kebutuhan pokok umumnya sama dengan harga di kota
lain.
Pemerintah daerah juga tanggap melihat perkembangan dan
mengambil manfaat dari berjubelnya pendatang berduit ini.
Pemilik modal di Sumatera Utara dari jauh hari diundang untuk
membangun berbagai fasilitas. Di antara pengusaha yang
menanamkan modalnya di Tebingtinggi tercatat T.D. Pardede.
Pengusaha Medan ini membangun sebuah hotel bertaraf
internasional dengan 22 kamar, dilengkapi restoran dan pusat
bilyar. Umumnya para pekerja Jepang di Proyek Asahan tinggal di
hotel yang beroperasi sejak 1980 itu.
Pengusaha lainnya ada yang membangun pusat pertokoan berlantai
tiga, kolam renang, gedung bioskop. Kini ada lima gedung
bioskop, bertambah sebuah dari sebelum adanya proyek aluminium
itu. Pemerintah daerah juga sibuk mempersiapkan diri. Pertokoan
di jalan protokol diremajakan. Kampung dibenahi dengan program
meniru Proyek Husni Thamrin Jakarta. "Pembenahan kota sangat
perlu, agar pendatang betah tinggal di kota ini," ujar Walikota
Tebingtinggi, Amiruddin Lubis.
Selain dibanjiri pekerja proyek aluminium, karena letaknya yang
strategis, Tebingtinggi juga menjadi kota transit di Sumatera
Utara. Para pedagang yang berlalu-lintas antarkota di Sumatera
Utara atau antarprovinsi umumnya singgah menginap di kota ini.
Selain hotel yang dibangun Pardede, kota ini punya empat hotel
lagi, dan selalu penuh.
Meskipun cukup sesak oleh penduduk, kota ini ternyata cukup
nyaman. Terutama karena tercatat sebagai kota terbersih di
Sumatera Utara. Upaya membersihkan Tebingtinggi cukup unik juga.
Setiap hari enam truk sampah berkeliling menyusuri jalan sambil
mendengungkan lagu-lagu lewat pengeras suara. Lagu-lagu yang
dipilih, mulai dangdut sampai pop disesuaikan dengan selera
masyarakat yang dikunjungi truk sampah. Dengan lagu-lagu itu
penduduk keluar membawa keranjang sampah untuk ditumpahkan ke
atas truk.
Tak hanya itu, Tebingtinggi diserbu penduduk baru juga karena
Kota Baru di Tanjung Gading dinilai gagal sebagai kota satelit.
Kota Baru yang dibangun dengan gaya Jepang itu tidak diminati
pekerja proyek, karena masih terpencil -- 17 km dari jalan raya
umum.
Kota permukiman seluas 200 ha ini sesungguhnya bisa menampung
12.000 jiwa dimaksudkan untuk pekerja di proyek aluminium Kuala
Tanjung. Berbagai fasilitas seperti rumah sakit, sekolah,
lapangan sepak bola, sampai lapangan golf sembilan lubang
tersedia di sini. Hanya pekerja asing -- kebanyakan Jepang --
yang betah di sini. Orang kita lebih senang memilih
Tebingtinggi dengan menyewa rumah penduduk.
Perkembangan Tebingtinggi tak seluruhnya menggembirakan.
November tahun lalu, Lembaga Penelitian Masyarakat Universitas
Sumatera Utara bekerja sama dengan Universitas Kentucky, Amerika
Serikat, meneliti dampak negatif kepadatan penduduk kota ini.
Hasil penelitian ini sedang diolah. Namun Ir. Meneth Ginting
dari LPM-USU sudah mulai cemas. "Saya khawatir nanti bisa timbul
daerah-daerah hitam dan kejahatan meningkat," katanya. Sebab,
tahun 1984, konstruksi Proyek Aluminium Kuala Tanjung selesai
dibangun seluruhnya. Praktis tenaga kerja banyak menganggur,
karena yang akan tinggal hanya tenaga terlatih di pabrik-pabrik.
Jumlah penganggur ini cukup banyak, dan diperkirakan mereka
sudah enggan meninggalkan Tebingtinggi. Kekhawatiran lain adalah
tentang menggebu-gebunya pembangunan rumah-rumah baru untuk
disewakan kepada pendatang. "Pembangunan untuk mengimbangi
pendatang itu, membuat ekosistim lingkungan terganggu," ujar
Meneth. "Sedikit saja turun hujan, bisa banjir, karena air sulit
meresap."
Walikota Tebingtinggi ternyata sangat optimistis. "Saya belum
menemukan dampak negatif seperti dikhawatirkan para pengamat,"
kata Amiruddin Lubis. Ia malah menunjuk, pendapatan per kapita
penduduk naik setelah banyak pendatang. Angka terakhir, 1982,
pendapatan per kapita Rp 4.626, tahun 1981 Rp 4.244 -- tanpa
menyebut angka dari tahun-tahun sebelumnya.
Angka-angka memang bisa menggembirakan. Tapi karena warga
Tebingtinggi tak hanya mengejar angka, agaknya Amiruddin perlu
menelaah hasil penelitian para pengamat tadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini