Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kiamat telah lewat

Semesta gagal kiamat pada 21-12-2012. Bagaimana tafsir ilmiah tentang kiamat?

23 Desember 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SANGKAKALA akhir zaman urung bertiup pada Jumat pekan lalu. Pun Planet Nibiru tak kunjung datang menghantam. Bumi masih berputar 24 jam dalam satu hari, mengangkut 7 miliar manusia yang ada di atasnya. Kiamat Maya yang ramai dibicarakan bakal jatuh pada 21 Desember 2012 ternyata lewat begitu saja.Kalender Maya kuno sebenarnya tak melihat akhir penanggalan yang jatuh pada Jumat pekan lalu sebagai akhir dunia. Suku yang mendiami Semenanjung Yucatan di Amerika Tengah ini merancang takwim yang memiliki permulaan dan kelak akan berakhir. Penutupan sebuah periode perhitungan ditandai dengan upacara sambil merayakan kalender baru.

"Akhir kalender sekaligus awal perhitungan siklus berikutnya," ujar peneliti astronomi dan astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Emanuel Sungging Mumpuni, kepada Tempo, Rabu pekan lalu. Entah siapa yang memulai, akhir penanggalan suku Maya itu disebarkan sebagai datangnya kiamat.

Dalam ranah ilmiah, konsep kiamat jelas ada. Dalam ilmu astronomi, kiamat berarti hancurnya alam raya, tata surya, atau bumi. Lain lagi dengan ilmu biologi. Kiamat diartikan bermula dari kehancuran habitat disusul kepunahan spesies.

Kehancuran terdekat berasal dari ancaman tabrakan benda langit dengan bumi. Di ruang antarbintang, bumi melewati jalan yang berbatu. Ukuran batuan ini beragam, mulai 100 meter hingga 100 kilometer. Jika benda ini menabrak bumi, dipastikan akan merusak ekosistem.

Kepunahan dinosaurus 65 juta tahun lalu diduga disebabkan oleh jatuhnya asteroid di Amerika Tengah. Lubang selebar 180 kilometer terbentuk. Bumi menjadi gelap selama beberapa tahun, mematikan tumbuhan yang menjadi sumber makanan berbagai spesies. Pakar matematika dari University of California Riverside memperkirakan setengah genus makhluk hidup yang menghuni bumi musnah beberapa tahun setelah kejadian itu.

"Tabrakan asteroid selalu mengancam bumi," kata Emanuel. Ancaman terdekat berasal dari asteroid lonjong 4.179 Toutatis berukuran 4,5 kilometer. Pertengahan Desember ini, Toutatis mendekat hingga 18 kali jarak bumi dan bulan. Persinggahan berikutnya akan terjadi pada akhir 2016 dan akan lebih dekat lagi pada 2069. Hingga kini, peneliti masih menghitung kemungkinan asteroid ini menabrak bumi.

Kiamat lain bisa berasal dari proses pengembangan matahari. Bintang terdekat ini berada di pertengahan usianya sejak terlahir 4,5 miliar tahun lalu. Sekitar 4,5 miliar tahun lagi, sang surya akan kehabisan energi dan mulai mengendur. Pada tahap ini, matahari memerah dan menggendut hingga melahap planet di dekatnya, seperti Merkurius, Venus, dan Bumi.

Ketika permukaan matahari menyapu bumi, planet ini tak lagi menjadi tempat yang bisa ditinggali kehidupan. Bumi menjadi tempat yang membara hingga ribuan derajat Celsius sekaligus menjadi kuburan makhluk hidup. "Bumi yang terbakar matahari tidak lagi mendukung kehidupan," katanya.

Skenario kiamat lain melibatkan kehancuran jagat raya dan isinya. Pada akhir abad lalu, ahli astrofisika di Amerika Serikat dan Australia melihat alam semesta terus memuai. Terdapat energi misterius—disebut energi gelap—yang mempercepat pemuaian ini. Sekitar 20 miliar tahun lagi, energi gelap begitu berkuasa dan mencabik jagat raya beserta kehidupan yang tinggal di dalamnya. Kiamat alam semesta ini dikenal sebagai Cabikan Besar (Big Rip).

"Galaksi, tata surya, bumi, manusia, hingga atom akan terburai. Inilah kematian alam semesta," ujar ahli kosmologi dari Dartmouth College, Amerika Serikat, Robert R. Caldwell, yang mengajukan ramalan ini pada 2003.

Namun tak semua yang berasal dari luar angkasa bisa memusnahkan bumi. Badai matahari dan ledakan matahari yang terjadi intensif setiap 11 tahun tidak akan berdampak pada kehidupan. Penyebabnya, bumi memiliki tameng magnetik yang bisa membelokkan pancaran berbahaya ini agar tak langsung menyergap bumi.

Dari perspektif biologi, kiamat sebenarnya sedang berlangsung. Kepala Bidang Zoologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Rosichon Ubaidillah mengatakan 30 persen spesies dari kelas mamalia, amfibi, dan burung punah dalam satu abad terakhir.

Mengutip laporan dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2007, 150-200 spesies tumbuhan, serangga, burung, dan mamalia punah setiap hari. Hal ini hampir serupa dengan kepunahan massal yang terjadi pada era dinosaurus.

Fakta kehancuran lain dapat terbaca dari penurunan keberagaman genetik tanaman pertanian. Hingga sekarang, 75 persen catatan genetik tanaman pertanian sudah tak muncul lagi di alam.

Kiamat skala lokal juga terjadi di Indonesia. Rosichon menunjuk pada kasus kepunahan 92 persen spesies ikan yang hidup di Sungai Ciliwung. Spesies udang dan moluska di daerah ini juga mengalami kepunahan sebesar 66-80 persen.

Kepunahan spesies di masa kini sebagian besar disebabkan oleh terjadinya kehancuran dan degradasi habitat. Penyebab kepunahan lain adalah pemanasan global, polusi udara, eksploitasi berlebihan, dan invasi spesies. "Kepunahan saat ini disebabkan oleh campur tangan manusia," kata Rosichon.

Parahnya, tangan manusia tak berhenti menghancurkan alam. "Kehancuran masih berjalan," ucapnya. Akibatnya, ia memprediksi laju kepunahan spesies akan semakin kencang dalam setengah abad ke depan. Dalam penilaiannya, semakin banyak spesies hilang dari alam, semakin mengerikan masa depan yang akan dihadapi manusia. "Hilangnya spesies bisa kiamat buat manusia," katanya.

Kiamat lain bisa berasal dari epidemi global. Serbuan spesies bakteri dan virus mematikan pernah terjadi pada masa lalu. Sebagai contoh adalah kematian ratusan juta orang Eropa akibat Wabah Hitam pada abad ke-14.

Di masa sekarang, pandemi seperti ini bisa sangat menghancurkan manusia karena perpindahan penduduk dan perdagangan antarnegara yang semakin intensif, yang memungkinkan organisme penyebab penyakit menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru bumi. "Ancaman terbesar pandemi adalah musnahnya umat manusia," ujarnya.

Anton William


Ramalan yang Tak Terbukti (Kronologi)

1806
Kota Leeds gonjang-ganjing karena ditemukan telur bertulisan "Kristus akan datang". Kabar dari kandang ayam ini menyebar cepat dari mulut ke mulut. Banyak orang percaya kiamat sudah dekat. Belakangan diketahui pesan dari langit tersebut adalah tulisan orang iseng.

1843
Petani asal New England, William Miller, bertahun-tahun mempelajari Alkitab dan menyimpulkan kiamat terjadi pada Ahad, 23 April 1843. Ribuan orang yang terpengaruh melego harta mereka. Pada hari yang ditentukan, kiamat tidak terjadi.

1891
Pendiri Gereja Mormon, Josep Smith, mengumpulkan pemimpin gereja pada Februari 1835. Pertemuan tersebut membicarakan wangsit yang diterima Smith bahwa kehancuran dunia terjadi 56 tahun kemudian.

1910
Koran New York Times dan beberapa media cetak lain menayangkan berita utama soal gas beracun dari ekor komet Halley yang mendekati matahari pada 1910. Kabar ini menimbulkan kepanikan massal di Amerika Serikat.

1982
Pat Robertson, melalui siaran televisi 700 Club, mengumumkan dunia akan hancur pada 1982.

1997
Komet terang Hale-Bopp disangka sebagai pesawat alien. Sekte penyembah UFO, Heaven's Gate, mengumumkan kiamat sudah dekat. Mereka mengajak 39 anggota sekte melakukan bunuh diri massal pada 26 Maret 1997.

1999
Peramal Prancis, Nostradamus, pernah menulis, "Tahun 1999, bulan ketujuh, raja teror turun dari langit." Pemuja Nostradamus menganggap Nostradamus meramalkan kiamat.

2000
Richard Noone menerbitkan buku yang meramalkan kesejajaran planet pada 5 Mei 2000 memicu pendinginan bumi. Ramalan tersebut tak pernah terbukti

2000
Menjelang tutup abad, banyak orang khawatir kekacauan komputer dunia akan berujung pada kiamat. Ramalan kehancuran meliputi pemadaman listrik di seluruh dunia hingga bencana ledakan nuklir. Banyak orang membangun bunker penyelamat menjelang 1 Januari 2000. Kekhawatiran tak pernah terjadi.

2008
Ronal Weinland menulis buku yang mengabarkan ratusan juta manusia akan mati pada akhir 2006. Dua tahun setelahnya akan terjadi kerusuhan global. Amerika Serikat akan runtuh pada musim gugur 2008.

2011
Penyiar radio Harold Camping menyebutkan hari akhir akan terjadi pada 21 Mei 2011, ditandai gempa besar di seluruh dunia. Bencana ini diikuti periode tak menentu selama enam bulan. Bumi akan hancur pada 21 Oktober 2011.

2012
Kalender Maya akan habis pada 21 Desember 2012, diikuti kehancuran bumi akibat tabrakan dengan planet Nibiru.

Sains Membaca Akhir Dunia

Pencarian ilmuwan membawa manusia pada pemahaman akan galaksi hingga sel. Pengetahuan juga memberikan petunjuk akan ancaman kehancuran bumi dan kepunahan umat manusia.

Pandemi Mematikan
Direktur Global Viral Forecasting Joseph Fair menyebutkan umat manusia sangat rentan diserang pandemi. Kesiapan manusia menghadapi penyebaran penyakit mematikan baru 20 persen. Menurut dia, pandemi berikutnya dipicu oleh virus yang belum pernah dikenal manusia.

Pengembangan Matahari
Matahari akan menua 4,5 miliar tahun dari sekarang. Ketika itu matahari menggendut dan menelan planet-planet di dekatnya, termasuk bumi. Planet menjadi terlalu panas untuk didiami.

Cabikan Besar
Energi gelap yang memicu pemuaian alam semesta menjadi semakin kuat. Dua puluh miliar tahun lagi, energi ini akan mencabik semua benda yang ada di dalam alam semesta. Inilah kematian alam semesta.

Tabrakan Asteroid
Batu berukuran seukuran lapangan sepak bola hingga satu kabupaten melayang di sekitar orbit bumi. Batu luar angkasa ini bisa menabrak bumi dan menghancurkan penghuninya. Yang terdekat, asteroid 4179 Toutatis diperkirakan menyalip bumi pada 2069. Kepunahan dinosaurus 65 juta tahun silam disebabkan oleh tabrakan asteroid.

Kehancuran Habitat
Spesies kesulitan bertahan hidup tanpa habitat yang mendukung. Perusakan lahan dalam beberapa abad terakhir telah membunuh banyak spesies. Peneliti LIPI, Rosichon Ubaidillah, mengatakan kepunahan massal berbagai spesies sedang berlangsung saat ini dan akan mencapai tingkat mencemaskan 50 tahun mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus