Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kornea mata yang terbuat dari kolagen babi telah memulihkan penglihatan orang-orang yang sebelumnya dinyatakan buta secara hukum, mereka yang buta total atau penglihatan minim. Dua tahun setelah operasi dilakukan, tidak seorang pun penerima donor kornea itu yang dilaporkan mengalami komplikasi serius atau efek samping yang buruk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih dari 12 juta orang di dunia memiliki kebutaan kornea (corneal blindness), yang dapat terjadi ketika lapisan terluar pelindung mata yang jernih menjadi keruh atau tak berfungsi karena rusak atau sakit. Karena donor kornea saat ini membutuhkan donor dari sesama manusia, hanya satu dari setiap 70 pasien yang bisa mendapatkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di banyak negara berpenghasilan rendah, biaya operasi kornea menambah rumit akses pasien kebutaan kornea ke penyembuhan.
Mehrdad Rafat dari Linköping University, Swedia, bersama sejumlah koleganya lalu mendesain bentuk lengkung yang kuat tapi fleksibel, menyerupai lensa kontak, dengan cara mengekstrak dan memurnikan kolagen dari kulit babi. Menyusul kesuksesan eksperimennya, mereka mulai menguji kornea buatan itu dengan menanamnya pada relawan manusia di India dan Iran.
Seperti dalam publikasinya di Jurnal Nature, 11 Agustus 2022, seluruh 20 orang dalam uji klinis itu adalah yang memiliki corneal blindness karena keratoconus, sebuah kondisi di mana kornea menipis dan melengkung ke luar dari pusat mata. Sebanyak 14 di antaranya sudah dinyatakan buta sebelum operasi dan enam mengalami gangguan penglihatan yang parah.
Setelah operasi dilakukan, setiap orang mengalami perbaikan penglihatan. Tiga partisipan yang sebelumnya buta malah memiliki kemampuan penglihatan yang jelas, atau 20/20 vision (bisa melihat dari jarak 200 kaki), setelah operasi.
"Pertama kali implan ditanam di satu pasien saya tidak dapat tidur, menantikan dokter bedah mengabarkan bagaimana hasilnya," kata Rafat. Dan ketika penglihatan berhasil dipulihkan karena cangkok kornea itu, dia menambahkan, "Luar biasa, kami mendapat hasil yang jauh melebihi harapan kami."
Karena kolagen adalah sebuah struktur protein yang minim sel, sistem imun tubuh penerimanya sejatinya tidak akan bereaksi menolak implan kornea dari kolagen babi itu. Orang-orang dengan kornea hasil donor biasanya butuh minum obat-obatan selama beberapa tahun untuk menghindari efek peneolakan itu, sementara orang-orang dalam studi ini menggunakan tetes mata immunosuppresif selama delapan minggu.
Namun, Esen Akpek dari Johns Hopkins University di Maryland, AS, menilai kornea baru itu mungkin bukanlah sebuah terobosan besar. Menurutnya, mereka yang memiliki keratoconus memang kerap kali dapat cocok dengan lensa kontak yang disesuaikan, dan ada alternatif sebelumnya untuk donor kornea yang sudah direkayasa tapi tidak berlanjut. "Ini tidak menyembuhkan seseorang yang tidak dapat disembuhkan dengan teknologi yang ada saat ini," kata Akpek.
Rafat tidak yakin akan seperti apa biaya final dari penerapan prosedurnya itu, tapi dia mengatakan seharusnya lebih murah daripada transplantasi dari donor yang bisa puluhan ribu dolar Amerika. Uji klinis yang lebih jauh masih akan dibutuhkan sebelum kornea dari kolagen babi bisa tersedia luas.
NEW SCIENTIST, NATURE, SCIENCE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.