Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Kronologi Munculnya Antraks di Gunungkidul dari Kemenkes

Kementerian Kesehatan mengungkap kronologi kejadian antraks yang memicu tiga korban jiwa warga di Gunung Kidul, Yogyakarta.

6 Juli 2023 | 17.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas Balai Veteriner Subang mengambil sampel darah hewan kurban jelang perayaan Hari Raya Idul Adha di tempat penampungan hewan kurban, Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Juli 2021. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan fisik serta pengambilan sampel darah, feses, dan tanah untuk memastikan tidak adanya penyakit antraks dan kelayakan hewan kurban. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan mengungkap kronologi kejadian antraks yang memicu tiga korban jiwa warga di Gunung Kidul, Yogyakarta. Penyakit itu ditularkan melalui bakteri Bacillus Anthracis dari hewan ternak ke manusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menyatakan, terjadinya antraks ditandai lima kali rangkaian peristiwa kematian hewan ternak di lokasi setempat dalam kurun Mei hingga awal Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hewan ternak berjenis sapi dan kambing itu diketahui milik warga berinisial KR dan SY. Sapi mati dilaporkan pada 18 Mei, 22 Mei, dan 26 Mei lalu sementara kambing yang mati terjadi pada 20 Mei dan 2 Juni lalu.

"Kronologi diawali kasus kematian sapi milik salah satu warga berinisial KR pada 18 Mei 2023, lalu disembelih dan dibagikan ke warga untuk dikonsumsi. Ini jadi salah satu penyebab penyebaran kasus," katanya.

Imran mengatakan salah satu pasien meninggal berinisial WP (72), warga Candirejo Semanu, Gunung Kidul, diketahui terlibat dalam proses penyembelihan hewan sapi yang mati pada 22 Mei 2023 milik SY.

Pasien kemudian jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit Pati Rahayu dengan keluhan gatal, bengkak, dan luka yang spesifik dengan antraks jenis kulit.

Pada 3 Juni 2023, WP dirujuk ke RSUP Sardjito untuk pengambilan sampel darah dengan diagnosis suspek antraks. "Bapak WP meninggal pada 4 Juni 2023," katanya.

Imran mengatakan tren kejadian antraks di Yogyakarta hampir setiap tahun terjadi, di antaranya pada 2019 sebanyak 31 kasus dan 2022 sebanyak 23 kasus, meskipun selama ini belum ada laporan terkait kematian.

"Baru pada 2023 ini ada tiga kasus kematian akibat antraks di Indonesia. Satu suspek (WP) karena sudah ada hasil pemeriksaan laboratorium. Yang dua lainnya belum sempat diperiksa karena langsung meninggal," katanya.

Menurut Imran tim investigasi kasus antraks di Yogyakarta telah memastikan dua pasien tersebut memiliki riwayat riwayat kontak dengan sapi yang positif antraks.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus