Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Gunung Kidul - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan pohon jati platinum. Jenis ini diklaim bisa mencapai diameter 30 sentimeter hanya dalam lima tahun. Selain itu, daunnya bisa menyerap emisi karbon lebih banyak daripada daun lain. Selain untuk investasi, pohon jati tersebut bisa mengurangi dampak pemanasan global.
"Kami pilih pohon jati platinum untuk mencegah global warming. Kami menggandeng LIPI untuk penghijauan di daerah Gunung Kidul," kata Agus Sulistiyono, anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat RI dari daerah pemilihan Yogyakarta, Jumat, 15 Desember 2017.
Penanaman pohon jati untuk penghijauan berkelanjutan ini dilakukan di Desa Kedungpoh Kecamatan Nglipar, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini termasuk dalam agenda diseminasi ilmu pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencintai dan meningkatkan potensi daerah.
Agus menjelaskan, alih teknologi melalui diseminasi merupakan langkah penting untuk meningkatkan dan mempublikasikan hasil penelitian, yang tidak hanya bisa dimanfaatkan masyarakat, tapi juga kalangan industri dan pemerintah. "Sederet hasil penelitian tepat guna LIPI terbukti dapat memperkuat pengembangan potensi daerah, terutama untuk peningkatan ekonomi masyarakat," ujarnya.
Baca: LIPI: Ada Perbedaan Persepsi Soal Kondisi Papua
Selain memberi keuntungan ekonomi, Agus menjelaskan, menanam pohon jati platinum akan mampu memenuhi komitmen nasional mereduksi emisi karbon hingga 26 persen sampai 2020 atau setara 0,67 giga ton karbon. Agus juga menyinggung efek rumah kaca (greenhouse). Menurut dia, pemanasan global akan semakin terasa apabila manusia tidak berbuat apa-apa.
Sebab, kata dia, energi matahari terperangkap dalam jumlah yang meningkat akibat gas rumah kaca. "Efek pemanasan global juga mulai terjadi, seperti banjir, kekeringan, peningkatan suhu bumi, dan naiknya permukaan laut," kata Edi Hidayat, peneliti LIPI.
Edi menjelaskan, jati platinum LIPI adalah hasil rekayasa genetika dengan cara mutasi radiasi sinar gamma bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional. Pohon ini kemudian diperbanyak dengan kultur jaringan, sehingga mutu bibitnya seragam.
Jati platinum ini bisa mencapai diameter 30 sentimeter hanya dalam waktu lima tahun sehingga bisa dipanen sebagai veneer untuk bahan bangunan. "Setiap hektare pohon jati yang berusia maksimal 10 tahun ini bisa menyerap karbon 170 ton C berat jenis 0,8 C konten 0,5," tutur Edi.
Baca: LIPI: Subsidi Elpiji 3 Kg Sudah Tidak Sehat
Simak kabar terbaru dari LIPI hanya di kanal Tekno Tempo.co.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini