Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerja sama merupakan salah satu kemampuan paling penting bagi makhluk sosial, baik manusia maupun hewan. Kerja sama berperan dalam perburuan, berkembang biak, atau pemeliharaan keturunan, juga untuk bertahan hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk lebih memahami bagaimana hewan bekerja bersama, sebuah penelitian dilakukan dengan berfokus pada tingkat kerja sama dan kemampuan kognitif yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama ini, kebanyakan laporan penelitian serupa berasal dari pengamatan hewan-hewan darat. Sedikit sekali data ihwal spesies air yang tersedia. Padahal hewan di air pun melakukan koordinasi kerja sama yang bagus, contohnya lumba-lumba.
Lumba-lumba dikenal sebagai hewan yang hidup dalam kelompok sosial. Beberapa studi sebelumnya bahkan menyimpulkan lumba-lumba dapat memahami peran pasangan dalam tugas-tugas kooperatif.
Para peneliti di Primate Research Institute Kyoto University, Kindai University, dan Kagoshima City Aquarium, Jepang, berkolaborasi untuk menyelidiki perilaku lumba-lumba dalam kehidupan sosial. Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal PeerJ, pekan lalu.
"Dalam penelitian ini, kami ingin mengetahui bagaimana lumba-lumba hidung botol mengkoordinasi perilaku kooperatif mereka," kata Chisato Yamamoto, penulis utama. "Kami memberi mereka tugas menarik seutas tali, di mana dua lumba-lumba menarik ujung-ujung tali yang berlawanan secara bersamaan agar mendapat hadiah."
Eksperimen seperti ini pernah dilakukan untuk menunjukkan bahwa sejumlah besar hewan, termasuk simpanse, anjing, dan gajah, memiliki kemampuan kooperatif. Dari hasil penelitian kali ini, lumba-lumba ternyata juga sama kooperatifnya.
Para peneliti pertama-tama melepaskan satu lumba-lumba untuk menarik salah satu ujung tali. Lumba-lumba ini berperan sebagai inisiator. Kemudian, setelah beberapa detik, lumba-lumba lain dilepaskan sebagai pengikut.
Para peneliti mendapati lumba-lumba inisiator menunggu rekannya untuk menarik ujung tali lain. Kemudian pengikut akan mengkoordinasi kecepatan renang mereka agar sesuai dengan perilaku inisiator.
"Lumba-lumba dapat melakukan tugas dengan baik, yang sebelumnya diamati pada simpanse dan orang utan," ujar Yamamoto. Namun, ia melanjutkan, lumba-lumba tampak lebih fleksibel dalam berkoordinasi. "Mereka mampu mengubah arah sesuai dengan lokasi rekannya berada."
Ketua tim studi, Masaki Tomonaga, menjelaskan, koordinasi ini mungkin berakar pada pola perilaku afiliasi mereka, yakni sebuah metode interaksi sosial yang berfungsi memperkuat ikatan sosial dengan suatu kelompok.
"Bagaimana karakteristik sosial mempengaruhi sistem kooperatif mungkin menjadi salah satu pertanyaan penting yang akan mengungkap evolusi kerja sama pada setiap mamalia," kata Tomonaga.
Tahun lalu, studi yang dilakukan para peneliti di University of Western Australia dan Dolphin Research Center di Amerika Serikat menunjukkan lumba-lumba hidung botol tidak hanya bekerja sama, melainkan juga dapat melakukannya dengan koordinasi perilaku yang tepat. Hal ini belum pernah ditunjukkan hewan lain. SCIENCE DAILY | THE UNIVERSITY OF WESTERN AUSTRALIA | AFRILIA SURYANIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
