Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Antariksa Amerika Serikat alias NASA tengah mengembangkan satelit kecil bernama Lunar Trailblazer, yang dijadwalkan meluncur pada 2025. Satelit berjenis pengorbit ini memiliki misi penting untuk mendeteksi dan memetakan distribusi berbagai bentuk air yang ada di permukaan Bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lunar Trailblazer bertujuan untuk membantu para ilmuwan memahami lebih dalam tentang siklus air di Bulan. Temuan dari misi ini akan menjadi panduan penting bagi misi eksplorasi manusia di masa depan, khususnya untuk menentukan lokasi sumber daya air yang dapat digunakan sebagai penunjang kehidupan. Menurut keterangan dari laman resmi NASA, misi ini dipilih melalui program Small Innovative Missions for Planetary Exploration (SIMPLEx) pada 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Misi ini dikelola oleh Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, dengan penyelidikan ilmiah dipimpin oleh Caltech. Meskipun keberadaan air di Bulan telah diketahui, informasi terkait bentuk, kelimpahan, atau distribusinya masih sangat terbatas. Air di Bulan mungkin terperangkap dalam batuan dan regolit (lapisan pecahan batuan dan debu), terkumpul sebagai es di kawah-kawah yang selalu berada dalam bayangan gelap, atau mengendap sementara sebagai embun beku.
Saat Matahari bergerak melintasi langit selama siang hari di Bulan, bayangan yang bergeser dapat menyebabkan molekul air berpindah ke eksosfer Bulan sebelum kembali mengendap di lokasi dingin lainnya.
Untuk mempelajari lebih jauh, Lunar Trailblazer akan dilengkapi dua instrumen: High-resolution Volatiles and Minerals Moon Mapper (HVM3), sebuah spektrometer pencitraan yang dikembangkan oleh JPL. Instrumen ini mampu mendeteksi sidik jari spektral berbagai bentuk air dan membuat peta dengan resolusi tinggi; Lunar Thermal Mapper (LTM), instrumen yang sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford di Inggris. LTM dirancang untuk mempelajari sifat termal permukaan Bulan secara rinci.
Dengan teknologi ini, para ilmuwan berharap dapat mengungkap lebih banyak informasi tentang lokasi, jenis, dan dinamika air di Bulan. Informasi ini tidak hanya penting untuk ilmu pengetahuan, tapi juga sebagai langkah awal untuk memanfaatkan sumber daya air Bulan dalam mendukung keberlangsungan misi eksplorasi manusia di masa depan.