Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Maju Ke Zaman Polimer

Simposium yang membahas masalah perkembangan industri dan penelitian polimer di indonesia, para ahli batan membahas penggunaan radiasi nuklir dalam peningkatan mutu polimer.(tek)

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Maju Ke Zaman Polimer
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
AWAL tahun 50-an orang kita masih menyebutnya barang atom'. Memang barang plastik ketika itu masih aneh. Kini perkembangan industri plastik--nama kerennya, industri polimer--sangat pesat di dunia. Bahkan di Indonesia juga bertumbuh- industri polimer walaupun baru bersifat mengolah bahan baku plastik yang diimpor. Sadar akan masa depan yang cemerlang bagi industri polimer Indonesia, para ilmuwan, produsen dan pejabat setahun lalu menyelenggarakan suatu simposium untuk membahas berbagai problemnya. Pekan lalu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pimpinan Menteri Negara Ristek B.J. Habibie, menyelenggarakan lagi simposium semacam itu di Jakarta. Bahan baku dasar bagi industri polimer, seperti minyak bumi dan gas alam, dimiliki Indonesia. "Berdasarkan ini saja cukup beralasan untuk meyakini bah wa industri polimer mempunyai dasar yang mantap dan kukuh di Indonesia," demikian Habibie. Bagi BPPT, simposium ini sangat bermanfaat, berhubung ada instruksi Presiden Soeharto untuk mendirikan suatu Laboratorium Polimer. Diduga laboratorium ini akan dibangun mulai tahun depan di Pusat Penelitian llmu dan Teknologi (Puspitek) Serpong. Dalam simposium ini jelas terungkap tahap perkembangan industri dan penelitian polimer di Indonesia. Hampir 25 makalah diajukan oleh para ilmuwan Indonesia--sebagian besar membahas berbagai cara untuk mengidentifikasi bermacam jenis dan sifat polimer. Identifikasi dan pengenalan sifatnya sangat penting bagi produsen maupun untuk pengembangan. "Misalnya apakah bahan itu murni," jelas Ir. Susilowati Praptowidodo dari ITB. "Jangan (kita) sampai tertipu oleh bahan bermutu rendah." Belum Komersial Para ahli dari BATAN membahas penggunaan radiasi nuklir dalam peningkatan mutu berbagai polimer. Terutama ditujukan pada polimer alam seperti karet, serat alam dan kayu. Semuanya itu punya prospek ekonomis yang cerah. Pemanfaatan polimer urea-formaldehida untuk pupuk dikemukakan Ir. Roekmijati dari Institut Teknologi 10 Nopember, Surabaya. Menurut Roekmijati, kadar nitrogen polimer ini 30% lebih. Ia merupakan pupuk yang dapat mengendalikan penyediaan nitrogennya dalam waktu lama, hingga efisiensi pengambilan nitrogen oleh tanaman akan meningkat. Ujung daur terakhir dari pemakaian plastik juga tidak dilupakan. Misalnya beberapa makalah membahas limbah plastik. Meski volume ini di Indonesia belum merupakan problem yang serius, mtnurut Soeparwadi dari ITB, cara terbalk adalah mendaurulangkan limbah itu. Prof. Ida Bagus Agra dari Fakultas Teknik UGM memperkenalkan cara pirolisis limbah plastik untuk menghasilkan cairan yang menyerupai minyak mineral. Peralatan yang ia biayai sendiri telah bisa menghasilkan minyak mineral secara sinambung. Namun, menurut Agra, minyak itu sekarang belum bisa dihasilkan secara komersial. Dalam simposium ini juga turut sejumlah ilmuwan dari luar negeri. Antara lain Dr. L. Blom, ahli polimer DSM Dutch State Mines --Perusahaan dan Laboratorium Polimer di Negeri Belanda). Ia menggambarkan betapa pentingnya peranan suatu laboratorium polimer sebagai Pusat Syaraf yang menghimpun sekelompok ilmuwan berbagai disiplin. Tugas terpenting suatu laboratorium polimer, menurut Blom, adalah menganalisa dan mengerti hubungan kompleks yang terjadi antara struktur molekul,pengolahan, kondisi pengolahan dan mutu produk. Ini perlu untuk memperbaiki mutu polimer itu sendiri dan meningkatkan secara maksimal kondisi pengolahan agar tercapai produk akhir yang unggul. Plastik terbagi dalam dua golongan umum. Golongan termoplastik dan golongan termoset. Yang pertama bisa dilunakkan kembali tanpa bahannya mengalami degradasi. Sebaliknya, plastik termoset mengalami degradasi bila dipanaskan. Seperti di negara industri maju, juga di Indonesia hampir 80% dari produksi barang plastik menggunakan termoplastik seperti PVC (polivinilkhlorida), polietilena, polipropilen dan polistirena. Tiga kategori utama dalam golongan termoplastik -- seperti poliolefin, PVC dan polistirena--lahir di Eropa.. Semula produksinya didasarkan pada hidrokarbon yang diperoleh dari batubara-seperti asitelena dan benzena. Antara tahun 1950 dan 1975, bahan dasarnya beralih ke minyak bumi. Tapi karena harga minyak kini mahal, akan lebih menguntungkan kalau kembali ke batubara. "Persediaan batubara dunia 3 kali lebih banyak dari persediaan minyak bumi dan gas alam," ujar M. Camp, ahli polimer dari CDF Chimie, Prancis. Sampai hari ini-minyak dan gas alam masih merupakan bahan dasar yang paling menarik di dunia untuk memproduksi polimer. Indonesia cenderung tetap memilih bahan dasar ini. Industri polimer di Indonesia sudah mulai menghasilkan bahan PVC, polipropilena, nilon, serta poliester, damar alkid dan damar-damar urea, fenol dan melamina formaldehida. Yang terakhir ini sangat penting sebagai perekat dalam industri pengolah kayu, seperti kayu lapis dan fibre/particle-board. Tapi sebagian besar bahan baku ini juga masih impor. Sebagian impor ini akan ditiadakan bilamana Indonesia sudah selesai membangun beberapa proyek petrokimia Yaitu proyek olefin di Aceh, proyek aromatik di Plaju, proyek metanol di Pulau Bunyu dan proyek hitam-karbon di Cilegon atau Cilacap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus