KAMI cukup serius. Namun kalau K diminta serius, yang kami
perhatikan adalah mahasiswa yang serius belajar. Bukan yang
kurang serius belajar--yang memang vokal--yang termasuk yang
kami tindak.
Kemudian kami juga harus memperhitungkan kemungkinan adanya
keresahan di kampus, keresahan dari mahasiswa yang ingin
belajar, yang jumlahnya banyak itu, yang terganggu pelajarannya
karena ulah beberapa mahasiswa yang vokal.
Lalu dengan tindakan skorsing dan pemecatan, apa yang kami
pertaruhkan? Kami ingin membina kampus menjadi masyarakat
ilmiah. Tujuannya: agar perguruan tinggi bisa menjalankan tiga
fungsi Tri Dharmanya dengan baik. Hal ini sudah lama dikatakan
-- jauh sebelum saya menjadi menteri.
Masyarakat ilmiah harus ada. Setiap masyarakat nasional di
mana pun ada bagian-bagiannya: masyarakat bisnis, masyarakat
keagamaan, masyarakat artistik. Juga masyarakat politik.
Tanpa masyarakat ilmiah penalaran tak akan berkembang.
Bahkan kalau kita lihat di negara maju, norma-norma yang berlaku
di macam-macam masyarakat itu datang dari masyarakat ilmiah.
Nah, di sini yang namanya masyarakat ilmiah itu bukannya
membuat norma untuk masyarakat lain, tapi justru masyarakat lain
normanya mendesak masyarakat ilmiah.
Lalu mengapa kampus harus dikembangkan menjadi masyarakat
ilmiah ? Sebab itulah satu-satunya modal kita. Keadaan negeri
kita ini sedemikian rupa sehingga ketinggalan sekali dalam
bidang ilmiah. Kalau kita perhatikan negeri maju, Jerman Barat,
Jepan atau Amerika misalnya, semangat ilmiah mereka merata.
Misalnya di sana ada gempa sehingga universitas hancur,
perpustakaan terbakar, laboratorium hancur, semangat ilmiah tak
akan hilang. Ini terbukti. Sesudah perang Jerman itu hancurnya
seperti apa. Tapi bisa bangkit kembali.
Dan selama semangat ilmiah tak dikembangkan dalam
masyarakat ini, kita tak bisa menghasilkan ilmu dalam artian
produk. Kita terus-menerus akan tergantung negara lain. Kita
tahu gunanya ilmu, tapi kita tak bisa membuatnya sendiri. Sedang
ilmu semakin mahal.
Mengapa ilmu pengetahuan penting? Kini disadarkan bahwa
kemakmuran suatu bangsa bukan ditentukan satu faktor horisontal
terbatas, yaitu tanah. Dulu ada anggapan, kemakmuran suatu
bangsa tergantung luas wilayah bangsa itu. Ini pengaruh jalan
pikiran petani.
Tapi sesudah perang ada fenomena lain. Bangsa-bangsa yang
kalah perang, yang wilayahnya tambah kecil, kok kemakmurannya
tambah tinggi. Ini karena faktor vertikal tak terbatas, yaitu
teknologi. Dan teknologi adalah anak ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan kini menentukan eksistensi suatu negara.
Sebenarnya ini telah diucapkan negarawan Inggris Churchill di
tahun 1943: masa depan dunia ada di tangan ras terdidik. Nah,
kalau kita tidak mau ditata oleh yang lebih terdidik, ya kita
harus mau mcnata diri sendiri.
Kemudian, setiap masyarakat tenru mempunyai aturan sendiri,
mempunyai disiplin. Setiap yang melanggar disiplin dihukum.
Dalam masyarakat ada hukuman itu bisa berupa seekor kerbau, atau
diusir dari kampung misalnya. Demikian juga soal skorsing atau
pemecatan mahasiswa. Hal itu bukan karena mereka mempunyai
pandangan politik yang berbeda dari pemerintah, tapi karena
melanggar aturan masyarakatnya.
Yang dimaksud aturan akademik sekarang, bukan hanya
mengikuti kuliah dengan baik. Tapi ikut pula menciptakan suasana
yang kondusif. Jadi perguruan tinggi bukan hanya tempat
mendengarkan kuliah, tapi sebagai satu lingkungan hidup yang
memungkinkan ilmu berkembang dalam artian proses.
Terus terang saja ada yang saya anggap korupsi intelektual
dalam masyarakat kita Kalau mahasiswa melontarkan pendapat lewat
organisasi ekstra, masyarakat tidak akan gubris. Tapi kalau atas
nama Ul, misalnya, masyarakat menyambut. Karena masyarakat
mempunyai gambaran yang sudah tertentu tentang perguruan tinggi.
Perguruan tinggi itu murni, misalnya. Jadi mereka
menyalahgunakan image masyarakat yang salah.
Hal itu dari segi yang lain sebetulnya baik. Artinya
masyarakat masih percaya kepada dunia ilmu.
Sebaiknya sekarang dunia politik ikhlas memberikan tempat
bagi orang yang betul-betul berilmu untuk memimpin. Saya lihat
dunia politik kadang-kadang tak ada keikhlasan untuk itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini