Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Memantau Pajak via Satelit

Ada tiga satelit yang disewa untuk menentukan pajak bagi individu atau perusahaan berbasis lahan.

13 Mei 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Memantau Pajak via Satelit

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Petugas pajak sering kali kesulitan menentukan nilai pajak yang harus disetorkan oleh perusahaan perkebunan atau individu yang memiliki lahan luas. "Di lapangan, petugas kami sulit sekali meneliti lahan," kata Direktur Jenderal Perpajakan A. Fuad Rahmany. Kerumitan itu dimulai dari menghitung luas lahan dan tanaman yang ada di dalamnya.

Karena itu, kata Fuad, pihaknya membutuhkan data suatu wilayah untuk membuktikan informasi mengenai suatu lahan yang tidak mungkin diteliti oleh petugas pajak. Pekan lalu, dia menggandeng Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) untuk mengatasi kendala itu.

Sejak 1970-an, lembaga antariksa itu menggunakan satelit untuk memantau dan mengambil data di Tanah Air. Teknologi penginderaan jauh telah dipakai sejumlah instansi. "Kami membantu Badan Pemeriksa Keuangan melakukan audit terhadap reboisasi dan penanaman terumbu karang," ujar Kepala Lapan Bambang S. Tejasukmana.

Sampai sekarang, kata dia, pemakai terbesar data satelit adalah sektor kehutanan, pertanian, dan perkebunan. Bambang berharap lembaganya dapat mendorong Direktorat Jenderal Pajak mencari indikator apa saja yang hendak diteliti untuk menggali potensi pajak. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012, Lapan menyediakan data secara gratis bagi lembaga atau instansi pemerintah di seluruh Indonesia.

Kepala Pusat Pemantauan Pemanfaatan Teknologi Dirgantara Lapan, I.L. Arisdiyo, mengatakan ada empat varian peta yang digunakan untuk menggali potensi pajak. Pertama adalah Quickbird dengan skala 1 : 2.500, kemudian Alos Prism dengan skala 1 : 10.000, Alos Avnir 1 : 25.000, dan Alos Landsat 1 : 50.000. Setiap hari, katanya, satelit melakukan pencitraan jarak jauh terhadap suatu obyek. Secara reguler, datanya diolah dan diperbarui.

Selama ini Lapan menyewa sejumlah satelit. Untuk memantau data pajak, mereka akan menggunakan jenis USGS, dan satelit SPOT 5 serta SPOT 6. Menurut Kepala Pusat Teknologi Data Penginderaan Jauh Lapan, Orbita Roswintiarti, biaya sewa satelit USGS yang merupakan buatan Amerika Serikat, per tahunnya sebesar Rp 1,5 miliar.

Sedangkan biaya sewa satelit SPOT 5 dan SPOT 6 yang buatan Prancis senilai Rp 24 miliar. Penggunaan SPOT 5 dan SPOT 6 lebih mahal karena mampu menangkap obyek hingga 1,5 meter dari permukaan bumi dengan perbandingan 1 : 50.000, 1 : 20.000, 1 : 10.000, 1 : 5.000, dan 1 : 2.500. Sedangkan satelit USGS hanya mampu menangkap gambar 1 : 100.000.

Orbita menyebutkan tahapan yang dilakukan untuk memonitor potensi pajak. "Pertama, satelit meng-capture obyek saat melintasinya," kata dia. Berikutnya, informasi yang diperoleh satelit diolah untuk dijadikan data. Saat diolah, kemudian dimasukkan ke bank data.

Selanjutnya data diolah dengan format yang lebih populer atau lebih mudah diakses. Terakhir, dimasukkan ke penyimpanan database. Melalui satelit tersebut, data yang dihasilkan dapat memperlihatkan lokasi dengan ketinggian 1,5 meter. Teknologi tersebut dapat memperlihatkan secara nyata suatu lahan, contohnya perkebunan, pertambangan, dan pertanian.

Data yang diperoleh satelit kemudian dicocokkan dan dianalisis dengan data milik Direktorat Jenderal Pajak. Sehingga, melalui data tersebut, instansi ini lebih mudah dalam menentukan besaran pajak lokasi berdasarkan luas lahan.

Menurut Orbita, keunggulan pencitraan jarak jauh yang dikembangkan Lapan adalah konsistensi dalam memperbarui data. "Tidak seperti provider lain yang sifatnya subyektif." Keunggulan lain adalah memperbarui data secara reguler, sehingga mengetahui kondisi terbaru suatu lokasi. Jadi, wajib pajak tidak bisa lagi memanipulasi luas lahannya. SATWIKA MOVEMENTI


Aplikasi Penginderaan Jauh

Orang Prancis menyebutnya teledetection. Sedangkan orang Inggris memberi nama remote sensing, yang bila diterjemahkan ke bahasa Indonesia artinya penginderaan jauh. Ini merupakan pengukuran atau akuisisi data dari sebuah obyek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh. Antara lain dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal, atau alat lain.

Sinar matahari yang menyinari permukaan bumi dipantulkan kembali ke atmosfer. Sensor di satelit atau pesawat menangkap pantulan itu dan menganalisisnya. Selain sinar matahari, sumber tenaga dalam proses inderaja lainnya adalah gelombang mikro yang dipancarkan alat tersebut ke permukaan bumi.

Ada dua jenis data yang diperoleh dari penginderaan jauh. Pertama, data manual yang diperoleh melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual, diperlukan alat bantu bernama stereoskop yang dapat digunakan untuk melihat obyek dalam bentuk tiga dimensi. Kedua, data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus penginderaan jauh yang diterapkan pada komputer.

Aplikasi penginderaan jauh sudah dipakai di berbagai bidang, dari militer, kependudukan, pemetaan, meteorologi dan klimatologi, pertanian, hingga kehutanan. Berikut ini sejumlah data yang diperoleh dari teknologi itu.

Bidang Pertanian:
1. Jenis klasifikasi tanaman
2. Penilaian kondisi tanaman
3. Perkiraan hasil panen
4. Pemetaan karakteristik tanah
5. Pemetaan praktek pengelolaan tanah
6. Pemantauan kepatuhan dari praktek pertanian

Bidang Kehutanan:
1.Tegakan hutan
2.Tutupan hutan
3.Pemetaan agroforestry
4.Jenis, kerapatan vegetasi, dan pengukuran biomassa
5.Pemetaan pemotongan kayu
6.Inventarisasi hutan
7.Perkiraan biomassa
8.Inventarisasi spesies
9.Deforestasi hutan atau bakau
10.Perlindungan daerah aliran sungai
11.Perlindungan pantai (hutan bakau)
12.Pengukuran kesehatan dan kekuatan hutan

Bidang Geologi:
1.Deposit dan pemetaan batuan dasar
2.Pemetaan litologi
3.Eksplorasi mineral
4.Eksplorasi hidrokarbon
5.Geologi lingkungan
6.Pemetaan dan pemantauan sedimentasi
7.Pemetaan geo-hazard


Gratis dari Google Earth Engine

"Anda kini sedang melihat penggundulan hutan Amazon di Brasil." Tulisan itu menjadi pembuka di laman http://earthengine.google.org/#intro/Amazon. Maret lalu, mesin pencari ini meluncurkan Google Earth Engine.

Perangkat lunak itu mengolah citra satelit Landsat sejak 1984 hingga 2012. Walhasil, kita dapat melihat tingkat deforestasi atau penggundulan hutan hujan Amazon setiap tahun, selama kurun itu. Satelit itu dikelola oleh Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) sejak 1972.

Selain Amazon, laman itu memaparkan citra satelit dari pertumbuhan kota dan sumber air di Nevada, Las Vegas. Ada lagi soal tambang batu bara di Wyoming, irigasi di Arab Saudi, kekeringan di danau Urmia, Iran. Ditampilkan pula tentang pencairan es di Colombia, Alaska, kekeringan di Laut Aral, dan ekspansi pembangunan hotel serta properti di pesisir Dubai.

Laman ini memang proyek keroyokan yang dirintis Google, USG S, NASA, dan majalah TIME. Sedangkan untuk mengaksesnya, publik dapat melihatnya di laman Google Earth G+ di tautan ini. Visualisasi itu dalam format animasi gambar bergerak (GIF).

Perangkat lunak ini muncul pertama kali dengan nama Earth Viewer. Software ini dikembangkan oleh Keyhole, perusahaan yang diambil alih oleh Google pada 2004, dan pada 2005 resmi berganti nama menjadi Google Earth. Kali ini tersedia dalam gratis dengan kemampuan terbatas. Ada pula versi bayar, yakni Google Earth Plus (US$ 20) dengan fitur tambahan; dan Google Earth Pro (US$ 400 per tahun) untuk penggunaan komersial dan korporasi. UWD

Teks Grafik:
Aplikasi untuk Pertanian

Survei lapangan dengan GPS
Toposheets
Peta batas wilayah

Memproses citra satelit
Perkiraan wilayah
Memantau kesehatan
Perkiraan produksi dan panen

Layer GIS
Klasifikasi Out-put yang dibutuhkan
Informasi pertanian

Data satelit
Gelombang mikro optic

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus