Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Mengenal Zaman Es Hangat 700 Ribu Tahun Lalu yang Berperan dalam Perubahaan Iklim Modern

Para ilmuwan menemukan bahwa 700.000 tahun yang lalu, Zaman Es Hangat telah mengubah pola iklim secara permanen

2 Juni 2023 | 22.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Es terapung terlihat selama ekspedisi kapal The Greenpeace's Arctic Sunrise di Samudra Arktik, Kutub Utara, 14 September 2020. [REUTERS / Natalie Thomas]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tim ilmuwan menemukan bahwa 700 ribu tahun yang lalu, “Zaman Es Hangat” telah mengubah pola iklim secara permanen. Saat itu suhu sangat hangat dan lembap seiring dengan gletser kutub yang berkembang pesat. Perubahan mendalam pada iklim Bumi tersebut dinilai bertanggung jawab atas perubahan siklus iklim dan menjadi langkah penting dalam evolusi iklim Bumi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tim peneliti itu, termasuk geolog dari Universitas Heidelberg Jerman, menggunakan data geologi terbaru dan simulasi komputer untuk mengungkap hubungan yang tampak paradoks. Temuan dituang ke dalam artikel berjudul “Moist and Warm Conditions in Eurasia During The Last Glacial of the Middle Pleistocene Transition”, dan dimuat di jurnal Nature terbit 10 Mei 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Zaman es periode glasial dicirikan oleh perkembangan lapisan es besar di belahan Bumi utara. Dalam 700 ribu tahun terakhir, fase pergeseran antara periode glasial dan hangat terjadi setiap 100 ribu tahun. Namun, iklim Bumi sebelumnya mengalami siklus 40 ribu tahun dengan periode glasial yang lebih pendek dan lemah. Perubahan siklus iklim yang signifikan itu diduga terjadi selama era Transisi Pleistosen Tengah sekitar 1,2 juta hingga 670 ribu tahun lalu.

Menurut Andre Bahr, profesor di Institute of Earth Sciences dan terlibat dalam penelitian, mekanisme yang bertanggung jawab atas perubahan kritis dalam ritme iklim global sebagian besar masih belum diketahui. Itu tidak dapat dikaitkan dengan variasi parameter orbit yang mengatur iklim Bumi. "Tetapi Zaman Es Hangat yang teridentifikasi akhir-akhir ini memang memainkan peran penting sebagai penyebab akumulasi kelebihan es benua," katanya.

Investigasi Bahr dan kawan-kawan melibatkan analisis riwayat iklim dari inti bor di lepas pantai Portugal dan catatan tanah aluvial dari dataran tinggi Cina yang kemudian dimasukkan ke simulasi komputer. Model penelitian tersebut lantas mengungkap tren pemanasan jangka panjang yang luar biasa dan peningkatan kelembapan di daerah subtropis selama 800-670 ribu tahun terakhir.

Selama zaman es terakhir di periode Transisi Pleistosen Tengah ini, suhu permukaan laut di Atlantik Utara dan Pasifik Utara tropis lebih hangat daripada interglasial sebelumnya—fase yang menjembatani kesenjangan antara dua zaman es. Perbedaan suhu tersebut menyebabkan produksi kelembapan dan curah hujan yang lebih tinggi di Eropa Barat Daya, memfasilitasi perluasan hutan Mediterania, dan mengintensifkan monsun musim panas di Asia Timur.

Penemuan Zaman Es Hangat itu menjadi lebih luar biasa lagi ketika diketahui bahwa kelembapan tak hanya terbatas pada daerah subtropis, tetapi juga mencapai daerah kutub, berkontribusi pada perluasan lapisan es Eurasia Utara. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lapisan es di belahan Bumi utara itu merupakan ciri khas periode glasial atau zaman es geologis.

Peneliti menyoroti pengaruh signifikan periode Transisi Pleistosen Tengah dalam membentuk siklus iklim Bumi seperti yang dikenal dewasa ini. Pergeseran ke siklus 100 ribu tahun antara periode glasial–hangat yang berbeda, yang telah berlangsung selama 700 ribu tahun terakhir, menandai titik balik penting dalam sejarah iklim Bumi. Pemahaman yang baru ditemukan tentang hubungan rumit antara “Zaman Es Hangat”, peningkatan kelembapan, dan perluasan gletser kutub membuka jalan baru untuk menjelajahi dinamika kompleks sistem iklim Bumi.

Bahr menambahkan, variabel-variabel tersebut bertahan selama beberapa waktu dalam fase glasiasi zaman es yang berkelanjutan dan berjangkauan jauh yang berlangsung hingga Pleistosen akhir. Ekspansi gletser benua seperti itu diperlukan untuk memicu pergeseran dari siklus 40 ribu tahun ke siklus 100 ribu tahun yang kita alami hari ini, yang sangat penting untuk evolusi iklim Bumi selanjutnya.

Studi ini menyoroti peran penting yang dapat dimainkan oleh peristiwa iklim masa lalu dalam membentuk skenario iklim saat ini dan masa depan. Dengan mengungkap mekanisme di balik perubahan sejarah, para ilmuwan lebih siap untuk memahami konsekuensi potensial dari perubahan iklim yang sedang berlangsung. Dengan pengetahuan ini, manusia dapat berusaha mengembangkan strategi yang efektif untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim dan melindungi masa depan planet Bumi.

 

NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM (THE WEEK, SCIENCE DAILY)

 


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus