JARINGAN TV Jerman Barat mengungkapkan pada mulanya-y g
kemudian di Amerika disajikan oleh CBS -- suatu rangkaian
kegiatan pembelian Pakistan di pasaran internasional. Bangkitlah
kecurigaan orang pada pertengahan tahun lalu. Sebab pembelian
itu jelas bertujuan melengkapi sebuah proyek pemurnian uranium
untuk memperoleh bahan peledak bom atom.
Kisah program nuklir Pakistan ini bcrmula di pertengahan tahun
60-an, ketika Zulfikar Ali Bhutto masih menjabat menteri luar
negeri dalam pemerintahan Presiden Ayub Khan. Bhutto waktu itu
menyatakan bahwa bila India jadi meledakkan bom atomnya, bangsa
Pakistan, sekalipun terpaksa makan rumput, juga akan
meledakkannya. Tahun 1974 India ternyata meledakkan bom
nuklirnya.
Pakistan pernah memesan kepada Perancis peralatan pemurnian
plutonium. Ini membangkitkan kecurigaan orang luar bahwa
Pakistan memilih "jalan plutonium" untuk mengembangkan bom
atomnya. Sementara itu Bhutto--ketika itu sudah menjadi PM --
memerintahkan untuk membangun fasilitas pemurnian uranium dengan
proses sentrifuge gas.
Belanda Geger
Adalah Dr. Abdel Quader Khan ahli metalurgi lulusan Technische
Hoogeschool (TH), Delft di Negeri Belanda, yang membina program
nuklir Pakistan. Dr. Khan sejak 1973 bekerja pada Laboratorium
Penelitian FisisDinamis (FDO) di Amsterdam, bagian dari pabrik
mesin raksasa VMF-Werkspoor, yang menjadi subkontraktor proyek
Uremco di pabrik UCN, Almelo. Uremco adalah proyek bersama
antara Inggeris, Jerman Barat dan Belanda, untuk mengembangkan
teknologi pemurnian uranium berdasarkan prinsip sentrifuge.
Proses asal Amerika Serikat ini meliputi penggunaan sentrifuge
berkecepatan tinggi -- sampai dua kali kecepatan suara--untuk
memurnikan uranium alam sehingga kaya akan U235, yang mendukung
reaksi berantai. Hanya 0,7% uranium alam terdiri dan U235,
sedang 99,3% lainnya adalah U 238, yang tidak mendukung reaksi
berantai.
Awal tahun ini -- sesudah 4 tahun Khan kembali ke
Pakistan--parlemen Belanda geger. Para anggotanya bertanya
berkenaan dengan peranari Dr. Khan selama berada di Negeri
Belanda. Seperti diungkapkan film tv tadi, Dr. Khan diduga
memperoleh rahasia teknologi vital tentang sentrifugeas itu.
Tapi, menurut direktur pabrik UCN di Almelo, Profesor M.
Mogeart, teknologi yang katanya dicuri Dr. Khan bukan hal baru
lagi.
Dr. Khan, menurut film tv itu, juga mengarahkan pembelian oleh
misi perdagangan Pakistan di Brussel. Misi ini kemudian pindah
ke Bonn.
Antara lain dibelinya beberapa pengubah arus listrik
berfrekwensi tinggi dari perusahaan Inggeris Emerson Electric.
Hal ini sempat pula dipersoalkan di parlemen Inggeris oleh Frank
Allaun, ketua fraksi partai Buruh, karena peralatan itu dapat
mendukung pembuatan senjata atom. Diperolehnya pula perlengkapan
dari VAT dan CORA Engineering--keduanya perusahaan di Swiss.
Amerika, karena ungkapan itu, segera mengurangi bantuan keuangan
tahunan kepada Pakistan dari 120 juta menjadi $ 0 juta.
Sebagai akibat tekanan Amerika, Perancis tahun lalu pun
membatalkan janjinya untuk melayani pesanan Pakistan. Namun
Perancis baru menarik tenaga ahlinya yang terakhir Juni lalu.
Pakistan jengkel sekali. Kemudian dutabesar Perancis di
Pakistan, Paul le Gourrierce dan sekretaris pertama kedutaan,
Jean Forlot, diseret keluar dari mobil mereka dan dipukuli. Ini
terjadi sekitar lokasi proyek nuklir dekat Islamabad yang
agaknya menjadi sasaran perhatian dutabesar itu.
Seorang wartawan BBC, Christopher Sherwell, mengalami nasib
serupa. Sherwell agaknya berusaha menemui Abdel Quader Khan di
rumahnya di pinggiran kota Lahore. Di situ Sherwell dicegat dan
dipukuli beberapa orang. Ia kemudian ditahan polisi dengan
tuduhan "mengganggu wanita".
Sebagian kalangan diplomatik di Islamabad yakin bahwa kemampuan
Pakistan dalam bidang nuklir adalah hasil kerja sama lebih 11
tahun dengan RRC. Daily Telegraph menulis tentang dugaan mereka
itu bahwa cerita tentang pencurian rahasia atom dan pembelian
terselubung di Eropa, hanya pengelabuan saja, demi mengalihkan
perhatian dunia dari persoalan kerjasama dengan RRC ini. Memang
Bhutto pernah pergi ke Beijing tahun 60-an untuk menandatangani
sebuah perjanjian kerjasama.
Bhutto merahasiakan detil perjanjian itu, walau pada rejim Zia
Ul-Haq sekalipun. Ada spekulasi sementara kalangan, bahwa
apabila Bhutto bersedia membuka rahasia itu, mungkin sikap AS
akan lebih tegas menuntut pembebasan Bhutto. Namun Bhutto tetap
merahasiakannya dan mengatakan bahwa perjanjian itu kelak akan
membuktikan siapa yang sebenarnya menyumbang kepada kekuatan
nasional Pakistan. Belakangan rejim Zia mengakui program nuklir
itu sebagai hasil cetusan mereka.
Agaknya dokumen inilah yang berhasil diselamatkan oleh anak Ali
Bhutto, Benazir, yang mengaku menerima pesan untuk rakyat
Pakistan dari mendiang ayahnya, yang pada waktunya nanti akan
diungkapkan isinya. Rumah keluarga Bhutto, ketika isteri dan
anaknya dalam tahanan, pernah digeledah para petugas negara yang
rupanya mencari dokumen penting.
Ketika itu Zia telah memberi jaminan kepada RRC untuk tidak
melaksanakan hukuman mati terhadap Bhutto. Karena akhirnya
dilaksanakan juga, RRC menarik diri dari program nuklir itu.
Tapi perkembangan di Afghanistan, di mana pemerintahan Taraki
dipengaruhi Soviet, menyebabkan RRC berbalik langkah dan kembali
membantu Pakistan meneruskan program nuklirnya itu.
Dari dalam tahanan, Bhutto juga pernah mengirim pernyataan
tertulis setebal 319 halaman, di mana ia menyatakan Pakistan
berkewajiban mengadakan bom atom itu bagi dunia Islam.
"Kebudayaan Nasrani, Yahudi dan Hindu memiliki bom atom, bahkan
juga dunia komunis," tulisnya. "Hanya dunia Islam belum
memilikinya, tetapi ini akan segera berubah."
Memanfaatkan Ledakan
Pernyataan ini menggelisahkan dunia Barat, apalagi karena adanya
sengketa Palestina. Presiden Libya, Kolonel Gadaffi tahun 176
menawarkan bantuannya membiayai program Pakistan untuk
memperoleh fasilitas pemurnian bahan nuklir dari Perancis,
asalkan Libya diberi bagian dari hasil plutonium nanti. Libya
rupanya ingin juga memiliki bom atom. Dua tahun kemudian usul
ini diperbaharui oleh PM Libya, Jailoud.
Semua ini dibantah keras oleh Pakistan. Jenderal Zia berulang
kali menyatakan bahwa program nuklir Pakistan bertujuan damai.
Kini orang tidak meragukan lagi maksud Pakistan untuk meledakkan
bom nuklir. Persoalannya sekarang kapan dan di mana. Beberapa
sumber menduga menjelang akhir tahun ini, sedang lainnya menduga
4 tahun lagi.
Sumber Uni Soviet memperkirakan tempat percobaan bom nuklir
Pakistan nanti di Chitrai, daerah pegunungan yang berbatasan
dengan Afghanistan. Kalangan lain mencalonkan distrik Tharpakar
yang berbatasan dengan India atau pantai tandus Baluchistan.
Perkiraan terakhir yang makin kuat bagi rencana peledakan itu
ialah di bulan Oktober dekat kota Hoshab di tengah padang pasir,
100 km di pedalaman dari pantai Makran, Pakistan Barat Daya.
Daerah itu hampir tidak berpenduduk kecuali beberapa
penggembala, dan merekapun sudah disingkirkan. Kegiatan satuan
pengamanan di wilayah itu sangat meningkat dan berbagai
instalasi militer telah dibangun.
Jenderal Zia diduga akan memanfaatkan ledakan itu untuk
memperoleh keuntungan politis dalam pemilu Nopember mendatang.
Terutama karena soal bom nuklir itu di Pakistan merupakan
kebanggaan nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini