Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menunggu ledakan dari pakistan

Proyek nuklir pakistan, yang diduga dirintis oleh ali bhutto dengan bantuan rrc, hampir menghasilkan bom nuklir. peledakan dilakukan akhir tahun. amerika serikat & prancis mengurangi bantuan pada pakistan. (ilt)

8 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JARINGAN TV Jerman Barat mengungkapkan pada mulanya-y g kemudian di Amerika disajikan oleh CBS -- suatu rangkaian kegiatan pembelian Pakistan di pasaran internasional. Bangkitlah kecurigaan orang pada pertengahan tahun lalu. Sebab pembelian itu jelas bertujuan melengkapi sebuah proyek pemurnian uranium untuk memperoleh bahan peledak bom atom. Kisah program nuklir Pakistan ini bcrmula di pertengahan tahun 60-an, ketika Zulfikar Ali Bhutto masih menjabat menteri luar negeri dalam pemerintahan Presiden Ayub Khan. Bhutto waktu itu menyatakan bahwa bila India jadi meledakkan bom atomnya, bangsa Pakistan, sekalipun terpaksa makan rumput, juga akan meledakkannya. Tahun 1974 India ternyata meledakkan bom nuklirnya. Pakistan pernah memesan kepada Perancis peralatan pemurnian plutonium. Ini membangkitkan kecurigaan orang luar bahwa Pakistan memilih "jalan plutonium" untuk mengembangkan bom atomnya. Sementara itu Bhutto--ketika itu sudah menjadi PM -- memerintahkan untuk membangun fasilitas pemurnian uranium dengan proses sentrifuge gas. Belanda Geger Adalah Dr. Abdel Quader Khan ahli metalurgi lulusan Technische Hoogeschool (TH), Delft di Negeri Belanda, yang membina program nuklir Pakistan. Dr. Khan sejak 1973 bekerja pada Laboratorium Penelitian FisisDinamis (FDO) di Amsterdam, bagian dari pabrik mesin raksasa VMF-Werkspoor, yang menjadi subkontraktor proyek Uremco di pabrik UCN, Almelo. Uremco adalah proyek bersama antara Inggeris, Jerman Barat dan Belanda, untuk mengembangkan teknologi pemurnian uranium berdasarkan prinsip sentrifuge. Proses asal Amerika Serikat ini meliputi penggunaan sentrifuge berkecepatan tinggi -- sampai dua kali kecepatan suara--untuk memurnikan uranium alam sehingga kaya akan U235, yang mendukung reaksi berantai. Hanya 0,7% uranium alam terdiri dan U235, sedang 99,3% lainnya adalah U 238, yang tidak mendukung reaksi berantai. Awal tahun ini -- sesudah 4 tahun Khan kembali ke Pakistan--parlemen Belanda geger. Para anggotanya bertanya berkenaan dengan peranari Dr. Khan selama berada di Negeri Belanda. Seperti diungkapkan film tv tadi, Dr. Khan diduga memperoleh rahasia teknologi vital tentang sentrifugeas itu. Tapi, menurut direktur pabrik UCN di Almelo, Profesor M. Mogeart, teknologi yang katanya dicuri Dr. Khan bukan hal baru lagi. Dr. Khan, menurut film tv itu, juga mengarahkan pembelian oleh misi perdagangan Pakistan di Brussel. Misi ini kemudian pindah ke Bonn. Antara lain dibelinya beberapa pengubah arus listrik berfrekwensi tinggi dari perusahaan Inggeris Emerson Electric. Hal ini sempat pula dipersoalkan di parlemen Inggeris oleh Frank Allaun, ketua fraksi partai Buruh, karena peralatan itu dapat mendukung pembuatan senjata atom. Diperolehnya pula perlengkapan dari VAT dan CORA Engineering--keduanya perusahaan di Swiss. Amerika, karena ungkapan itu, segera mengurangi bantuan keuangan tahunan kepada Pakistan dari 120 juta menjadi $ 0 juta. Sebagai akibat tekanan Amerika, Perancis tahun lalu pun membatalkan janjinya untuk melayani pesanan Pakistan. Namun Perancis baru menarik tenaga ahlinya yang terakhir Juni lalu. Pakistan jengkel sekali. Kemudian dutabesar Perancis di Pakistan, Paul le Gourrierce dan sekretaris pertama kedutaan, Jean Forlot, diseret keluar dari mobil mereka dan dipukuli. Ini terjadi sekitar lokasi proyek nuklir dekat Islamabad yang agaknya menjadi sasaran perhatian dutabesar itu. Seorang wartawan BBC, Christopher Sherwell, mengalami nasib serupa. Sherwell agaknya berusaha menemui Abdel Quader Khan di rumahnya di pinggiran kota Lahore. Di situ Sherwell dicegat dan dipukuli beberapa orang. Ia kemudian ditahan polisi dengan tuduhan "mengganggu wanita". Sebagian kalangan diplomatik di Islamabad yakin bahwa kemampuan Pakistan dalam bidang nuklir adalah hasil kerja sama lebih 11 tahun dengan RRC. Daily Telegraph menulis tentang dugaan mereka itu bahwa cerita tentang pencurian rahasia atom dan pembelian terselubung di Eropa, hanya pengelabuan saja, demi mengalihkan perhatian dunia dari persoalan kerjasama dengan RRC ini. Memang Bhutto pernah pergi ke Beijing tahun 60-an untuk menandatangani sebuah perjanjian kerjasama. Bhutto merahasiakan detil perjanjian itu, walau pada rejim Zia Ul-Haq sekalipun. Ada spekulasi sementara kalangan, bahwa apabila Bhutto bersedia membuka rahasia itu, mungkin sikap AS akan lebih tegas menuntut pembebasan Bhutto. Namun Bhutto tetap merahasiakannya dan mengatakan bahwa perjanjian itu kelak akan membuktikan siapa yang sebenarnya menyumbang kepada kekuatan nasional Pakistan. Belakangan rejim Zia mengakui program nuklir itu sebagai hasil cetusan mereka. Agaknya dokumen inilah yang berhasil diselamatkan oleh anak Ali Bhutto, Benazir, yang mengaku menerima pesan untuk rakyat Pakistan dari mendiang ayahnya, yang pada waktunya nanti akan diungkapkan isinya. Rumah keluarga Bhutto, ketika isteri dan anaknya dalam tahanan, pernah digeledah para petugas negara yang rupanya mencari dokumen penting. Ketika itu Zia telah memberi jaminan kepada RRC untuk tidak melaksanakan hukuman mati terhadap Bhutto. Karena akhirnya dilaksanakan juga, RRC menarik diri dari program nuklir itu. Tapi perkembangan di Afghanistan, di mana pemerintahan Taraki dipengaruhi Soviet, menyebabkan RRC berbalik langkah dan kembali membantu Pakistan meneruskan program nuklirnya itu. Dari dalam tahanan, Bhutto juga pernah mengirim pernyataan tertulis setebal 319 halaman, di mana ia menyatakan Pakistan berkewajiban mengadakan bom atom itu bagi dunia Islam. "Kebudayaan Nasrani, Yahudi dan Hindu memiliki bom atom, bahkan juga dunia komunis," tulisnya. "Hanya dunia Islam belum memilikinya, tetapi ini akan segera berubah." Memanfaatkan Ledakan Pernyataan ini menggelisahkan dunia Barat, apalagi karena adanya sengketa Palestina. Presiden Libya, Kolonel Gadaffi tahun 176 menawarkan bantuannya membiayai program Pakistan untuk memperoleh fasilitas pemurnian bahan nuklir dari Perancis, asalkan Libya diberi bagian dari hasil plutonium nanti. Libya rupanya ingin juga memiliki bom atom. Dua tahun kemudian usul ini diperbaharui oleh PM Libya, Jailoud. Semua ini dibantah keras oleh Pakistan. Jenderal Zia berulang kali menyatakan bahwa program nuklir Pakistan bertujuan damai. Kini orang tidak meragukan lagi maksud Pakistan untuk meledakkan bom nuklir. Persoalannya sekarang kapan dan di mana. Beberapa sumber menduga menjelang akhir tahun ini, sedang lainnya menduga 4 tahun lagi. Sumber Uni Soviet memperkirakan tempat percobaan bom nuklir Pakistan nanti di Chitrai, daerah pegunungan yang berbatasan dengan Afghanistan. Kalangan lain mencalonkan distrik Tharpakar yang berbatasan dengan India atau pantai tandus Baluchistan. Perkiraan terakhir yang makin kuat bagi rencana peledakan itu ialah di bulan Oktober dekat kota Hoshab di tengah padang pasir, 100 km di pedalaman dari pantai Makran, Pakistan Barat Daya. Daerah itu hampir tidak berpenduduk kecuali beberapa penggembala, dan merekapun sudah disingkirkan. Kegiatan satuan pengamanan di wilayah itu sangat meningkat dan berbagai instalasi militer telah dibangun. Jenderal Zia diduga akan memanfaatkan ledakan itu untuk memperoleh keuntungan politis dalam pemilu Nopember mendatang. Terutama karena soal bom nuklir itu di Pakistan merupakan kebanggaan nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus