Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Ahli tsunami dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Hamzah Latief yakin tsunami Palu disebabkan longsoran sedimen saat terjadi gempa bermagnitudo 7,4 pada 28 September 2018. Keyakinannya berdasarkan data di lapangan. "Iya betul akibat longsor," kata Hamzah, Sabtu, 13 Oktober 2018.
Baca: Ada 2 Dugaan Penyebab Tsunami Palu: Longsor Bawah Laut dan...
Baca: Begini Penampakan Kota Palu Sebelum dan Setelah Tsunami
Baca: Animasi dari Ilmuwan NOAA Ungkap Bagaimana Tsunami Palu Terbentuk
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengajar dari Kelompok Keahlian Oseanografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu melakukan pengamatan langsung ke lokasi tsunami yang terjadi di Palu dan sekitarnya, Rabu, 10 Oktober 2018. Di lapangan ia mencari data mengenai peristiwa tsunami di Palu dan sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari laman ITB, tim ITB dan Pusat Studi Gempabumi Nasional (Pusgen), LIPI, dan Kementerian PUPR, mendatangi beberapa lokasi kejadian tsunami. Tempatnya dari mulai Pantai Watusepu, Buluri dan Talise. Tim juga mewawancarai warga yang menjadi saksi mata tsunami.
Menurut Hamzah, saksi melihat tsunami muncul dalam waktu yang singkat dan seketika setelah gempa. "Tsunami ini menjalar ke segala arah, enam menit kemudian tercatat di Pantoloan berdasarkan pasang surut dan juga empat menit sampai di daerah Watusepu," katanya.
Hamzah pun melakukan pengukuran ketinggian tsunami di beberapa lokasi seperti di bawah jembatan Punulele, Kota Palu yang ambruk. Di lokasi itu, sisa sampah yang menyangkut di dinding tembok jembatan mengabarkan ketinggian tsunami. Pencapaiannya sampai lima meter.
Adapun di beberapa lokasi lain, ketinggian tsunami bervariasi antara tiga hingga empat meter.
"Lokasi kejadian tsunami yang parah berada di Talise, lebih dari 200 mayat ditemukan," kata Hamzah. Tsunami itu menerjang pantai, permukiman, hingga gedung-gedung dan fasilitas umum di Palu dan sekitarnya.
Proses terjadinya tsunami tersebut menurut Hamzah, diawali oleh strike slip atau sesar geser Patahan Palu Koro sehingga terjadi gempa. Akibat guncangan kuat dengan magnitudo 7,4 terjadi longsoran sedimen di bawah air laut.
Longsoran sedimen tersebut, kata Hamzah, berasal dari endapan yang dialirkan sungai ke muara. Endapan itu longsor ketika gempa dan menciptakan tsunami Palu. "Teluk Palu ini punya kemiringan dari dangkal sampai ke kedalaman 500 meter," kata Hamzah. Namun sejauh ini lokasi penyebab longsoran sedimen itu belum jelas, apakah dari Pantai Talise atau titik lain.