Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Paleontolog Temukan Fosil Ular Berkaki, Ubah Teori Evolusi?

Fosil ular purba berkaki ditemukan di Argentina, membuat pandangan baru tentang evolusi ular yang semula disebut bernenek moyang cacing.

22 November 2019 | 06.49 WIB

Ular purba berkaki Najash snake.dalam ilustrasi yang dibuat seniman. (Ral O. Gmez, Universidad de Buenos Aires, Buenos Aires, Argentina)
Perbesar
Ular purba berkaki Najash snake.dalam ilustrasi yang dibuat seniman. (Ral O. Gmez, Universidad de Buenos Aires, Buenos Aires, Argentina)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Fosil ular purba berkaki ditemukan di Argentina. Fosil ditemukan pada Februari 2013 oleh Fernando Garberoglio, yang waktu itu mahasiswa paleontologi dari Universidad de Buenos Aires. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bersama paleontolog Sebastian Apesteguia dari Universidad Maimonides, dan Guillermo Rougier dari University of Louisville, ia melakukan penelitian di Area Paleontologi La Buitrera di Patagonia utara, Argentina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Laman Science Alert, baru-baru ini, menyebutkan fosil itu memberikan pandangan sekilas evolusi sekelompok organisme. Studi dipublikasikan dalam jurnal Science Advances ini, membantu menjawab pertanyaan lama tentang asal usul ular dan menjelaskan bagaimana mereka kehilangan anggota tubuh dan mengembangkan tengkorak mereka yang sangat khusus.

Fosil itu disebut Najash rionegrina mengutip nama ular berkaki dalam Alkitab Nahash (bahasa Ibrani untuk ular), dan Provinsi Rio Negro di Argentina, tempat fosil-fosil itu ditemukan.

Fosil-fosil Najash berusia sekitar 95 juta tahun, dan pertama kali dideskripsikan di Nature dari tengkorak yang terpisah-pisah dan kerangka tubuh parsial yang melindungi anggota tubuh belakang.

Fosil ular purba Najash (Flinders University)

Yang membuat Najash unik adalah binatang itu hidup di padang pasir, bukan ular air yang hidup di lautan. Selain itu, fosil-fosil ditemukan tidak dalam kondisi ditekan sedimen yang ada di atasnya, sehingga mereka dilestarikan dalam tiga dimensi, tidak seperti fosil ular laut.

Hipotesa lama menyebutkan bahwa ular berevolusi dari nenek moyang kadal. Teori lain menyebut sekelompok ular kecil, seperti cacing,  dikenal sebagai scolecophidians, telah lama dianggap sebagai ular hidup yang paling primitif.

Fosil Najash  menunjukkan tengkorak dari garis keturunan ular purba itu tidak seperti tengkorak ular skolekofidian. Sebagai gantinya, Najash dan sejenisnya memiliki mulut besar dengan gigi tajam dan beberapa sendi tengkorak  yang merupakan ciri khas kebanyakan ular modern.

Namun, mereka masih mempertahankan beberapa fitur tengkorak tulang kadal yang lebih khas. Dalam istilah evolusioner, Najash memberi tahu kita bahwa ular berevolusi menuju mobilitas tengkorak yang diperlukan untuk menelan  mangsa  cukup besar, ciri khas banyak ular modern.

Spesimen baru Najash ini adalah contoh yang sangat baik dari kekuatan prediksi ilmu pengetahuan. Tengkorak Najash memberi tahu bahwa  nenek moyang ular sangat mirip dengan beberapa kerabat kadal dekat mereka, seperti  komodo.

Ini benar-benar jauh dari gagasan bahwa ular bisa berevolusi dari leluhur kecil,  seperti cacing.

SCIENCE ALERT | NATURE | SCIENCE ADVANCE


Yudono Yanuar

Yudono Yanuar

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus