Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Panjang Umur dengan Rekayasa Genetis

Para peneliti berhasil menemukan suatu gen yang mengontrol usia sel. Pada tikus, bila gen itu dihilangkan, usia tikus menjadi lebih panjang.

5 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UMUR, suatu saat, agaknya bisa dibuat mirip karet—bisa dipanjangkan sampai batas tertentu. Satu tim ahli dari Italia dan Amerika setidaknya berhasil melakukannya pada tikus. Walau masih harus diuji lagi pada tikus jenis lain dan belum tentu berlaku pada manusia, keberhasilan ini merupakan satu lompatan besar ilmu pengetahuan. Setelah sebelumnya rekayasa genetis berhasil memperpanjang usia ulat dan lalat, inilah untuk pertama kalinya percobaan serupa dilakukan pada mamalia. Adalah Dr. Pier Giuseppe Pelicci dari European Institute of Oncology, Milan, bersama para ilmuwan dari Institute of Pathology, Perugia, Italia, dan Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, New York, yang dalam sebuah penelitian mendalam tentang penyebab kematian secara genetis menemukan adanya gen pengontrol usia sel. Temuan mereka itu kemudian dimuat di jurnal ilmiah Nature. Gen ini menghasilkan protein yang memicu proses penghancuran diri sel sebagai respons terhadap kerusakan yang disebabkan oleh oksigen. Oksigen memang dapat merusakkan sel karena sejatinya zat ini juga memicu kemunculan radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas atau molekul tak stabil yang terbentuk dalam proses oksidasi itu, antara lain, dapat mengorupsi informasi data DNA. Bila kerusakan yang disebabkan radikal bebas itu cukup parah, secara genetis sel-sel akan menghancurkan dirinya sendiri. Ini semacam mekanisme penyelamatan diri guna mencegah sel rusak berubah jadi kanker. Karena itu, para peneliti punya gagasan untuk melenyapkan gen khusus itu—sehingga protein pemicu proses bunuh diri sel tidak keluar—agar sel-sel dapat hidup lebih lama. Teori itu bisa dibuktikan di laboratorium dengan hewan percobaan tikus. Dengan melenyapkan gen pengontrol usia tikus, para ilmuwan berhasil membuat hewan itu hidup 30 hari lebih lama ketimbang usia normal, tanpa efek samping yang membahayakan. Tim riset juga mengetahui bahwa ketiadaan gen pengontrol usia sel itu membuat sel tikus jarang mati walaupun terjadi kerusakan akibat oksigen. "Saya kira ini merupakan suatu lompatan kemajuan. Kami dapat mengubah gen tikus dan membuatnya hidup lebih lama, tanpa efek samping sama sekali," tutur Dr. Leonard Guarente dari Massachusetts Institute of Technology, seperti dikutip majalah sains Scientific American. Akan tetapi, baik Pelicci maupun koleganya sendiri memperkirakan efek samping itu pasti ada—sekecil apa pun—karena "hukum alam" tetap berlaku. Hukum itu mengatakan, bila ada penambahan keuntungan secara biologis, biasanya ada kerugian yang muncul pula. Pada kasus ini, tikus-tikus itu harus menerima nasib badannya menjadi lebih kecil dan kemampuan fertilitasnya pun di bawah normal. Pelicci berharap segera menemukan dampak hilangnya gen tersebut agar bisa mengantisipasi kemungkinan terburuk. Sementara itu, walau para pakar soal penuaan memperkirakan penemuan tersebut suatu saat dapat mendorong terciptanya obat yang mampu menunda penuaan, para peneliti belum mengetahui apakah pelenyapan gen tersebut akan memberi pengaruh yang sama pada manusia. Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus