KEGIATAN surat-menyurat memang perlu syarat: kedua belah pihak harus melek huruf. Soal melek mata atau tunanetra kini bukan halangan bagi komunikasi tertulis. Howtek Inc., sebuah perusahaan elektronik di Hudson, New Hampshire, telah berhasil memproduksi printer yang bisa mencetak huruf Braille sekaligus grafik untuk kaum tunanetra. Printer itu diberi nama Pixelmaster 2. Hasil cetakannya berupa bintik-bintik yang menonjol, sebagaimana layaknya huruf Braille, di atas kertas berukuran folio. Howtek merekomendasikan Pixelmaster 2 ini cocok dipakai di instansi atau lembaga pemerintahan atau sekolah-sekolah yang sering berurusan dengan kaum tunanetra. Tentu saja, untuk pengoperasiannya, Pixelmaster 2 harus dihubungkan dengan komputer pribadi (PC). Dari PC, data digital yang dikirim lewat keyboard dan membawa pesan huruf alfanumerik itu diolah, diterjemahkan, lalu diubah menjadi huruf Braille. Untuk mencetak huruf Braille sebanyak satu halaman, printer dengan kapasitas memori 512 kilobit itu memerlukan waktu 2 sampai 3 menit. Howtek tampaknya tak mau membatasi pasaran produknya untuk melayani kaum tunanetra semata. Pixelmaster tadi juga bisa dipakai sebagai printer biasa yang menghasilkan huruf-huruf alfanumerik. Yang unik, dia pun bisa menyajikan dua macam huruf itu sekaligus dalam satu halaman. Caranya, dengan meletakkan huruf Braille itu di barisan atas dan huruf standar di bawahnya atau sebaliknya. Pixelmaster 2 itu kini dijual dengan harga US$ 6.300 (Rp 11,5 juta) per unit. Tapi distributornya, seperti Enabling Technologies Co., di Florida, pesimistis terhadap prospek pemasarannya. "Kecepatan cetaknya kurang tinggi. Masih sulit bersaing dengan mesin cetak mekanik," kata seorang manajer di Enabling Tech. Co.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini