Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sirene antimaling

Majima co. menciptakan sirene yang paling keras di dunia. dinamakan dynamite siren. cocok dipasang di hotel, pabrik,dan rumah sakit. juga untuk siskamling. juga membuat music chime: mengalunkan nada manis.

14 Juli 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEHADIRAN Hiroshi Majima, 69 tahun, sering menarik perhatian publik, karena suaranya meledak-ledak bila berbicara. "Saya biasa bicara keras," katanya. Ia rupanya menganggap orang lain "budek" seperti dirinya. Kuping Majima memang kurang peka, akibat selalu mendengar suara sirene. Tapi pengorbanannya tak sia-sia. Perusahaannya, Majima Co. Ltd., berhasil memproduksi sirene yang diklaim paling keras di dunia. Kekuatan lengkingan sirene buatan Majima mencapai 130 desibel (Db) -- setara deru suara mesin pesawat jet mutakhir. "Itu suara artifisial paling keras yang pernah muncul dari perkakas ciptaan manusia," katanya kepada Wartawan TEMPO Biro Tokyo, Seiichi Okawa. Majima menamakan produk terbarunya itu dynamite siren (sirene dinamit). Penyalak elektronik yang beratnya 1,8 kg ini dikemas dalam boks 23 x 13 x 13 cm. Hanya dengan delapan buah batere 1,5 volt, sirene itu bisa melolong-lolong selama 30 jam, dan bisa didengar dalam radius 700 meter. Majima merekomendasikan sirene seharga 46.000 yen (Rp 550.000) itu, yang memasuki pasar domestik Jepang sejak Juni lalu, cocok dipasang di hotel, pabrik, rumah sakit, gedung sekolah, atau gedung perkantoran. Untuk apa? "Untuk memberikan tanda jika terjadi kebakaran," ujar Majima. Selain itu, menurut Majima, sirene buatannya cocok pula dipakai sebagai teman begadang hansip atau petugas siskamling. Alat itu mudah ditenteng ke mana-mana. Jika terjadi ancaman kejahatan, petugas tinggal memencet tombol, maka sirene akan meraung-raung -- dijamin rampok atau maling bakal kabur. Sirene produksi Majima Co. Ltd., kata pembuatnya, juga layak untuk dipakai sebagai polisi antihuru-hara untuk menghadapi kaum demonstran. Sebagai alat kepruk? Tentu tidak. "Kalau sirene dibunyikan terus, saya jamin para demonstran tak akan sanggup bertahan," ujar Majima. Kegiatan riset untuk memperoleh vibrator (sumber getar) yang canggih telah dilakukan Majima sedikitnya 25 tahun. Biaya rata-rata yang dikeluarkannya untuk riset 800.000 yen per tahun. Ketekunan Majima melakukan riset akhirnya menghasilkan sirene dinamit berkekuatan 130 Db dengan enam buah sumber getar tersebut. Tiap-tiap sumber getar ukurannya sebesar silinder bergaris tengah 5,5 cm dan 3,4 cm tingginya. Beratnya pun cuma 50 gram per unit. Setiap sumber getar itu bisa menghasilkan suara berkekuatan 125 Db, dan gabungan keenam unit itu bisa memberikan raungan berskala 130 Db, kendati tanpa amplifier. Majima tampak enggan bercerita detail tentang penemuannya itu. Ia hanya menyebut getaran itu berasal dari keping kuningan setebal 0,5 mm dengan garis tengah 3,5 cm dan keramik setebal 0,1 cm dengan diameter 3 cm. Keduanya disetel berdekatan, lantas muatan listrik berkekuatan rendah dialirkan, dengan kutub positif pada kuningan dan negatif di keramik. Kabarnya, mobil-mobil raksasa yang mengangkut alat-alat berat di Amerika 40% menggunakan sirene mini (jenis lain sirene buatan Majima) yang berukuran cuma 6 cm, berat 1,9 ons, tapi bisa meraung dengan kekuatan 112 Db. Majima, alumnus Fakultas Teknik Universitas Waseda, mengaku telah 33 tahun menggauli pelbagai macam bunyi. "Bagi perusahaan kami, bunyi-bunyian adalah barang jualan yang utama," ujarnya. Salah satu produksi Majima Co. Ltd. yang juga laris adalah music chime -- bunyian yang dikemas dalam boks. Bila kotak music chime disetel, akan mengalun nada-nada manis, mirip suara piano, dalam melodi lagu Yuyake Koyake (Langit merah, saat matahari tenggelam). Setiap sore, lagu ini mengalun dari sekitar 3.000 music chime yang dipasang di kantor-kantor kecamatan di Jepang. Kalau Yuyake Koyake terdengar, itu pertanda anak-anak harus pulang ke rumah. Di samping itu, Majima juga telah membuat "lonceng" elektronik paling monumental. "Lonceng" itu terpasang pada sebuah monumen di Kota Hiroshima, dan orang menyebutnya lonceng perdamaian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus