Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pesan Sunandar, Buat Habibie

Gub. ja-tim, sunandar priyosudarmo melontarkan gagasan agar menristek habibie mengembangkan kincir dar rieus & ja-tim sebagai perintisnya. kekuatan angin dapat dimanfaatkan untuk proyek listrik masuk desa. (ilt)

8 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASUKNYA listrik ke desa-desa Jawa Timur, ternyata bukan soal gampang bagi Gubernur Sunandar Priyosudarmo. Bergantung pada PLN, masih sulit. Soalnya, secara bisnis tak menguntungkan. Sedangkan untuk mendirikan pembangkit-pembangkit listrik tenaga disel (PLTD), biayanya mahal dan juga boros enerji bahan bakar fosil. Di beberapa tempat memang sudah dicoba mendirikan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) mini. Tapi kemungkinannya hanya terbatas di pinggir kali yang ada air terjunnya. Maka mata Sunandar pun beralih ke tenaga alam yang ada di mana-mana: gerakan udara, yang lazim disebut angin. Kebetulan, di koran-koran pernah terbetik berita adanya percobaan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) menghidupkan kembali "kincir angin Darrieus". Alat ini sebenarnya sudah lama ditemukan seorang pencipta Perancis, George Jean Darrieus, dan dipatenkan tahun 1931. Berbeda dengan kincir angin biasa yang baling-balingnya berputar mengelilingi sumbu horisontal, ciptaan Darieus ini bersumbu vertikal. Baling-balingnya dua, pipih seperti sayap pesawat terbang dan ujung-ujungnya diikat dengan bantalan peluru sehingga membentuk lengkungan hiperbola. Baling-baling kincir Darrieus yang diperkenalkan LAPAN terbuat dari baja strip jenis FT25 berlapis kayu balsa, kemudian dibungkus fibeglass (kaca serat). Meyakinkan Panjang baling-balingnya 11,87 meter, dan mampu bergerak antara 3 - 10 meter setiap detik seiring hembusan angin. Bila sang bayu berhembus kencang dan kecepatan baling-baling bisa optimal (10 meter setiap detik itu), perputaran baling-baling sebanyak 143 rpm (perputaran per menit) akan menghasilkan tenaga listrik sekuat 14 Tenaga Kuda. Tapi dengan kekuatan angin sedang-sedang saja kincir Darrieus ini sudah mampu menghasilkan tenaga listrik 3 TK yang cukup untuk menerangi 20 rumah masingm asing 150 VA. Mendengar adanya alat yang kedengarannya serba meyakinkan itu, Sunandar dalam pelantikan Ketua Bappeda (Badan Perencana Pembangunan Dacrah) Jawa Timur 14 Juni lalu kontan menyodorkan tugas buat Ketua Bappeda yang baru, Sumardi. Pesan Gubernur kepada Bappeda, agar segera menghubungi Menteri Riset 8 Teknologi Dr BJ Habibie supaya kincir Darrieus segera dikembangkan proyek perintisnya di Jawa Timur. Pihak Bappeda Ja-Tim belum dapat menjelaskan langkah apa yang akan ditempuh. "Kami masih menunggu pembicaraan dengan Lapan," ujar ir Djailani dari staf perencanaan Bappeda. Namun satu masalah sudah dapat dikemukakannya kepada Dahlan dari TEMPO, harganya masih mahal. Sebab dalam penerapannya, kincir ini harus dipadukan dengan generator tipe S yang harganya Rp 7 juta untuk tiap unit. Kalau dibikin secara besar-besaran, harga ini kabarnya bisa ditekan sampai Rp 3 juta. Mungkin itu sebabnya, orang Bappeda yang dihubungi TEMPO itu belum cepat menjawab dari mana sumber dananya, dan berapa desa yang akan dicoba. Bagi Menteri Riset Habibie permintaan satu propinsi saja mungkin tak cukup menarik untuk disusun anggaran berikut tenaga penelitinya. Setidak-tidaknya Sunandar mungkin perlu juga mencari dukungan beberapa gubernur lain yang daerahnya terletak jauh dari pusat-pusat distribusi bahan-bakar-minyak -- tapi setiap harinya diterpa angin yang cukup kuat. Siapa tahu dalam acara mengumpulkan pendapat tenaga peneliti se-Indonesia guna menyusun strategi kebijaksanaan riset Repelita III, yang akan berlangsung di Jakarta pertengahan bulan ini Dr Habibie bisa memikirkan gagasan Sunandar (+ Lapan) tadi. Juga di Kanada Kalau ide itu diterima, Indonesia bukan negara pertama yang bakal mengembangkan Kincir Angin Darrieus ini. Dewan Riset Nasional Kanada misalnya, telah mulai mendirikan satu angkatan kincir angin begini. Di sana dikenal sebagai "pengocok telur" (egg beater) atau lengkapnya "turbin-angin segala-arah bersumbu-tegak", satu di antaranya dipakai menunjang sebuah pembangkit listrik konvensional. Sudah dua jenis kincir angin Darrieus diproduksi secara massal di sana. Satu berukuran baling-baling 5 meter yang mampu membangkitkan 4000 watt. Sedang yang lebih besar berukuran baling-baling 6« meter dengan kekuatan 8000 watt. Kincir angin yang lebih raksasa dengan baling-baling vertikal 23« meter dengan generator berkekuatan 200 KW sedang dalam pesanan. Kincir angin segede itu, antara lan dirancang untuk memecahkan 'krisis enerji' di Kepulauan Magdalena di Teluk St. Lawrence, pantai timur Kanada. Ongkos angkut minyak solar untuk menjalankan generator listrik di kepulauan yang paling berangin di Kanada itu, sudah membubung terlalu tinggi. Dengan berbagai tantangan alam itu negeri Amerika Utara yang terkenal luas tundra, hutan, dan padang-padang saljunya, ciptaan Darrieus itu dianggap pemecahan yang paling ideal untuk mcnangkap angin yang berhembus kencan di sana. Malah ambisi Kanada lebih jauh lagi: menjadi negara pertama yang mematangkan teknologi enerji yang bebas polusi ini, dan memasarkannya ke manca negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus