Phantom Si Penguji

Ultrasonografi atau USG lazim digunakan di rumah-rumah sakit. Namun siapa yang bisa menjamin alat deteksi bagian dalam tubuh manusia itu andal dan akurat? Tak ada. Peralatan untuk menguji akurasi USG amatlah mahal. Alhasil, banyak USG di rumah sakit tidak dikalibrasi secara berkala.

Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mencoba menyiasati masalah itu. Lembaga ini membuat prototipe peralatan uji pemindai ultrasonografi. Ada tiga komponen penting dalam alat pemindai ini: Phantom, komputer, dan perangkat lunak.

Phantom merupakan obyek penguji yang terbuat dari bahan yang memiliki karakteristik akustik mirip tisu. Obyek ini bisa mengukur parameter resolusi spasial, kedalaman penetrasi, keseragaman citra, dan jangkauan dinamik. Juga mengukur akurasi jarak vertikal dan horizontal serta fokus dan ketebalan berkas gelombang.

Perangkat lunak yang dikembangkan BPPT ini ternyata mampu mempersingkat pengujian dan analisis citra. Itu membuat data hasil pengujian sebelumnya bisa segera diketahui. Dan kerusakan pada USG dapat dideteksi secara dini dan tidak merembet ke komponen lain.

Tahun ini, BPPT menguji coba prototipe Phantom di lima rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya. Mereka juga melakukan pelatihan bagi tim medis.

Sel Surya Tipis

Teknologi sel surya telah jauh bergerak maju. Sepuluh tahun lalu, setidaknya dibutuhkan area seluas lapangan bulu tangkis untuk mengembangkan sel surya berbahan silikon. Kini, alat penghasil listrik atau penyetrum baterai isi ulang dari sinar matahari ini menciut ke ukuran mini dan tipis.

G24 Innovations adalah perusahaan pertama di dunia yang memproduksi secara massal sel surya tipis. Pada Kongres 3GSM Dunia di Barcelona, Spanyol, Februari lalu, perusahaan ini memamerkan keunggulan sel suryanya dengan berat seperseratus sel surya dari bahan silikon. "Selain tipis dan lentur, bisa digulung seperti plastik," kata Direktur G24 Robert M. Hertzberg,

Salah satu produk G24 adalah sel surya berbentuk charger dengan kapasitas 2 sampai 6 watt. Alat ini dapat dipakai untuk menyetrum telepon seluler, kamera digital, pemutar MP3, dan baterai AA. Mereka kini tinggal bekerja sama dengan produsen yang berniat mengembangkan tas laptop berenergi sel surya yang dapat menyetrum laptop.

Baju Antikotor

Antikotor dan tanpa bau. Inilah baju terbaru rancangan Angkatan Udara Amerika Serikat buat tentara yang bertugas di medan perang. Jadi tak perlu repot membawa salinan banyak-banyak selagi bertempur.

Jesff Owen, salah satu perancangnya, menjelaskan bahwa baju antikotor ini tahan berminggu-minggu tanpa dicuci. Sebab, bahan pakaian ini dilengkapi dengan partikel nano yang dipasang dengan gelombang mikro. Partikel nano itu mengandung bahan kimia yang berfungsi menangkal air (keringat), minyak, dan bakteri. Itu sebabnya baju antikotor juga disebut baju mencuci sendiri.

Menurut Owen, pakaian ini juga dilengkapi zat pembunuh bakteri. Maklum, tentara tidak cuma berkeringat, tapi juga kerap berada di lokasi penuh kuman. Umpamanya rawa dan comberan. "Banyak tentara Amerika pada Perang Teluk 1991 meninggal akibat infeksi bakteri," katanya.

Untuk mengembangkan teknologi ini, militer Amerika menghabiskan US$ 29 juta atau sekitar Rp 275 miliar. Sebenarnya, tujuan utama penelitian itu adalah menciptakan pakaian yang dapat menyelamatkan tentara dari serangan senjata biologi. Awal 2007, pakaian antikotor telah diuji coba. Belum ada kepastian apakah partikel nano yang mengandung zat kimia aman bagi kulit.