Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI perkotaan, daerah resapan air kian sempit. Permukaan air tanah pun menurun dan banjir kerap datang ketika musim hujan. Untuk mencegahnya, pipa pori resapan buatan Wasrif, Taufan Kurniawan, dan Friski Cahya bisa jadi solusi. Karya mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada itu cukup "ditanam" di sekitar rumah.
Pipa pori merupakan perpaduan dari sumur resapan, lubang biopori, dan pipa komposter resapan. Ukuran pipa pori yang kecil sangat fleksibel di wilayah padat penduduk, beda dengan sumur resapan yang butuh lahan luas. Lubang biopori yang memiliki daya serap tinggi dan membuat tanah subur tidak diimbangi struktur lubang resapan yang kuat sehingga tanah rawan longsor. Menggunakan prinsip pipa komposter, selain area sekitar pipa pori jadi gembur, tanah tetap kukuh.
Wasrif mengatakan, untuk membuat pipa pori dibutuhkan pipa pralon, ijuk, sampah organik, batu kerikil, dan saringan inlet. Menggunakan bor, tanah digali sedalam satu hingga tiga meter, tergantung panjang pipa. Di bagian paling dasar dipasang kerikil sebagai fondasi. Pralon dengan diameter 10-20 sentimeter dilubangi sekujur batangnya-seperti pori-dan diselimuti ijuk lalu dimasukkan ke tanah. Bagian atas ditutup dengan saringan dan ditaruh sampah organik (lihat gambar).
Jika ada beberapa pipa pori, satu sama lain dihubungkan dengan pipa secara horizontal. Tujuannya, ketika air di satu lubang penuh atau jenuh, akan dialirkan ke lubang pipa lainnya. "Selain mengurangi ancaman banjir, pipa pori bisa mengatasi kekeringan dengan memperbaiki tingkat peresapan air ke dalam tanah," kata Wasrif.
Dia berharap rancang bangun yang merebut medali emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di Bali, Juli lalu, ini dapat direalisasikan, terutama di kawasan padat penduduk. Sebab, untuk membuat satu set pipa pori, menurut Wasrif, biayanya cukup murah, sekitar Rp 150 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo