SIAPA bilang di desa tak ada probllm memperoleh air minum yang
sehat dan bersih? Paling tidak, di desa Anding (Suliki) dan
Situjuh Batur, Kabupaten Lima Puluh Kota kebutuhan itu sangat
terasa. Sumber air yang terdekat -- yakni sungai -- letaknya
jauh di bawah lokasi desa-desa itu. Menggotong air ke atas
bukit, terlalu berat. Sedang menggali sumur atau pompa dalam
(deepwell), juga tak sedikit memeras keringat.
Arkian, seorang penduduk desa yang terampil Muchtar Ali namanya,
punya ide: membuat pompa air yang digerakkan oleh tenaga arus
sungai sendiri yang mampu menaikkan air dari sungai ke
ketinggian yang dikehendaki.
Coba punya coba, akhirnya berhasillah laki-laki kelahiran Batang
Palupuh yang bukan sarjana teknik itu. Kontan ciptaannya itu
dibaptis jadi POSAS pompa sumber air sungai -- oleh pemda
kabupaten.
Lurah ke Gubernur
Kontruksinya sederhana saja. Sebuah bumbung besi yang besarnya
kira-kira 1 x drum minyak yang berlubang pantatnya, sebagai
pintu pemasukan arus air sungai. "Drum" itu.dilengkapi klepklep
yang bisa terbuka dan tertutup secara otomatis oleh arus sungai
itu sendiri, sehingga air yang sudah terjebak di dalamnya
termampat dan menekan sebagian air melalui saluran pompa itu ke
arah lebih tinggi dari pada letak Posas itu sendiri.
Arsikum dari Dinas Pertanian Sumatera Barat yang melaporkan
ciptaan ini pada TEMPO menjelaskan ukuran vital pompa di Situjuh
Batur: tinggi bumbung 1 meter, garis tengah 60 senti, dipasang
di lembah dekat mata air di mana debit air 3 liter per detik,
sehingga air terpompa setinggi 40 meter. Kepala desa Situjuh
Batur, Asri Fahruddin, tampaknya sangat puas dengan POSAS itu.
Dengan biaya Rp 550 ribu saja, sejak Agustus tahun lalu air
sungai dapat mengalir non-stop ke rumah-rumah, mesjid, sekolah,
BKIA, bahkan sebagian terus mengairi sawah ulayat di desa itu.
Bukan cuma sang kepala desa yang puas. Melihat sukses mengatasi
krisis air di dua desa itu, Bupati Lima Puluh Kota tak ragu-ragu
mengajukan permohonan anggaran Rp 9 juta pada Gubernur guna
menyebarluaskannya ke seluruh kabupaten. Sambil untuk mengairi
sawah tadah hujan, sekaligus memenuhi keperluan air minum warga
kabupatennya. Menurut Sekwilda Kabupaten, drs Nusyian M., dengan
biaya Rp 5 juta yang diajukan sebagai proyek Inpres 77/78 akan
dibangun satu unit POSAS raksasa di Sawah Bandang, Kecamatan
Harau, yang akan sanggup mengairi 250 Ha sawah tadah hujan.
Gubernur Harun Zain, juga kontan setuju dengan ide itu. Bahkan
ia sampai merogoh dulu kas propinsinya untuk meminjamkan uang Rp
4 juta sambil menunggu keluarnya dana Inpres (lewat acc Solichin
G.P. di Bina Graha). Si pencipta POSAS sendiri -- yang otomatis
menjadi pemimpin proyek POSAS Sawah Bandang -- segera diutus ke
Medan untuk-berbelanja besi dan sekerup yang dibutuhkan.
Gubernur juga berharap proyek itu dapat dijadikan contoh untuk
dikembangkan di daerah persawahan tadah hujan lainnya di
Sumatera Barat.
Sumber tenaga POSAS Sawah Baadang -- sungai Batang Sinamar - tak
pernah kering sepanjang tahun. Menurut survei topografi, di
lokasi tersebut air sungai hanya 5 meter lebih rendah dari
permukaan sawah. Makanya Kepala Diperta Lima Puluh Kota. ir
Rusyid Lubis menganggap tak mustahil para petani akan dapat
menggarap sawa}mya 2 x dalam setahun. Sebab pihak pemda
Kabupaten maupun Propinsi serta merta lebih banyak melihat
penemuan itu dari sudut peningkatan produksi padi daerah itu -
yang juga dari dulu merupakan lumbung padi daerah tetangga
seperti Riau dan Jambi.
Zat Berbahaya
Namun manfaatnya dari segi penyediaan air minum -- meski hanya
dinomerduakan -- toh dapat perhatian juga. Khususnya di desa
Situjuh Batur, Dinas Kesehatan tahun ini turun tangan
mengerahkan dana Rp 2 juta lebih melalui Inpres Kesehatan 77/78
untuk membangun satu unit POSAS lagi di tempat dan sumber air
yang sama. Dari masyarakat desa sendiri disambut hangat hasil
pengumpulan dana swadaya sebanyak Rp 1,25 juta guna penyediaan
pipa dan bak penampungan air di tempat-tempat umum.
Sumber air yang keluar dari bawah pohon besar yang dulunya
dianggap sakti karena menyemburkan air sebesar batang pinang,
telah diteliti di laboratoriun1 Dinas Kesehatan. Hasil
penelitian itu menyatakan air dari sumher itu memenuhi syarat
kesehatan untuk diminum. Tentu saja, asal ada yang memperhatikan
bahwa drum POSAS itu tak dicet dengan meni dari dalam, karena
zat kimia itu di beberapa tempat terbukti berbahaya bagi
kesehatan. Begitu pula pipa penyaluran maupun bak
penampungannya.
Kalau semuanya itu sudah selesai 3500 penduduk desa Situjuh
Batur yang menghuni 560 rumah dapat dengan aman memutar keran
air minum di rumahnya sebagaimana layaknya di kota besar.
Tak dapat dilupakan andilnya dalam kampanye POSAS di Sumatera
Barat itu, pesan Gubernur yang sering dilontarkan pada upacara
resmi. Yakni bahwa siapa pun yang menemukan suatu ciptaan baru
yang bermanfaat bagi orang banyak, sewajarnya diberi hadiah.
Namun siapa yang akan memberi hadiah pada Muchtar Ali dan berapa
besar jumlah hadiah perangsang pencipta itu -- sampai kini belum
jelas.
Di Bogor
Memang ciptaan Muchtar Ali itu tak begitu orisinil. Di Bogor
ahli-ahli ITB bekerjasama dengan ahli-ahli Belanda telah
merancang dan memasang satu pompa hidrolis semacam ini di
Pesantren Pertanian Darul Fallah. Rendemennya 1: 4. Artinya dari
4 liter air yang disedot pompa hidrolis itu 3 liter terbuang
kembali ke sungai setelah melahirkan daya angkat bagi 1 liter
air yang terpompa ke puncak bukit yang tingginya 40 meter dari
lokasi pompa.
Cuma bedanya. Muchtar Ali bekerja tanpa dibantu insinyur ITB
atau ahli-ahli Belanda yang dibiayai Pronk via bantuan asingnya.
Modalnya hanya ketekunan dan ketrampilan mencontek ide yang
sudah ada kemudian mengadaptasinya sesuai dengan kebutuhan
setempat dengan bahan baku yang mudah diperoleh. Seribu orang
semacam dia akan jauh lebih banyak manfaatnya dari pada seribu
guci wasiat yang pernah bikin heboh di Wonogiri dan menurut
penelitian LIPI, manfaatnya omong kosong saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini