Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pompa air muchtar ali

Mochtar ali, penduduk desa situjuh batur menemukan pompa air yang digerakkan oleh tenaga arus sungai. diberi nama posas, dikembangkan gubernur harun zain di seluruh sumatera barat dengan dana inpres.(ilt)

27 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA bilang di desa tak ada probllm memperoleh air minum yang sehat dan bersih? Paling tidak, di desa Anding (Suliki) dan Situjuh Batur, Kabupaten Lima Puluh Kota kebutuhan itu sangat terasa. Sumber air yang terdekat -- yakni sungai -- letaknya jauh di bawah lokasi desa-desa itu. Menggotong air ke atas bukit, terlalu berat. Sedang menggali sumur atau pompa dalam (deepwell), juga tak sedikit memeras keringat. Arkian, seorang penduduk desa yang terampil Muchtar Ali namanya, punya ide: membuat pompa air yang digerakkan oleh tenaga arus sungai sendiri yang mampu menaikkan air dari sungai ke ketinggian yang dikehendaki. Coba punya coba, akhirnya berhasillah laki-laki kelahiran Batang Palupuh yang bukan sarjana teknik itu. Kontan ciptaannya itu dibaptis jadi POSAS pompa sumber air sungai -- oleh pemda kabupaten. Lurah ke Gubernur Kontruksinya sederhana saja. Sebuah bumbung besi yang besarnya kira-kira 1 x drum minyak yang berlubang pantatnya, sebagai pintu pemasukan arus air sungai. "Drum" itu.dilengkapi klepklep yang bisa terbuka dan tertutup secara otomatis oleh arus sungai itu sendiri, sehingga air yang sudah terjebak di dalamnya termampat dan menekan sebagian air melalui saluran pompa itu ke arah lebih tinggi dari pada letak Posas itu sendiri. Arsikum dari Dinas Pertanian Sumatera Barat yang melaporkan ciptaan ini pada TEMPO menjelaskan ukuran vital pompa di Situjuh Batur: tinggi bumbung 1 meter, garis tengah 60 senti, dipasang di lembah dekat mata air di mana debit air 3 liter per detik, sehingga air terpompa setinggi 40 meter. Kepala desa Situjuh Batur, Asri Fahruddin, tampaknya sangat puas dengan POSAS itu. Dengan biaya Rp 550 ribu saja, sejak Agustus tahun lalu air sungai dapat mengalir non-stop ke rumah-rumah, mesjid, sekolah, BKIA, bahkan sebagian terus mengairi sawah ulayat di desa itu. Bukan cuma sang kepala desa yang puas. Melihat sukses mengatasi krisis air di dua desa itu, Bupati Lima Puluh Kota tak ragu-ragu mengajukan permohonan anggaran Rp 9 juta pada Gubernur guna menyebarluaskannya ke seluruh kabupaten. Sambil untuk mengairi sawah tadah hujan, sekaligus memenuhi keperluan air minum warga kabupatennya. Menurut Sekwilda Kabupaten, drs Nusyian M., dengan biaya Rp 5 juta yang diajukan sebagai proyek Inpres 77/78 akan dibangun satu unit POSAS raksasa di Sawah Bandang, Kecamatan Harau, yang akan sanggup mengairi 250 Ha sawah tadah hujan. Gubernur Harun Zain, juga kontan setuju dengan ide itu. Bahkan ia sampai merogoh dulu kas propinsinya untuk meminjamkan uang Rp 4 juta sambil menunggu keluarnya dana Inpres (lewat acc Solichin G.P. di Bina Graha). Si pencipta POSAS sendiri -- yang otomatis menjadi pemimpin proyek POSAS Sawah Bandang -- segera diutus ke Medan untuk-berbelanja besi dan sekerup yang dibutuhkan. Gubernur juga berharap proyek itu dapat dijadikan contoh untuk dikembangkan di daerah persawahan tadah hujan lainnya di Sumatera Barat. Sumber tenaga POSAS Sawah Baadang -- sungai Batang Sinamar - tak pernah kering sepanjang tahun. Menurut survei topografi, di lokasi tersebut air sungai hanya 5 meter lebih rendah dari permukaan sawah. Makanya Kepala Diperta Lima Puluh Kota. ir Rusyid Lubis menganggap tak mustahil para petani akan dapat menggarap sawa}mya 2 x dalam setahun. Sebab pihak pemda Kabupaten maupun Propinsi serta merta lebih banyak melihat penemuan itu dari sudut peningkatan produksi padi daerah itu - yang juga dari dulu merupakan lumbung padi daerah tetangga seperti Riau dan Jambi. Zat Berbahaya Namun manfaatnya dari segi penyediaan air minum -- meski hanya dinomerduakan -- toh dapat perhatian juga. Khususnya di desa Situjuh Batur, Dinas Kesehatan tahun ini turun tangan mengerahkan dana Rp 2 juta lebih melalui Inpres Kesehatan 77/78 untuk membangun satu unit POSAS lagi di tempat dan sumber air yang sama. Dari masyarakat desa sendiri disambut hangat hasil pengumpulan dana swadaya sebanyak Rp 1,25 juta guna penyediaan pipa dan bak penampungan air di tempat-tempat umum. Sumber air yang keluar dari bawah pohon besar yang dulunya dianggap sakti karena menyemburkan air sebesar batang pinang, telah diteliti di laboratoriun1 Dinas Kesehatan. Hasil penelitian itu menyatakan air dari sumher itu memenuhi syarat kesehatan untuk diminum. Tentu saja, asal ada yang memperhatikan bahwa drum POSAS itu tak dicet dengan meni dari dalam, karena zat kimia itu di beberapa tempat terbukti berbahaya bagi kesehatan. Begitu pula pipa penyaluran maupun bak penampungannya. Kalau semuanya itu sudah selesai 3500 penduduk desa Situjuh Batur yang menghuni 560 rumah dapat dengan aman memutar keran air minum di rumahnya sebagaimana layaknya di kota besar. Tak dapat dilupakan andilnya dalam kampanye POSAS di Sumatera Barat itu, pesan Gubernur yang sering dilontarkan pada upacara resmi. Yakni bahwa siapa pun yang menemukan suatu ciptaan baru yang bermanfaat bagi orang banyak, sewajarnya diberi hadiah. Namun siapa yang akan memberi hadiah pada Muchtar Ali dan berapa besar jumlah hadiah perangsang pencipta itu -- sampai kini belum jelas. Di Bogor Memang ciptaan Muchtar Ali itu tak begitu orisinil. Di Bogor ahli-ahli ITB bekerjasama dengan ahli-ahli Belanda telah merancang dan memasang satu pompa hidrolis semacam ini di Pesantren Pertanian Darul Fallah. Rendemennya 1: 4. Artinya dari 4 liter air yang disedot pompa hidrolis itu 3 liter terbuang kembali ke sungai setelah melahirkan daya angkat bagi 1 liter air yang terpompa ke puncak bukit yang tingginya 40 meter dari lokasi pompa. Cuma bedanya. Muchtar Ali bekerja tanpa dibantu insinyur ITB atau ahli-ahli Belanda yang dibiayai Pronk via bantuan asingnya. Modalnya hanya ketekunan dan ketrampilan mencontek ide yang sudah ada kemudian mengadaptasinya sesuai dengan kebutuhan setempat dengan bahan baku yang mudah diperoleh. Seribu orang semacam dia akan jauh lebih banyak manfaatnya dari pada seribu guci wasiat yang pernah bikin heboh di Wonogiri dan menurut penelitian LIPI, manfaatnya omong kosong saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus