Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjelajahi luar angkasa bukan perkara mudah dan murah. Perlu biaya begitu besar untuk menuju dunia di luar bumi itu. Begitu menambah beban di pesawat buat sekadar membawa bahan bakar, perjalanan menuju luar angkasa pun menjadi kian mahal.
Beratnya ongkos bepergian ke luar angkasa saat ini dapat berkurang. Tim penelitian dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT) mencoba menawarkan konsep pembangunan pompa bensin di luar angkasa untuk lebih menghemat biaya perjalanan.
Beberapa dekade terakhir, para ilmuwan telah mengusulkan sejumlah desain, seperti membangun stasiun manufaktur bahan bakar dan mengirimkan tanker untuk mengisi ulang depot bensin. Namun ide ini dianggap dapat menguras kocek yang begitu banyak dan membutuhkan investasi jangka panjang.
Lain hal dengan yang diusulkan MIT. Tim datang dengan rancangan depot hemat biaya yang tidak memerlukan komitmen jangka panjang. Desain ini mengambil keuntungan dari fakta bahwa setiap misi ke bulan selalu menyertakan pasokan contingency propellant atau bahan bakar yang digunakan hanya dalam keadaan darurat. Biasanya bahan bakar cadangan ini tidak terpakai. Bahkan propelan akan ditinggal atau dibakar di bulan sebelum astronaut kembali memasuki bumi.
MIT mengambil kebiasaan ini sebagai keuntungan. Propelan yang tak terpakai sebenarnya dapat diletakkan di depot sebelum pesawat luar angkasa menginjakkan kaki lagi ke bumi. Maka propelan cadangan ini dapat bermanfaat untuk penerbangan ke luar angkasa berikutnya. Tim menyebut cara ini sebagai sebuah pendekatan "steady state".
Jeffrey Hoffman, profesor di Departemen Aeronautika dan Astronautika MIT, mengatakan pendekatan semacam itu bakal lebih menghemat biaya dibanding cara lain, seperti melibatkan tanker untuk mengisi depot atau membangun stasiun manufaktur bahan bakar di bulan. Depot akan ditempatkan di titik Lagrange atau antara bumi dan bulan yang dapat menjaga keseimbangan gravitasi—memungkinkan menjaga posisi relatif sama sehubungan dengan bumi dan bulan.
Lalu bagaimana cara mengisi bahan bakar dari pompa bensin di luar angkasa ini? Menurut Hoffman, ini membutuhkan astronaut atau setidaknya lengan robot agar dapat meraih tangki berisi propelan yang diletakkan di depot. Tantangan ketika mengambil bahan bakar di luar angkasa adalah bagaimana agar propelan tetap berada pada titik Lagrange sehingga suhu cukup dingin.
"Jika tantangan bisa diatasi, ini berarti cara yang efisien untuk mendukung misi masa depan ke bulan," ujar Hoffman seperti yang dikutip Gizmag. Hoffman bersama murid-muridnya—Koki Ho, Katherine Gerhard, Austin Nicholas, dan Alexander Buck—merancang pompa bensin luar angkasa ini dan kemudian menguraikannya di jurnal Acta Astronautica.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo