MEMANG banyak penampakan aneh di pesisir Banten Apalagi melalui interpretasi foto udara dan hasi penginderaan jauh, untuk pemetaan kepurbakalaan terpadu, yang baru-baru ini dlungkapkan. "Penampakan-penampakan itu sangat mencurlgakan, terutama mengenai aspek arkeologinya," ujar Dr. Sutikno, ketua Tim Penelitian Penginderaan Jauh Purbakala Banten (PPJPB), pekan lalu. Tim inl merupakan bagian Badan Koordinas Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Penampakan aneh itu antara lain, ialah salurar dengan pola melingkar, lurus, dan paralel. "Polapola itu masing-masin memiliki aspek sendiri,' kata Sutikno, Pembant Dekan I Fakultas Geografi, UGM, Yogyakarta. Pola melingkar diduga berfungsi untuk pertahanan Pola lurus untuk mengalirkan air dan erat hubungannya dengan pengadaan air bersih untuk Keraton Sorosowan, Banten Lama. Sedangkan pola paralel, selain untuk lalu lintas, berfungsi pula sebagai parit drainase (pengeringan). Kecuali ketiga pola ini, tampak empat persegi panjang di kanan-kiri Keraton Sorosowan, masing-masing sekitar 300 meter dari garis pantai sekarang ini. Di sisi barat Keraton, penampakan itu berukuran sckitar 45 m x 115 m. Di sisi timur, 45m x 127m. Bentuk empat persegi yang sangat teratur ini merupakan penyimpangan ditengah kompleks empang penduduk yang centang-perenang. Menurut dugaan sementara, bentuk aneh itu adalah bekas galangan kapal. Sekitar 94 meter dari salah satu bentuk mencurigakan itu terdapat bekas gapura, dan sebuah kelenteng agak ke selatan.."Kalau ada gapura, biasanya ada yang penting di dckat situ," tutur Sutikno. Namun, dari beberapa hasil pemotretan udara, yang paling menarik adalah foto F1. Foto im memperlihatkan bentuk simetris mirip ikan pari. Terletak sekitar 550 meter di utara Keraton Sorosowan arah ke pantai, sekitar 750 meter di timur Benteng Speelwijk, dan hanya 600 meter di barat kanal Karangantu, Banten. Dengan foto udara berskala 1:3.750 diketahui, situs itu dikelilingi kanal selebar 18 meter. Pada sisi kanal bagian dalam terdapat bekas pondasi dengan lebar 30 cm. Panjang keliling pondasi, menurut pengukuran dl lapangan, 2 x 480 meter. Pada bagian yang menghadap ke selatan terdapat semacam pintu masuk, yang berukuran 15 m x 120 m. Situs ini makin mencurigakan, setelah keterangan lebih terperinci diberikan oleh Halwany Michrob, pimpinan Proyek Pemugaran Banten Lama, melalui suratnya kepada Sutikno. Indikasi temuan di daerah itu terdirl dari beberapa artefak logam antara lain fragmen parang - dengan unit tungku, uang logam kuno, dan bata bakar hitam. Ditemukan pula keramik Dinasti Ming (60'o), Ching (10%), Htai (10%), dan keramik lokal (20%). Di sana sini bertebaran batu bata empat tipe: besar, sedang, tipis, dan potongan. Selebihnya, adukan pondasi kapur dan pasir. Halwany mengakui, "Tanpa pemotretan udara, daratan itu pasti luput dari perhatian." Kendati daratan itu sangat mirip dengan konsep denah perbentengan zaman dulu, ia tak mau terburu nafsu. "Saya tidak berani berbicara sembarangan," katanya. Menurut catatan sejarah pada sekitar abad XII-XV :Banten sudah menjadi bandar yang ramai. Ada dugaan, situs itu bekas benteng Portugis. Bentuk dan letaknya memang membuat pengamatan ke arah pantai lebih leluasa, tanpa penghalang. Tapi bisa juga bekas permukiman, dermaga, pasar, atau gudang. Sutikno yakin, situs ini erat hubungannya dengan Keraton Sorosowan. Jarak garis lurus antara Keraton dan situs itu hanya 400 meter. Di antara bekas Keraton dan situs terdapat Masjid Koja, dan jembatan rantai dengan panjang 9,40 meter dan lebar 4,4 meter. Jembatan itu bisa naik turun, sesuai dengan kebutuhan kapal yang lewat. Pemotretan udara juga menyingkapkan, "teknologi" dan pemahaman kelautan nenek moyang kita tidak bisa dipandang enteng. Sekitar 2 km ke arah barat daya Keraton, terdapat bangunan Tasik Ardi, danau buatan atau bak besar berukuran 200 m x 300 m. Menurut dugaan sementara, tasik ini berfungsi sebagai reservor, yang mensuplai air untuk Keraton atau saluran di sekitar Keraton. Air yang ditampung di tasik ini berasal dari anak sungai di kaki sebuah gunung berapi, yang berjarak sekitar 2 km. Di sepanjang saluran yang menghubungkan Tasik dengan Keraton terdapat tiga tempat penjernihan. "Ini bukti kemajuan teknologi zaman itu ujar Sutikno, dosen Geomorfologi, Fakultas Geografi, UGM. Foto udara yang digunakan untuk penelitiar situs Banten Lama ini adalah hasil pemotretan Bakosurtanal, 1981. Tapi, pertama itu, dengan skala 1:30.000, tidak menampilkan penampakan yang jelas. Skala nya kemudian diperbesar rnenjadi 1:7.500 lalu 1:3.750. Berdasarkan interpretasi foto skala terakhir inilah ditemukan penampakan yang mencurigakan itu. Interpretasi memerlukan waktu sekitar sebulan. Setelah itu, dilakukan penecekan di lapangan oleh Sutikno bersama dua rekan November lalu. Tujuan pengecekan adalah mencocokkan hasil interpretasi dan mencari data tambahan yang tidak mungkin ditemukan di laboratorium. Toh, tantangan yang dihadapi masih banyak. Interpretasi foto udara untuk arkeologi memerlukan dukungan data sekunder. Di Banten, ternyata, banyak saluran buatan yang bertujuan mengelakkan banjir. Pembuatan saluran ini sering memotong situs penggalian kepurbakalaan. "Karena itu, dibutuhkan kesabaran sebelum menyimpulkan sesuatu," ujar Sutikno.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini