KEGIATAN armada pencari reruntuhan pesawat ulang alik Challenger bagaikan tak ada hentinya. Sejak meledak 28 Januari lalu, tak kurang dari 13 kapal pencari menyapu sekitar 6.000 mil persegi Samudra Atlantik d sekitar landasan peluncuran Tanjung Kennedy untuk menemukan lokasi jatuhnya pesawat yang membawa tujuh awak tersebut. Selain itu, dikerahkan pula empat pesawat udara dan sembilan helikopter untuk membantu. Sebab, penemuan demi penemuan memang mendesak pencarian yang lebih intensif. Dan, dari pecahan-pecahan yang ditemukan akan terungkap rahasia meledaknya pesawat ruang angkasa yang nahas itu. Setelah bulan lalu roket pendorong sebelah kanan ditemukan, dua pekan silam menyusul roket pendorong kiri. Dan, yang paling mengundang perhatian, kabin berisi jenazah para astronaut -- Richard Scobee, Michael Smith, Ellison Oniuka, Judith Resink, Ronald McNair, Gregory Jarvis, dan Christa McAuliffe -- ditemukan pula pada kedalaman 30 meter di kawasan yang terletak 29 kilometer sebelah timur Tanjung Kennedy. Namun, lembaga antariksa AS, NASA, setelah penemuan kabin itu tampak menjadi semakin tertutup dalam memberikan keterangan. Hingga kini, hasil penelitian forensik atas jenazah para astronaut belum juga diumumkan. Tidak seperti biasanya, pemeriksaan pun dilakukan oleh para dokter ahli patologi anatomi di lingkungan daerah peluncuran Tanjung Kennedy. Tindakan ini telah mengundang protes beberapa ahli di Lembaga Pemeriksaan Forensik Houston yang mengaku memiliki hak untuk melakukan pemeriksaan. Menurut beberapa pejabat NASA, pembatasan keterangan itu dilakukan untuk mencegah berbagai spekulasi perihal pangkal penyebab meledaknya Challenger. Di samping itu, agar keluarga para astronaut tak tersinggung -- entah apa maksudnya. Toh sikap itu tak berarti usaha mencari sebab ledakan dikendurkan. Baik NASA maupun komisi penyelidik yang dibentuk Presiden Ronald Reagan mengakui, dengan ditemukannya dua roket pendorong, misteri hancurnya Challenger kemungkinan besar bisa terungkap. Roket-roket pendorong ini memang sejak awal dicurigai menjadi biang keladi kegagalan misi ruang angkasa yang paling akhir itu. Dari ratusan sekuen foto, yang dibuat sekitar 80 kamera video NASA dan 90 kamera televisi serta media massa lain, tampak adanya kejanggalan pada roket-roket pendorong pada saat peluncuran. Kamera kantor berita UPI merekam adanya asap hitam tipis pada roket pendorong kanan. Menurut para ahli penerbangan ruang angkasa, asap hitam itu, yang diduga berasal dari terbakarnya cincin karet penyekat, seharusnya tidak ada. Charles Donlan, bekas pejabat NASA, mengemukakan, roket-roket pendorong yang bertugas pada awal peluncuran memang memiliki instalasi rumit. Peralatan ruwet itu bukan rangkaian kabel elektronik atau, mesin pesawat, tapi karet-karet penyekat seperti pada instalasi pipa-pipa air. Kebocoran bahan bakar padat yang dibawa pada roket empat tingkat itu adalah tantangan paling menakutkan. Dan itu pula yang tampaknya gagal diatasi. Setelah berulang kali menentang pendapat para ahli tentang kebocoran roket pendorong, akhirnya NASA belum lama ini mengakui kemungkinan itu. NASA bahkan mengumumkan sebuah sekuen foto yang menunjukkan adanya asap ledakan yang memisahkan Challenger dari roket-roket pendorongnya. Asap ledakan itu terlihat di bagian tengah roket. Ini menandakan adanya kebocoran di hampir sekujur roket. Dengan kata lain, cincin karet penyekat yang memisahkan tingkat-tingkat roket tidak bekerja semestinya. Data-data yang menguatkan, 10 detik sebelum ledakan terjadi, roket pendorong sebelah kanan kehilangan daya dorongnya sebanyak 4%. Juga kehilangan tekanan bahan bakar sebanyak 30 pon per m2. Dan, kejanggalan itu, konon, sudah terasa sebelum peluncuran dilakukan. Data menunjukkan, sebelum pemberangkatan, suhu karet-karet penyekat pada roket sebelah kanan turun drastis, yaitu 7-9 Fahrenheit (lebih dingin dari cuaca sekitar). Sementara itu, suhu cincin karet penyekat roket sebelah kiri normal, yaitu 25 F. Kejanggalan ini tidak dilaporkan ke pusat peluncuran. Karena itu, pemberangkatan tidak ditunda. Akibat tidak berfungsinya karet penyekat tingkat-tingkat roket, guncangan ketika peluncuran mematahkan pen-pen cincin baja penghubung tingkat. Selain tak mampu meredam guncangan, cincin karet yang tak berfungsi itu gagal pula menahan kebocoran bahan bakar padat yang berada di tangki. Kebakaran pun terjadi, membakar semua cincin karet penyekat (dua buah pada tiap hubungan). Dan, api menjalar keluar akibat patahnya cincin baja penghubung tingkat. Kebakaran itu menghantam pengikat-pengikat Challenger, dan sekaligus melepaskannya, karena pada detik-detik itu seluruh unit sedang mengalami tekanan aerodinamik yang paling maksimal. Sulit dibayangkan, kepanikan macam apa yang terjadi di dalam kabin menghadapi guncangan ini. Tapi, yang lebih serius, api melepaskan pula pengikat roket pendorong kanan bagian bawah hingga kedudukannya berubah, lalu ujung atas roket menghantam dinding tanki bahan bakar cair raksasa yang terletak di antara kedua roket pendorong. Dan, tanki yang berisi bahan bakar oksigen cair dan hidrogen cair itu pun meledak -- sebuah ledakan yang mahadahsyat tentunya -- lalu menghantam Challenger yang lepas beberapa detik sebelumnya. Jim Supangkat Bahan Reuter, Newsweek, Time
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini