Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Ronce

Iq tak akan bertambah dengan meningkatnya usia. dari hasil penelitian robert t. ross ternyata mereka yang ber-iq rendah & digolongkan memiliki keterbelakangan mental mempunyai mental yang sehat. (ilt)

20 September 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANGTUA yang mengharapkan anaknya membuat prestasi besar di kemudian hari bisa dipastikan sangat kecewa bila mengetahui anaknya memiliki IQ rendah. Masa depan anak itu, dalam bayangan sang orangtua tak bisa lagi diharapkan. Apakah kualitas hidup cuma deretan prestasi? Biasanya hal itu tak sampai terpikirkan. Keterbelakangan mental dalam psikologi diyakini tak mengenal faktor usia. Dengan kata lain, IQ, satuan tingkat kecerdasan, tak akan bertambah dengan meningkatnya usia. Seorang anak yang lahir dengan keterbelakangan mental akan menjadi orang dewasa dengan mental yang tak sempurna. Dalam psikologi, itu bisa dipastikan. Baru-baru ini, Psikolog Robert T. Ross dari Universitas Stanford, Amerika Serikat, memimpin sebuah penelitian soal keterbelakangan mental. Kesimpulan mereka yang menampilkan kenyataan baru terlihat pada laporan berjudul Lives of the Mentally Retarded. Ross melakukan studi intensif terhadap 160 orang dewasa yang, menurut catatan masa sekolah 1920-1930 di San Francisco, tergoloni terkebelakang mental, memiliki IQ antara 60 dan 80. Ross bersama timnya kembali melakukan tes IQ. Ia juga melakukan wawancara intensif tentang hampir semua aspek kehidupan. Wawancara tak cuma dilakukan atas 160 orang yang menjadi pusat studi itu, tapi juga saudara mereka, pasangan, bahkan rekan-rekan mereka di masa sekolah. Tes ulangan itu tak menunjukan gejala baru. Menandakan tingkat kecerdasan memang tak banyak mengalami perubahan. IQ kelompok 160 itu, rata-rata sama dengan hasil tes IQ mereka di masa sekolah. Hambatan kecerdasan tampak jelas seperti yang diperkirakan, misalnya, ketakmampuan bermasyarakat, juga berpikir intelektualistis. Tetapi hambatan-hambatan itu tak berarti membuat kehidupan kelompok 160 tersebut runtuh sama sekali. Dalam bidang pekerjaan, Ross menemukan kelompok 160 itu rata-rata bisa kerja tetap tanpa gangguan atau keluhan, baik dari mereka sendiri maupun pemberi pekerjaan. Sementara itu, aspek kehidupan keluarga lainnya terlihat sama dengan kehidupan "keluarga normal". Misalnya, cara kelompok 160 itu menjalankan manajemen pembiayaan anggaran rumah tangga rata-rata baik dan tertib. Di sisi lain, pendidikan anak-anak mereka pun tergolong baik. Seperti orangtua pada umumnya, mereka yang punya IQ rendah ini berusaha pula memberikan pendidikan di rumah -- di luar sekolah. Termasuk mengulang pelajaran sekolah. Bertumpu pada hasil penelitiannya, Ross mengajukan pendapat, diperlukan revisi dalam pendefinisian "keterbelakangan mental" bagi mereka yang memiliki IQ rendah. Mental, kata Ross, punya pengertian yang sangat relatif, dan pengertian "cacat mental" tidak adil karena pada kenyataannya, mereka yang ber-IQ rendah bisa punya mental yang sehat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus