Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Salju di Gurun Sahara Imbas dari Badai Eleanor

Salju di Gurun Sahara diduga disebabkan oleh badai Eleanor yang datang dari Eropa Barat, akhir pekan lalu.

10 Januari 2018 | 12.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Salju menutupi sebagian Gurun Sahara di Kota Ain Sefra di Aljazair. Salju setebal 16 inci (40 sentimeter) jatuh ke Gurun Sahara setelah badai musim dingin yang aneh menghantam daerah tersebut pada Minggu, 7 Januari 2018. Zineddine Hashas/Geoff Robinson

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Ain Sefra - Salju di Gurun Sahara diduga akibat imbas dari badai Eleanor di Eropa Barat yang terjadi akhir pekan lalu. Badai ini bergerak ke arah timur laut dan melewati Sahara.

"Akan melemah sebelum sampai di Laut Merah," ujar Otoritas Aljazair, seperti dilansir laman Daily Mail, Selasa, 9 Januari 2018.

Salju turun di Gurun Sahara menyelimuti bukit-bukit pasir menumpuk setinggi 40 sentimeter. Salju mulai jatuh di Kota Aljazair Ain Sefra pada Minggu dinihari, yang membuat anak-anak berseluncur menuruni lereng. Kota Ain Sefra sendiri berada di ketinggian 3.280 meter di atas permukaan laut. Kota ini dikelilingi Pegunungan Atlas.
Wisatawan melihat salju yang menutupi sebagian Gurun Sahara di Kota Ain Sefra di Aljazair. Salju menutupi bukit pasir merah ini merupakan kejadian yang sudah ketiga kalinya dalam 37 tahun. Zineddine Hashas/Geoff Robinson

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski berada di dataran tinggi, turunnya salju di daerah Sahara ini merupakan anomali. Suhu terendah di kota ini saja tak pernah mencapai 10 derajat Celsius. Suhu rata-rata di Ain Sefra, kota yang didirikan pada 1881 sebagai kota garnisun Prancis, berada di atas 37 derajat Celcius di musim panas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Foto-foto salju yang turun di Gurun Sahara ini diambil oleh seorang fotografer amatir, Karim Bouchetata. Saat itu ia sedang mengunjungi Gurun Sahara dari Ain Sefra, Aljazair, pada 19 Desember lalu. Facebook.com/Geoff Robinson Photography

Fenomena turunnya salju di Sahara itu bukan yang pertama kali. Salju itu adalah yang ketiga dalam 40 tahun terakhir yang turun di tempat yang dikenal sebagai "Gerbang Gurun" itu. Pada Desember 2016, salju turun di tempat yang sama, menetap selama satu hari. Salju kembali turun pada 2017 di tempat yang sama. Jauh sebelumnya, pada 1979, terjadi badai salju yang berlangsung selama setengah jam dan menghentikan lalu lintas.

"Jatuhnya salju di Sahara tidak biasa tapi pernah terjadi sebelumnya," kata juru bicara Met Office (lembaga peramal cuaca di Inggris) kepada The Independent. Menurut juru bicara itu, kondisi Eropa saat ini memberi Sahara cuaca dingin dan salju.

Warga melihat fenomena saat salju menutupi sebagian Gurun Sahara di Kota Ain Sefra di Aljazair. Ain Sefra dikenal sebagai "pintu gerbang ke padang pasir" yang memiliki ketinggian suhu rata-rata 99,7 derajat Fahrenheit selama bulan Juli. Kondisi ini membuat penduduk setempat lebih terbiasa mengelola panas yang ekstrem daripada salju. Zineddine Hashas/Geoff Robinson

Simak artikel menarik lainnya tentang salju di Gurun Sahara hanya di kanal Tekno Tempo.co.

DAILY MAIL | THE INDEPENDENT

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus