Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Setelah Operasi Pengecilan Lambung, Pasien Obesitas Lupa Lapar

Selama dua pekan pascaoperasi pasien obesitas hanya boleh mendapat asupan cair seperti susu dan sup atau minuman.

19 Februari 2019 | 11.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasien obesitas Ny.S, 39 tahun, asal Karawang tengah dirawat inap di RSHS Bandung. Beratnya mencapai 148 kilogram. TEMPO/ANWAR SISWADI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Tim dokter Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung telah membedah lambung pasien obesitas Ny. S hingga tersisa sepertiganya. Pasca operasi, ada beberapa penanganan khusus terkait pola makan, di antaranya terkait dengan masalah lupa lapar.

Bava: Pasien Obesitas Sukses Jalani Pengecilan Lambung di RSHS Bandung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ny.S pasien dari Karawang, Jawa Barat menjalani bedah bariatrik, Senin, 18 Februari 2019.
Operasinya berjalan lancar selama dua jam 15 menit. Sebelum operasi, dokter memeriksa kondisi lambung pasien yang akan dibedah dengan metode endoskopi. “Lambungnya sehat untuk dilakukan pemotongan,” kata dr. Reno Rudiman pasca operasi.

Spesialis konsultan bedah digestif (pencernaan) di RSHS Bandung itu mengatakan, selama dua pekan pasca operasi pasien hanya boleh mendapat asupan cair seperti susu dan sup atau minuman.

Bubur baru bisa setelah dua pekan serta mulai dicoba makanan padat lainnya. Pantangannya, kata Reno, yaitu makanan manis dan minuman bersoda. Alasannya, kedua jenis asupan itu bisa membuat perut pasien kembung karena ukuran dan kapasitas lambungnya telah mengecil.

Selain itu, makanan manis bisa mempengaruhi keseimbangan gula darah. “Dampaknya
bisa pusing, keringat dingin, mual,” ujar Reno.

Gorengan masih bisa dilahap dalam porsi kecil. Pasien juga harus mengkonsumsi vitamin lengkap setiap hari hingga seumur hidup. Dalihnya, vitamin dari makanan bakal berkurang seiring sedikitnya asupan.

Dengan pola makan seperti itu penyusutan bobot sudah mulai berjalan. Harusnya dalam satu bulan pertama setelah operasi kata Reno, berat tubuh pasien obesitas bisa turun 10-15 kilogram.

Kemudian biasanya akan turun terus sampai antara 6-12 bulan. “Akan mencapai berat badan yang ideal sesuai keinginannya,” kata Reno.

Berbeda dengan orang normal yang makan tiga kali sehari, pasien bisa lebih karena lambungnya telah menjadi kecil. Intensitasnya jadi lebih sering tapi asupannya sedikit-sedikit.

Terkait pola makan pasien itu, pihak keluarga harus terus memantau dan mengingatkan karena pasien bisa lupa lapar. “Nafsu makan kan karena sensor laparnya terbuang dia jadi tidak merasa lapar dengan makanan yang sedikit itu.”

Paling tidak sehari pasien bisa makan 5-6 kali sehari atau tiap tiga jam sekali sebelum tidur dengan porsi kecil-kecil. Pola makan itu mulai berlaku dua minggu pasca operasi. “Nanti dia yang akan mengatur polanya seperti apa. Kalau sibuk aktivitas tidak ada rasa lapar dia bisa lupa.”

Simak artikel lainnya tentang pasien obesitas RS Hasan Sadikin di kanal Tekno Tempo.co.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus