Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sumur Minyak Yang Awet

Dengan tehnik huff-puff banyak sumur minyak yang telah tua digalakkan lagi untuk menghasilkan minyak. Caltex berhasil di riau. (tek)

8 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LADANG minyak Duri di kawasan operasi PT Caltex Pacific Indonesia merupakan sumber yang relatif dangkal. Minyaknya tergolong kental sekali. Letaknya sekitar 90 km sebelah baratlaut Pekanbaru, Riau, dan di samping ladang minyak Minas, ia sumber minyak utama bagi CPI --dan Indonesia. Ladang Duri diperkirakan mengandung 6 milyar barrel, tapi menghasilkan kurang dari 10%. Maka CPI mengadakan investasi tambahan untuk menggunakan suatu teknik baru dalam proses pengambilan minyak yang bisa meningkatkan hasil ladang Duri 6 - 7 kali. Usaha itu disambut gembira oleh pemerintah Indonesia, karena tingkat produksi nasional selama beberapa tahun terakhir agak tersendatsendat. Puncak produksi minyak Indonesia tercapai di tahun 1977 dengan rata-rata .1,685 juta barrel sehari. Tapi kemudian merosot menjadi 1,577 juta barrel sehari dalam tahun 1979, dan bahkan periode 1980-81 1,566 juta barrel sehari sampai September lalu. Sasaran produksi untuk tahun terakhir Repelita III adalah 1,824 juta barrel sehari. Menurut Dirjen Migas, Ir. Wiyarso, target itu mungkin saja bisa dicapai. "Pembatasnya hanya teknologi pengambilan, modal, pemasaran dan situasi ekonomi dunia," ujarnya pekan lalu di kampus Bulaksumur, Yogyakarta. Kini teknik apa yang bisa menghasilkan 6-7 kali tingkat produksi semula diladang minyak duri? Karena dangkalnya sumber di Duri itu, tekanan alamiah relatif rendah, demikian juga suhu, hingga minyaknya sangat kental. Minyak tidaklah keluar dari suatu telaga di kedalaman bumi. Ia berada dalam celahcelah dan pori lapisan batuan dan pasir yang mengandung minyak itu. Bila minyak itu kental, sangat sulit ia mengalir melalui celah-celah dan pori itu. Cara yang paling menonjol untuk melancarkan aliran ini ialah mengencerkan minyak itu melalui pemanasan. Dan ini memang merupakan salah satu teknik, yaitu membakar sebagian minyak dalam bumi dan menghembuskan udara ke dalam lubang yang dibor di samping sumur produksi. Cara ini memang berhasil meningkatkan produksi tapi untuk itu sebagian minyak juga terbakar. Cara lain adalah dengan menghembuskan uap panas. Teknik ini yang dikenal dengan narna Huff-Puff dikembangkan tahun 60-an oleh Texaco Corp., induk perusahaan CPI di Amerika Serikat. Teknik itu mulai dicoba di ladang Duri sejak tahun 1967. Ladang itu tahun 1963 masih menghasilkan 65 ribu barrel sehari. tapi tiga tahun kemudian merosot sampai 43 ribu barrel dari 315 sumur produksi. Tahun 1976. malah produksinya hanya 34 ribu barrel dari 461 sumur. Dengan teknik Huff-Puff, CPI tampaknya berhasil menghentikan laju kemerosotan produksi. Penelitian selama lima tahun bahkan bisa menaikkan kembali tingkat produksi di Duri hingga 39 ribu barrel sehari, dan CPI optimistis akan bisa meningkatkannya sampai 270 ribu barrel sehari. Untuk melaksanakan teknik itu CPI telah membangun sebuah instalasi yang menyedot air dari Sungai Rokan. Melalui pipa sepanjang 40 km, instalasi itu mengirim air ke tangki penyimpanan di ladang minyak Duri. Tangki itu bisa menampung 20.000 barrel air (3 juta liter). Airnya melalui instalasi khusus diolah lagi menjadi uap yang kemudian disalurkan ke sumur injeksi. Terdapat sembilan tempat percobaan. Tiap sumur produksi dikelilingi empat sumur injeksi. Setiap operasi menginjeksikan uap yang berlangsung 16 hari. Setelah itu sumur produksi dibuka kembali yang bekerja dengan pompa. Semua sumur produksi di ladang Duri menggunakan pompa angguk. Laju aliran minyaknya akan berangsur kurang, tapi pada waktunya prosedur penguapan dilakukan kembali. Pori Tersumbat Salah satu hambatan adalah bahwa akibat penguapan itu celah dan pori dalam lapisan minyak itu tersumbat karena pasir. Ini perlu dibersihkan lagi. Peralatan, dan bahan yang dipergunakan cukup banyak dalam proses penguapan itu. Misalnya, terpakai 90 barrel minyak bakar untuk menghasilkan 70-80% uap dari 1200 barrel air sehari. Proyek stimulasi itu yang oleh CPI dinamakan enhanced recovery juga dilakukannya kini di ladang Minas dan Kotabatak. Ladang Minas, sekitar 30-an km dari Pekanbaru, merupakan sumber minyak terbesar di Indonesia, bahkan juga menonjol di antara ladang minyak raksasa di dunia. Saat ini Minas menghasilkan sekitar 340 ribu barrel setiap hari, seperlima dari seluruh produksi Indonesia. Di Minas sejak awal tahun 1970 dan di Kotabatak sejak 1973 program enhanced recovery dilakukan dengan penyuntikan air ke dalam lapisan batuan yang mengandung minyak. Bila kondisinya cukup encer setelah ada tekanan air tadi, minyak mengalir ke atas dengan sendirinya. Tapi setelah minyak semakin dikuras, perlu dimasukkan kembali air dengan tekanan keras ke dalam formasi batuan yang mengandung minyak. Air ini mengisi kembali pori dancelahdalam batuan itu dan mendorong minyak yang tersisa keluar. Pemerintah Indonesia tahun 1978 mengurangi kewajiban CPI membayar $1 atas setiap barrel, hingga perusahaan itu terdorong menginvestasikan $78 juta (Rp 49 milyar) untuk memantapkan teknik enhanced recovery. Juga perusahaan minyak Prancis, Total Indonesia, telah menerapkan program yang sama di ladang minyak Handil, lepas pantai Kalimantan Timur. Di situ investasinya sebesar $45 juta (Rp 28 milyar).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus