Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi terbaru menunjukkan, tanaman Jepang bernama Angelica keiskei koidzumi atau yang dikenal sebagai ashitaba, secara turun temurun telah dipercaya masyarakat Jepang sebagai kunci untuk panjang umur, menjaga kesehatan, dan memperlambat proses penuaan.
Baca: Tak Disangka, Tanaman Ini Ternyata Ampuh Atasi Kanker
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanaman ini telah menjadi makanan pokok seorang Samurai selama ribuan tahun. Tanaman ini memiliki sifat meremajakan. Bahkan apabila daunnya dipotong di pagi hari, maka ia akan tumbuh kembali pada hari berikutnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut para ilmuwan, senyawa yang terdapat di dalam tanaman ashibata ini merupakan salah satu yang terbaik dalam memperlambat proses penuaan. Daun ini pun disebut sebagai “tomorrow’s leaf”.
Dikenal sebagai DMC, ketika senyawa itu diberikan kepada lalat buah dan cacing, ia memperpanjang umur hewan tersebut hingga 20 persen, dan mencegah penuaan dalam sel manusia.
Keadaan ketika sel-sel dalam tubuh tidak tumbuh dan berkembang, tidak dapat membelah atau membersihkan diri, yang apabila terus terjadi dapat menyebabkan kanker.
Dalam jurnal Nature Communications, Frank Madeo, dari University of Graz di Austria, mengatakan senyawa dalam tanaman tersebut dapat diubah menjadi obat, yang efeknya sangat baik sama dengan ketika seseorang berpuasa.
“Efek dari senyawa tersebut dapat menguntungkan, sama dengan puasa. Itu lebih efektif dibandingkan dengan diet tertentu seperti pembatasan kalori. Tak bisa disangkal, sebagian besar orang merasa kesulitan untuk mematuhi aturan tersebut dalam jangka waktu lama”, kata Frank, 19 Februari 2019.
“Menariknya kami bisa mendeteksi DMC di daun tanaman Angelica keiskei koidzumi, yang biasa dikenal dengan nama Jepang Ashitaba, yang efeknya dapat meningkatkan umur panjang dan meningkatkan kesehatan,” kata Frank. "Ini memicu harapan bahwa DMC dapat diterapkan secara terapi pada manusia."
Para peneliti percaya bahwa DMC bekerja dengan merangsang tubuh untuk membersihkan sel-sel tua atau penyakit untuk membuka jalan bagi sel baru yang lebih sehat, sebuah proses yang dikenal sebagai autophagy.
Ketika autophagy tidak berfungsi, itu dapat menyebabkan penyakit yang berkaitan dengan usia, termasuk gangguan neurodegeneratif, ketika molekul beracun atau rusak menumpuk di dalam sel.
Ashitaba secara tradisional telah digunakan sebagai obat untuk meningkatkan pencernaan, mempercepat penyembuhan luka dan mencegah infeksi. Tanaman ini juga sering digunakan sebagai padang rumput untuk ternak. Gunanya untuk meningkatkan kesehatan sapi dan kualitas susu.
Para peneliti sekarang telah menyarankan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah DMC dapat digunakan untuk mencegah penurunan terkait usia pada manusia. Habitat asli tanaman ini adalah di Eropa Utara, Korea, Jepang, dan Cina.
NABILA HANUM | TELEGRAPH.CO.UK | THEGUARDIAN