Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Tanggalkan kaca mata merah biru itu

Prototipe tv tiga dimensi yang dibuat para ahli dari strl muncul di jepang.sebagai generasi keempat setelah tv hitam putih,warna & sdtv.kualitas gambar kurang memadai.eksperimen lanjutan masih dilakukan

28 Juli 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NONTON film tiga dimensi di rumah ternyata bukan sesuatu yang mustahil. Caranya: lewat layar televisi. Dan asyiknya, para pemirsa tak harus mengenakan kaca mata plastik merah-biru yang merepotkan, sebagaimana lazimnya nonton film tiga dimensi di gedung bioskop. Citra tiga dimensi itu bisa muncul hanya dari pandangan mata telanjang. Itulah televisi generasi paling mutakhir yang baru muncul, di mana lagi, kalau bukan di Jepang. Televisi canggih itu dibuat oleh para ahli dari STRL (Science and Technical Research Laboratories), badan riset yang bernaung di bawah NHK (Nippon Hoso Kyokai) -- televisi Jepang. STRL telah melakukan eksperimen selama 20 tahun untuk memperoleh rancangan televisi tiga dimensi itu. Prototipe TV mutakhir itu dipamerkan di Setagaya, Tokyo, bula lalu, bersamaan dengan perayaan hari jadi STRL ke-60. Resep keberhasilan NHK menghadirkan citra tiga dimensi itu bersandar pada lenticular plate -- layar yang menghadap langsung ke penonton. Bentuk lenticular plate itu mirip seng gelombang yang dipasang secara vertikal. Tapi lenticular plate itu sendiri merupakan lensa silindris. Cahaya pesawat TV yang dipancarkan ke luar akan dibiaskan begitu rupa sehingga memberi efek citra tiga dimensi kepada penonton. Namun, kualitas gambar TV mutakhir ini masih jauh untuk disebut memadai. Ketajaman tayangannya masih sekelas dengan gambar yang diberikan kartu pos tiga dimensi yang kini banyak dijual di toko. Lagi pula, efek tiga dimensi itu hanya bisa dinikmati oleh mata penonton yang persis berada di depan layar. Apabila posisi penonton menyamping, maaf saja, efek tiga dimensinya menghilang. Lepas dari kekurangan itu, banyak orang menyebut produk NHK itu sebagai televisi generasi keempat. Yang disebut generasi pertama adalah televisi hitam-putih. Televisi warna digolongkan ke dalam generasi dua. Sedangkan generasi ketiga disebut televisi bergambar tajam (HDTV). Pesawat televisi generasi pertama telah puluhan tahun menggelinding ke pasaran, dibeli oleh berjuta-juta orang. Generasi kedua yang kini menggantikannya. Tapi televisi generasi ketiga, karena kesulitan teknis, sulit diproduksi secara masal. Padahal, HDTV itu menjanjikan gambar yang seindah warna aslinya. Seperti halnya televisi tiga dimensi, prototipe HDTV juga dipamerkan pertama kali oleh NHK enam tahun lalu. Kualitas gambarnya tak bisa ditandingi oleh televisi generasi pertama atau kedua. Jika pesawat televisi itu menyajikan sebuah bentuk, ceruk-lekungnya akan tersajikan secara detail. Maklum, HDTV sanggup memberikan elemen gambar yang lima kali lebih banyak ketimbang televisi generasi kedua. Ketajaman gambar sajian HDTV setingkat dengan film 35 cm. Ketajaman gambar itu memang menuntut masukan gelombang televisi yang lebih besar. Pancaran gelombang yang diperlukan HDTV lima kali lipat dibanding televisi biasa. Itu artinya, penayangan siaran untuk konsumsi HDTV membutuhkan kekuatan pancaran 5 channel sekaligus. Padahal, di seluruh Jepang saat ini hanya ada 70 saluran. Perkara ini yang menghambat produksi HDTV secara masal. Celakanya, televisi tiga dimensi buatan NHK itu memerlukan masukan gelombang yang 20 kali lebih besar dari HDTV. Dengan demikian, stasiun pemancar TV yang hendak melayani penayangan gambar tiga dimensi harus punya kemampuan mengirim gelombang yang intensitasnya setara dengan pancaran gelombang 100 saluran sekaligus. Mudah ditebak, tak satu pun media TV Jepang sanggup menyelenggarakan siaran tiga dimensi. Persoalannya sekarang adalah bagaimana membuat teknologi televisi tiga dimensi itu menjadi murah. Cara termurah untuk menampilkan gambar dalam tiga dimensi hingga kini memang bergantung pada cara yang paling tradisional, yakni dengan memproyeksikan dua macam gambar pada sebuah layar. Kemudian "kesenjangan" dua gambar itu dikoreksi dengan kaca mata polarisasi, satu berlensa merah, dan yang lain biru. Namun, pernah pula gambar tiga dimensi itu dimunculkan dengan cara lain, seperti dilakukan Matsushita Electric Co. Ltd., beberapa waktu lalu. Ketika itu, Matsushita memasang lensa fresnel -- yang permukaannya kasar. Tapi hasil gambarnya sulit untuk dikatakan bagus. Kualitas gambar dari televisi tiga dimensi 40 inci buatan NHK boleh dikatakan lebih sempurna. Pada TV tiga dimensi itu, sinyal gelombang siaran dari stasiun pemancar mula-mula diterima oleh antena. Sebagaimana dalam televisi konvensional, sinyal gelombang itu kemudian masuk ke komponen demodulator. Lantas, sinyal yang memuat suara dan gambar dipisahkan. Berikutnya sinyal-sinyal pembawa pesan gambar itu diolah dan diubah menjadi arus elektron yang "beraturan" lewat kumparan defleksi. Akhirnya, arus elektron itu berubah menjadi konfigurasi cahaya warna-warni yang menumbuk panel kristal cair. Gerak cahaya itu diteruskan ke layar difusi yang berada persis di belakang lenticular plate. Setelah menembus dua lapisan optis itu, sampailah cahaya tadi ke mata penonton televisi dengan memberi efek tiga dimensi. Lembaga riset NHK (STRL), yang telah mengantungi 935 hak paten dalam teknologi televisi itu, terus mengupayakan eksperimen lanjutan televisi tiga dimensi itu lewat proyek SSAV (Super-Surround Audio Video). Lewat proyek canggih itu, diharapkan bisa lahir televisi tiga dimensi yang lebih murah, dan dengan mutu gambar yang lebih sempurna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus