Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Tiga Daerah di Bali Berpotensi Terjadi Likuefaksi

Penyebab utama terjadinya likuefaksi pada suatu daerah yaitu pada daerah tersebut pernah terjadi gempa dan berpotensi adanya patahan cukup besar

29 Desember 2019 | 05.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah warga memasuki lokasi bekas bencana gempa dan likuifaksi di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Ahad, 30 Desember 2018. Sekitar 1.642 kepala keluarga atau 3.800 jiwa korban terdampak gempa dan likuefaksi Kelurahan Petobo saat ini berada di lokasi pengungsian di sebelah timur dari area likuefaksi. ANTARA/Mohamad Hamzah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Denpasar - Tiga daerah di Bali, yaitu Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Perancak Kabupaten Jembrana dan Tanjung Benoa Badung berpotensi untuk terjadi likuefaksi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bali memang daerah termasuk ada potensi terutama di daerah Selatan di Tanjung Benoa, dan di Utara ada Seririt, Buleleng yang ternyata dari analisa yang dilakukan oleh Badan Geologi memiliki potensi likuefaksi dan kerentanan untuk lebih detailnya harus perlu dikaji lebih lanjut," kata anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia Provinsi Bali, Ida Bagus Oka Agastya di Denpasar, Jumat malam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan bahwa penyebab utama terjadinya likuefaksi pada suatu daerah yaitu pada daerah tersebut pernah terjadi gempa dan berpotensi adanya patahan cukup besar.

Sebelumnya, untuk daerah Perancak Kabupaten Jembrana, dari sisi kesejarahan tidak terjadi gempa berskala besar dan tidak dekat dengan patahan.

Sedangkan menurut sejarah pusat gempa dan pola-pola patahan menunjukkan sinkronisasi di bagian Seririt pada tahun 1976 dengan gempa 6,5 M, dan di Selat Bali juga punya patahan aktif tahun 2004 dengan gempa 5,3 M.

Selain itu, untuk daerah-daerah rawan atau strategis terjadinya likuefaksi di Bali, menurutnya, cukup sulit ditemukan karena Bali termasuk padat wilayah apalagi daerah Selatan.

"Karena setelah kami tahu daerah tersebut rentan ya tentu kami nggak mungkin langsung memindahkan tapi kami sadar dengan adanya potensi ini minimal kami paham apa yang harus dilakukan untuk memitigasi ini," jelasnya.

Ia menegaskan berdasarkan data dari Badan Geologi dalam sejarah di Bali belum pernah terjadi likuefaksi ini. Pihaknya berharap agar likuefaksi tidak terjadi di Bali hingga meninggalkan banyak korban.

Ia menjelaskan bahwa saat ini IAGI Bali sedang melakukan penelitian terhadap pola-pola patahan agar dapat mengetahui potensi-potensi bencana yang dapat terjadi.

Bagian-bagian yang menjadi penelitian terkait dengan potensi likuefaksi yaitu intensitas terjadinya gempa, besaran gempa, dari segi batuannya dan beberapa temuan ilmiah lainnya.

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus