Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Tim Arkeolog Papua Temukan Batu Megalitik di Kampung Mumi Pumo

Tim Peneliti Balai Arkeologi Papua di Kampung Wogi, Jayawijaya berhasil menemukan bongkahan batu tinggalan Megalitik.

19 Juli 2019 | 07.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Batu tinggalan megalitik di Kampung Wogi, Distrik Silokarnodoga, Kabupaten Jayawijaya, yang ditemukan penelitit Balai Arekologi Papua, Juli 2019. (Dok. Hari Suroto)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Eksplorasi Tim Peneliti Balai Arkeologi Papua di Kampung Wogi, Distrik Silokarnodoga, Kabupaten Jayawijaya berhasil menemukan bongkahan batu tinggalan megalitik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bongkahan batu berukuran 2 meter ini merupakan batu asah, yang berfungsi untuk mengasah kapak batu, kata peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, kepada Tempo, Jumat, 19 Juli 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Warga Kampung Wogi termasuk Suku Dani, yang bermukim di pegunungan tengah Papua. Menurut Hari, masyarakat Suku Dani masih menggunakan kapak batu sampai tahun 1950-an sebelum misionaris memperkenalkan peralatan dari besi seperti kapak, parang dan cangkul.

Tumpukan kapak batu di Kampung Wogi, Distrik Silokarnodoga, Kabupaten Jayawijaya, yang sudah tidak dipakai lagi sebagai alat. (Dok. Hari Suroto/Balar Papua)

Menurut Hari, tanda-tanda batu besar ini pernah digunakan untuk mengasah kapak adalah ada beberapa bagian yang mengelupas.

Bongkahan batu ini terletak di tepi Jalan Trans Tolikara. Batu asah berfungsi untuk menajamkan dan menghaluskan kapak batu. "Kapak batu oleh Suku Dani saat ini sudah tidak dipakai lagi, suku di Papua yang masih menggunakan kapak batu adalah Suku Sentani, tapi hanya sebagai alat pembayaran mas kawin," kata Hari.

Suku Dani berada di pegunungan tengah Papua, sedangkan Suku Sentani berada di pesisir utara Papua. Kadang kapak batu dibuat di Lembah Baliem, tapi hanya untuk souvenir turis saja

Kampung Wogi dikenal juga sebagai Kampung Adat Mumi Pumo.
Disebut demikian karena di kampung ini terdapat sebuah mumi yang dikenal sebagai mumi Pumo. Saat ini mumi dijaga oleh keturunan mumi Pumo yaitu Eligius Mabel, yang juga kepala suku Abuluknae.

Untuk menuju Kampung Adat Mumi Pumo, dari Jalan Trans Tolikara, tinggalan megalitik batu asah berada, harus jalan kaki sekitar 2 kilometer menyusuri kebun milik warga, kemudian dilanjutkan dengan menyeberangi Sungai Baliem.

Mumi Pumo saat ini tersimpan baik dalam kotak penyimpan terbuat dari kayu, kotak berisi mumi ini disimpan di dalam honai khusus, honai adalah rumah tradisional untuk laki-laki di Lembah Baliem.Mumi Pumo di Kampung Wogi, Distrik Silokarnodoga, Kabupaten Jayawijaya, Juli 2019. (Dok. Hari Suroto/Balar Papua)

Berita lain tentang peninggalan megalitik dan penelitian arkeologi, bisa Anda simak di Tempo.co.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus