Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Tukang pahat nan super

Industri-industri pesawat terbang, kapal, dll. kini dipermudah dengan mesin-mesin pemahat yang dikontrol oleh komputer, (computerized numerical control=cnc). mempercepat waktu kerja & tingkat ketelitiannya tinggi.

25 Juli 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA beberapa hal yang membedakan industri karoseri mobil dan pesawat terbang. Salah satunya adalah kecanggihan perkakasnya dalam hal ketelitian. Maklum, retak pada tubuh mobil mungkin hanya menyebabkan penumpangnya basah kuyup saat hujan. Tapi retak di tubuh pesawat dapat fatal akibatnya, seperti yang terjadi pada pesawat JAL 123. Hanya gara-gara retak pada sekat di buritan pesawat Boeing 747 itu, lebih dari 500 orang tewas. (TEMPO, 4 Juli 1987). Pentingnya ketelitian inilah yang menjadi penyebab semakin bergantungnya industri pesawat terbang pada perkakas canggih. Dan yang sekarang menjadi ujung tombaknya adalah mesin-mesin pemahat yang dikontrol oleh komputer (Computerized Numerical Control = CNC). Pada dasarnya, sebuah mesin CNC bekerja seperti tangan tukang pahat, yang bergerak sesuai dengan perintah dari otaknya. Dalam hal ini, perintah dari otak digantikan oleh perintah dalam bentuk sinyal-sinyal elektronik dari komputer. Adapun tugas komputer adalah mengubah gambar rancangan seorang insinyur desain menjadi sinyal-sinyal elektronik tadi. Walhasil, fungsi mesin CNC adalah menggantikan keterampilan seorang ahli pahat, yang mengubah sebongkah logam menjadi bentuk semirip mungkin dengan desain yang diminta. Adalah soal kemiripan ini yang menentukan tingkat ketelitian sebuah CNC. Di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) terdapat 37 mesin CNC dengan berbagai tingkat kemampuan dan ketelitian. Tujuh buah di antaranya adalah buatan Cincinnati Milacron, AS, yang paling teliti, dan dijamin maksimum hanya membuat kesalahan 25 mikron (1 mikron = sepersejuta meter) untuk setiap pembuatan 1 meter bahan baku. Ini tak akan dapat disaingi oleh seorang tukang pahat atau tukang bubut yang paling terampil di dunia sekalipun. Wajar kalau Herri Purnomo, Kepala Departemen Fabrikasi IPTN, berkomentar, "Pemakaian mesin-mesin CNC memang tak terhindarkan dalam sebuah industri pesawat terbang." Selain soal ketelitian, kecanggihan sebuah mesin CNC juga ditentukan oleh banyaknya axis yang dimiliki. Semakin banyak axis-nya, semakin rumit bentuk rancang bangun yang dapat dibuat mesin. Jadi, jumlah axis ini analog seperti jumlah persendian yang terdapat pada tangan seorang ahli pahat/bubut. Sebuah mesin CNC yang mempunyai tiga axis berarti mampu membuat bentuk dengan tiga permukaan. "Saat ini di IPTN terdapat mesin-mesin dengan axis satu hingga lima," kata Herri Purnomo yang lulusan sekolah teknik Berlin itu. Artinya, cukup canggih untuk dipercaya Boeing yang -- sejak awal tahun ini -- telah memesan enam komponen bagian sayap Boeing 767 senilai US$ 2 juta. Tapi mesin itu belum secanggih CNC jenis MBP 110 buatan Toshiba, yang dipakai untuk membuat baling-baling kapal selam mutakhir, yang mempunyai 10 axis itu. Adalah akibat penjualan perangkat ini kepada Uni Soviet, 1984, yang menyebabkan hubungan AS-Jepang sempat guncang, dan para wakil rakyat AS mengeluarkan RUU yang memboikot impor barang buatan Toshiba (TEMPO, 11 Juli 1987). Pemerintah Jepang sendiri berdalih bahwa Toshiba Corp. telah memalsukan izin ekspor yang diberikan untuk jenis TDP 70/110 yang cuma mempunyai dua axis menjadi jenis MBP 110 tadi. Kemarahan AS terbit karena dengan mesin canggih ini Uni Soviet akan mampu membuat kapal selam yang lebih sulit dideteksi kehadirannya, dibandingkan model yang ada sekarang, karena semakin halusnya pembuatan baling-balingnya. Tingkat kehalusan yang dihasilkan mesin 10 axis ini tampaknya memang belum dibutuhkan di IPTN. "Mesin yang ada sekarang memadai untuk membuat jenis pesawat yang kami produksi," kata Herri. Untuk membuat CN 235, msalnya. dibutuhkan 40.000 part (bagian kerja) yang terdiri dari 5.000 bentuk yang berbeda. Sebuah part biasanya dibuat dahulu rancangannya pada kertas. Rancangan ini diubah menjadi perintah-perintah pemotongan berupa angka-angka yang direkam pada pita magnetik. Lantas, balok logam yang menjadi bahan baku diletakkan pada tempatnya. Setelah mata bor/bubut/pahat yang sesuai dipasang, mesin dijalankan. Balok logam itu pun akan dipotong-potong sesuai dengan perintah komputer hingga berbentuk seperti pada gambar rancangan. Ini bila semua proses dikerjakan dengan benar. Bila tidak, tentu saja hasilnya akan berbeda, dan perlu koreksi. "Biasanya, dari bahan baku tadi hanya sekitar 10% yang tersisa sebagai part," kata Herri, yang sudah lima tahun bekerja di IPTN itu. Adapun ukuran maksimal part yang bisa dikerjakan di IPTN lumayan juga besarnya: 20 X 2,1 X 0,7 m3. Selain faktor ketelitian, kehadiran mesin CNC juga mempercepat waktu kerja. Herri menyebutkan, perbandingan kecepatan kerja mesin CNC dengan mesin biasa (konvensional) adalah 1: 8. Tetapi seorang operator CNC di IPTN mengatakan bahwa sebelum ada mesin CNC, ia mengerjakan sebuah part selama tiga hari. "Sekarang cuma setengah jam saja," katanya. Kendati demikian 2.000 tenaga di divisi fabrikasi IPTN ternyata tetap kewalahan menghadapi beban kerja yang ada. Padahal, bersama karyawan lain di direktorat produksi yang berjumlah 7.000 orang itu, mereka bekerja 24 jam dalam tiga shift. "Saya memang berharap tak ada tambahan kerja lagi," kata Ir. Djoko Agung Harijadi, dari direktorat produksi. Maklum, untuk memenuhi beban kerja yang ada saja sudah repot. Mungkin, dalam rangka mempertinggi efiensi kerja inilah sebuah seminar tentang mesin CNC diadakan di Bandung pekan ini. Dalam seminar yang diadakan atas kerja sama pihak IPTN, ITB, dan beberapa produsen mesin CNC itu, antara lain dibahas bagaimana memanfaatkan mesin CNC secara maksimal. Maklum, mesin yang sangat terampil itu cukup mahal harganya. Karena itu, kehadirannya diharapkan dapat dioperasikan secara maksimal. Tidak hanya oleh IPTN saja, melainkan juga bidang industri lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus