Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mengubah fungsi organ limpa bisa membantu tikus bertahan dari kerusakan organ hati. Pendekatan ini, jika bisa dilakukan, akan menjadi alternatif dari tindakan transplantasi hati pada manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, dalam perawatannya, orang-orang yang hatinya rusak parah harus menunggu lama hingga organ donor tersedia. Para ilmuwan telah berusaha merekayasa organ hati di laboratorium tapi selama ini pula kesulitan bisa meniru jaringan kerja pembuluh darah yang sangat detil dan kompleks di organ itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lei Dong dari Nanjing University, Cina, dan koleganya lalu penasaran apakah mereka bisa mengubah organ seperti limpa untuk bekerja seperti hati. Manusia diketahui bisa tetap hidup tanpa limpa, sebuah organ yang sudah memiliki jaringan pembuluh darah yang matang.
Untuk menjawab rasa penasaran itu, mereka menyuntikkan limpa tikus dengan substansi biologis untuk membuatnya berukuran lebih besar dan lebih kaku dan lebih mampu mendukung pertumbuhan jaringan baru. Berikutnya, mereka mencangkokkan sel hati ke limpa tersebut untuk melihat apakah sel bisa tumbuh dan terintegrasi dengan pembuluh darah yang ada dan berkembang menjadi jaringan organ hati.
Setelah delapan minggu, sel hati sukses tumbuh di limpa yang berkembang menjadi organ mirip hati, lengkap dengan saluran empedu dan struktur lain seperti yang didapati pada hati yang asli. Organ baru itu juga mampu menjalankan fungsi penting hati seperti metabolisme obat.
Dong dan timnya lalu mengangkat 90 persen organ hati yang asli pada tikus itu untuk melihat apakah organ hati yang dikembangkan dari limpa bisa mengambil alih fungsi. Seluruh tikus dengan organ hati dari limpa itu ternyata mampu bertahan hidup. Bandingkan dengan tikus lain tanpa perlakuan sama yang langsung mati dalam dua hari setelah jaringan organ hatinya diangkat.
“Hasil yang didapat menunjukkan kalau kami berhasil mentrasformasi limpa menjadi organ yang berfungsi sebagai hati,” tertulis dalam laporan yang dibuat.
Pada manusia, limpa bukanlah organ esensial dan mereka mungkin untuk mengangkatnya untuk alasan medis. Dong dan koleganya menduga rekayasa organ itu menjadi hati bisa menolong pengobatan penyakit hati tanpa menyebabkan komplikasi lain.
Namun, Geoff McCaughan dari University of Sydney, Australia, mengingatkan kalau hati dari limpa tidak bisa menjalankan seluruh fungsi hati aslie karena sirkulasi darah keduanya yang berbeda. “Sebagai contoh, satu fungsi hati adalah mencuci darah yang datang dari portal vena (pembuluh darah balik), tapi limpa tak memiliki akses langsung ke vena ini,” katanya.
Masalah lain diungkap Eric Lagasse dari University of Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat. Menurutnya, orang dengan gangguan parah pada organ hati biasanya limpanya juga rusak. “Karena itu butuh dipastikan lagi apakah pendekatan itu bisa diterapkan pada manusia, atau jangan-jangan menjadi sangat mahal,” katanya.
Faktanya, Lagasse dan timnya telah lebih dulu menunjukkan kalau organ mirip hati bisa ditumbuhkan pada jaringan limfosit. Mereka berharap bisa mengujinya pada manusia sesegera mungkin. “Pemikiran untuk mengubah fungsi organ terdengar masih jauh saat ini, tapi yang jelas tak lagi aneh,” katanya.
NEWSCIENTISTS