Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UFO (unidentified flying object) alias benda nir-i-den-titas yang terbang di la-ngit bukanlah pesawat lu-ar- angkasa yang mengangkut- mak-hluk asing dari planet- di lu-ar bumi. Sebuah studi De-par-temen Pertahanan Ing-gris menyimpulkan bahwa- UFO sebenarnya adalah meteor- dan efek yang ditimbul-kan-nya- saat bersentuhan -dengan at-mosfer bumi.
Kesimpulan itu disusun ber-dasarkan hasil studi sejak- 1996 sampai 2000. Laporan i-ni sebenarnya rahasia dan ba-ru bisa dipublikasikan be-be-rapa hari lalu, setelah Da-vid- Clarke dari Universitas Sheffield Hallam, Inggris, me-min-ta kepada pemerintah Ing-gris. Menurut undang-un-dang kebebasan informasi- yang baru disahkan di Ing-gris-, rakyat boleh tahu soal- ini.
Laporan itu mengatakan, me-teor yang bersinggungan de-ngan atmosfer bumi mem-per-lihatkan efek yang be-ra-gam, antara lain menim-bul-kan cahaya seolah-olah se-per-ti pesawat terbang. "Buk-ti-bukti yang ada men-du-kung tesis bahwa kejadian i-tu kebanyakan terkait de-ngan- fenomena fisika-, elektris-, dan mag-netis di lapisan udara di atas bumi, yakni atmosfer, mesosfer, dan ionosfer," demikian ke-simpulan laporan tersebut, seperti dikutip jurnal Science.
Lalu bagaimana dengan makhluk luar angkasa yang kerap diwujudkan sebagai manusia hijau pendek? Lapor-an itu menegaskan bahwa itu hanya semacam "halusinasi-" si pengamat yang otaknya terkena dampak dari fenomena fisika, elektris, dan magnetis tadi.
Membaca Hujan dengan Ponsel
Sinyal telepon seluler (pon-sel) ternyata bisa di-pa-kai untuk menentukan- po-la curah hujan. Inilah te-muan tim ilmuwan dari Uni-ver-si-tas Tel Aviv, Israel. Teo-ri- dasarnya, kata Profesor Mes-ser-Yaron, salah seorang anggota tim, kekuatan- si-nyal e-lektromagnetik bi-a-sa-nya- -ter-pe-ngaruh oleh bebe-rapa jenis cu-aca atau tingkat curah hu-jan-. Efek ini bisa disaksikan da-lam siaran televisi kabel. "Gam-bar siaran televisi ka-bel- biasanya sedikit tergang-gu- saat di luar terjadi badai a-tau hujan yang amat deras," ka-ta Yaron.
Para peneliti itu lalu me-ngumpulkan dan menganali-sis data yang dikumpulkan -da-ri stasiun-stasiun pe-man-car- mi-lik operator seluler di seki-tar- Tel Aviv, Haifa, dan Yeru-sa-lem. Di pemancar ini bia-sa-nya operator memonitor- ku-alitas sinyal di segala- -cu-aca-. Bila cuaca buruk, -bia-sa-nya sinyal drop. Jumlah pe-nu-runan kualitas sinyal ini di-pakai para peneliti seba-ga-i indikasi seberapa tinggi cu-rah- hujan yang turun. Saat da-ta ini dibandingkan de-ngan- data dari radar dan pengukur hujan, ternya-ta- cocok. Ini bisa jadi alat pemantau hujan yang murah.
Sabuk Bukit Pasir di Titan
Dalam satu dekade ter-akhir ini, ilmuwan yakin bahwa kawasan ekuator- yang bak sabuk gelap di Ti-tan--bulan milik planet Sa-tur-nus-adalah samudra ca-ir. Tapi sebuah misi luar ang-kasa kerja sama Universi-tas- Arizona Amerika Seri-kat-, Badan Antariksa Ameri-ka- Serikat (NASA), serta Ba-dan Antariksa Eropa dan I-ta-lia, membuktikan bahwa ka-wasan itu adalah "lautan" pa-sir.
Misi itu membawa pulang- foto-foto yang diambil dari pesawat luar angkasa Cassini yang terbang di dekat Titan pada akhir Oktober tahun lalu. Foto itu memperlihatkan gambar bukit-bukit pasir- yang tingginya- 100 meter atau sama dengan- panjang la-pangan sepak bola- yang ditegakkan. Bukit-bukit pasir ini berbaris se-panjang ratusan mil di ekuator Titan. Bukit itu diper-kirakan terbentuk karena daya tarik (gravitasi) Saturnus yang sa-ngat besar. Itulah sebabnya, bukit pasir di Titan itu terbentuk memanjang meng-ikuti garis ekuator.
"Satu bukit pasir panjangnya bisa 1.500 kilometer," kata Ralph Lorenz dari Laboratorium Bulan dan Planetarium Universitas Arizona, seperti- ditulis jurnal- Science. -Foto itu, kata Lorenz, memperlihatkan Titan mirip dengan gurun pasir di Namibia atau Arab. Tetapi atmosfernya le-bih tebal dari bumi dan gravitasi-nya lebih rendah. Jenis pasirnya juga ber-beda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo