Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) merancang teknologi berbasis tumbuhan mikroalga yang diklaim bisa mengurangi produksi karbon atau CO2 di ruang terbuka. Konsep pohon mikroalga atau ‘algaetree’ itu dikembangkan bersama startup PT Algatech Nusantara, kemudian menghasilkan purwarupa produk bernama Microforest 100.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mikroalga adalah tumbuhan air yang sering dimanfaatkan sebagai penyerap CO2. Gas emisi itu diproses melalui metabolisme yang melibatkan protein, lemak, dan karbohidrat dalam jumlah besar. Tanaman ini menarik perhatian para peneliti lantaran bisa bertahan hidup di daerah berpolusi, suhu ekstrem, bahkan udara beracun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua peneliti UGM yang juga terpikat pada mikroalga adalah Guru Besar Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM, Profesor Arief Budiman, serta Dosen Fakultas Biologi UGM, Eko Agus Suyono. Keduanya merupakan Peneliti Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUIPT) Microalgae Biorefinery UGM.
Eko menyebut mikroalga juga berpotensi dikembangkan menjadi produk olahan lain, seperti bahan bakar bioenergi. Artinya, peran tanaman ini tidak hanya sebagai penyerap karbon, namun juga energi alternatif. “Sehingga pengurangan emisi karbon dapat berlangsung secara masif dalam mengatasi perubahan iklim,” katanya, dikutip dari ulasan di laman resmi UGM, Rabu, 26 Juni 2024.
Alat Microforest 100 pertama kali diperkenalkan di Masjid Raya Syeikh Zayed di Solo pada 17 Juni 2024. Chief Executive Officer (CEO) Algatech Nusantara, Rangga Whisesha, mengatakan instalasi setinggi 2 meter itu berfungsi untuk menyerap karbon di udara. “Dengan teknologi fotobioreaktor,” kata Rangga.
Dalam proyek algae tree tersebut, Rangga menyebut entitasnya menambah beberapa fitur pelengkap seperti desain, fabrikasi, dan alat-alat sensor kondisi kultivasi. Perusahaan rintisan itu melengkapi Microforest agar bekerja secara maksimal.
Menurut Rangga, Microforest 100 akan menyerap CO2 dalam jumlah besar, bahkan setara dengan lima pohon dewasa berumur sekitar 15 tahun. Pada dasarnya, mikroalga dapat menyerap karbon 30-50 kali lipat dibanding tanaman darat.
Masjid Raya Syeikh Zayed yang sering ramai pengunjung dianggap cocok menjadi lokasi pemasangan perdana alat. Tempat ibadah itu bisa menerima puluhan ribu pengunjung setiap hari. Bila efektif menyerap karbon dalam jumlah besar, Microforest 100 akan ditawarkan ke masjid besar lainnya.