DUNIA astronomi menyambut pergantian tahun 1984-1985 sebagai awal sebuah kerja sama internasional. "Inilah riset patungan terbesar sepanjang sejarah astronomi," tulis Rudof Merget dalam jurnal Frankfurter Rundschau. Riset itu bertujuan menyongsong komet Halley, yang akan kembali melintasi bumi, Maret 1986. Halley memang bukan komet sembarangan. Inilah komet pertama yang "kunjungan"-nya bisa diramalkan. Juga komet paling besar dan paling terang yang pernah dicatat manusia. Kunjungannya terakhir, 1910, masih bisa diikuti teleskop berdaya besar hingga akhir 1982. Secara tetap, komet ini sudah diamati para astronom sejak 466 SM. Bahkan ada yang berspekulasi, komet ini jugalah yang ditafsirkan sebagai "Bintang Betlehem" - cahaya terang yang membimbing tiga orang Majus ke kandang kelahiran Yesus pada peristiwa Natal. Dinamakan menurut perancang peta kunjungannya yang pertama, Sir Edmund Halley, "bintang berekor" ini melintasi bumi setiap 76 tahun. Tetapi, Program Pengamatan Halley Internasional baru didirikan setelah konperensi Perserikatan Astronomikal Internasional di Patras, Yunani, 1982. Program ini diawasi bersama oleh Laboratorium Daya Pancargas di Pasadena, California, dan Observatorium Remeis di Bamberg, bagian dari Universitas Erlangen-Nuremberg, Jerman Barat. Kini, yang menggembirakan - bahkan mengejutkan - para ilmuwan Barat ialah kesediaan Uni Soviet menggalang kerja sama internasional itu. Desember lalu, mereka meluncurkan Vega-1 dan Vega-2, pesawat angkasa yang bakal mencegat Halley pada 6 dan 9 Maret 1986. Pesawat itu lebih dulu akan mendaratkan stasiun-stasiun otomatis dan balon pengamat di planet Venus. Soviet bahkan meminta bantuan AS bagi kelancaran ekspedisi itu. "Inilah kali pertama mereka meminta bantuan navigasi di ruang angkasa," ujar seorang ahli AS di konperensi Halley di Kagoshima, Jepang, tahun lalu. Konperensi itu dihadiri NASA (AS), ESA (Eropa Barat), dan ISAS aepang). Soviet diwakili Intercosmos, organisasi penghubung Blok Timur. Vega, yang dilengkapi kamera TV, akan mencatat muatan fisik komet tersebut, berikut buntut dan kandungan yang terdapat di dalamnya. Pihak Soviet sudah berjanji kepada para ilmuwan AS, Eropa Barat, dan Jepang, untuk mempertukarkan semua data yang mereka peroleh. Termasuk potret-potret yang dibuat ketika Halley melintas dalam kecepatan 225.000 km per jam. "Eropa Barat sendiri menyiapkan proyek Halley dengan nama sandi Giotto," ujar sebuah sumber di Pusat Operasi Antariksa Eropa di Darmstadt, Jerman Barat. Proyek ini melibatkan pesawat angkasa buatan Inggris, yang akan diluncurkan dengan roket Ariane Prancis, Juli nanti. Jepang bulan ini akan meluncurkan satelit MS-T5, yang akan disusul satelit Planet A, tujuh bulan kemudian. Keduanya akan mengamati selimut gas yang membungkus nukleus Halley, lapisan yang biasa disebut "koma". Tetapi, kedua satelit Jepang itu hanya akan menyimak Halley dari jarak 100.000 km. Berbeda dengan Soviet, yang mendekatinya hingga 10.000 km, atau Giotto, yang sampai 500 km. Hanya AS yang tampaknya agak menghemat. Mereka tidak menyiapkan proyek satelit. Dari pesawat ulang-alik, mereka merencanakan pengamatan teleskopis terhadap koma hidrogen di dalam spektrum ultraviolet Halley. Mereka juga akan ambil bagian dalam jaringan stasiun observasi bumi, yang dalam skala dunia akan mengamati lintasan bintang yang memiliki "ekor" sepanjang 100 juta km itu. Usaha besar ini diharapkan bisa menjawab dua teori asal usul komet yang belum bisa didamaikan sampai sekarang. Yang pertama mengatakan, komet ditarik dari ruang antarbintang oleh sistem gravitasi matahari. Teori kedua bertahan menyimpulkan, komet berasal dari medan antariksa yang lebih jauh, bersamaan dengan terbentuknya sistem matahari, sekitar 4,6 milyar tahun lalu. Kalau riset kali ini gagal memecahkan pertanyaan ini, manusia harus menanti 76 tahun lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini