Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk urusan artefak-artefak emas di Jawa, arkeolog John Norman Miksic adalah ahlinya. Ia pernah menulis buku Old Javanese Gold, yang menganalisis berbagai temuan perhiasan, patung, dan arca emas dari Jawa era ratusan tahun lalu.
John terkejut mendengar kabar pencurian koleksi Sonobudoyo. Museum ini cukup diakrabinya, karena pada 1979 sampai 1985 ia mengajar di Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada. Tapi ia juga sangsi topeng emas yang hilang ada kaitannya dengan Majapahit. Wartawan Tempo Pramono mewawancarai arkeolog yang kini menjadi guru besar program studi Asia Tenggara Universitas Nasional Singapura ini.
Benarkah ada topeng emas pada zaman Majapahit?
Saya baru pertama kali dengar ada topeng emas Majapahit. Ada topeng emas Jawa, tapi biasanya dari zaman prasejarah. Kalau ada, barang itu langka sekali.
Apa ada catatan sejarah tentang topeng emas pada era Majapahit?
Di dalam Negarakertagama, sumber utama mempelajari Majapahit, tak disebutkan soal topeng. Jadi tak ada bukti tertulis.
Berarti topeng emas di Museum Sonobudoyo bukan dari zaman Majapahit?
Saya pernah ke sana. Seingat saya ada patung perak. Kalau topeng emas, saya tak melihatnya.
Apakah ada kemungkinan topeng itu milik Hayam Wuruk?
Tidak. Memang ada semacam topeng dari Trowulan dan dianggap sebagai topeng wajah Gajah Mada. Mungkin saja wajah Gajah Mada seperti itu, tapi itu pun terbuat dari tanah liat dan menggunakan cetakan. Tidak terbuat dari emas.
Adakah tradisi membuat topeng emas di Indonesia?
Ada, pembuatannya hampir di seluruh Jawa. Setelah zaman prasejarah, tradisi pembuatan topeng emas dilanjutkan di Jawa Timur. Pernah ditemukan emas, mata uang Cina di kubur peti batu di Bondowoso.
Sebenarnya apa fungsi topeng emas?
Pada zaman prasejarah, di daerah Austronesia, seperti Indonesia dan Filipina, ada kepercayaan soal arwah. Pertama, arwah bisa melindungi anak-cucunya. Kedua, arwah juga bisa marah dan membalas dendam. Kalau mata, mulut, dan hidung ditutup topeng, arwah orang mati tak bisa menemukan jalan kembali ke dunia ini sehingga tak bisa mengganggu yang masih hidup. Tapi penggunaannya terbatas pada kaum elite, bangsawan, dan hanya pada zaman prasejarah. Sampai abad ke-15, di Sulawesi Selatan masih dianut kebiasaan ini.
Fungsi lain?
Topeng emas bisa digunakan untuk tarian. Tapi umumnya dari kayu. Mungkin saja pernah dibikin dari benda logam, seperti emas, karena kayu cepat lapuk. Ada sebuah candi di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yang menggambarkan upacara dilakukan oleh orang bertopeng. Tapi bahan topeng itu tidak diketahui. Bisa saja dari kulit hewan atau kayu. Biasanya topeng digunakan di candi untuk upacara. Di Tibet, misalnya, ada penganut Buddha yang menggunakan topeng untuk menari dalam upacara agama.
Anda pernah mengadakan pameran Emas Jawa Kuno di Singapura. Apa ada topeng emas yang dipamerkan?
Iya, pada 1990. Salah satunya memang topeng emas. Ada juga cincin, patung, dan wadah seperti mangkuk yang diukir. Ada juga liontin emas dengan hiasan batu mulia. Sebagian besar milik Museum Nasional Singapura, tapi ada juga milik warga negara Kanada.
Ada perhiasan dari zaman Majapahit?
Sedikit dari zaman Majapahit, mungkin 10 atau 15 dari 300-an barang yang dipamerkan. Kebanyakan dari zaman Mataram kuno abad ke-8 sampai ke-10. Kami membelinya dari pedagang antik di Singapura.
Produk Majapahit memang dicari di Singapura?
Tidak hanya di Singapura, tapi umumnya dunia mencari koleksi Majapahit karena termasuk langka. Dulu, sebelum 1990-an, marak perdagangan barang kuno dari Indonesia.
Bagaimana sekarang?
Sejak di Indonesia berlaku undang-undang perlindungan koleksi kuno, tak terlalu banyak. Kalau ada yang mencari, kebanyakan individu dan diam-diam. Dari situ saja bisa terlihat Indonesia sebenarnya merupakan khazanah benda seni bernilai tinggi yang tak tertandingi, terutama benda emas yang halus dan beraneka ragam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo