Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

<font size=2 color=#CC0000>Nelofer Pazira:</font><br />Saya Hanya Menyajikan Kenyataan

23 Agustus 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perempuan Afganistan yang lahir di India 37 tahun lalu ini menghabiskan masa kecil dan remajanya di Kabul, Afganis tan. Bersama keluarganya, Nelofer kemudian hijrah ke Kanada. Tapi kenang annya tentang Afganistan dengan segala persoalan yang membelitnya, terutama ketidakadilan pada kaum perempuan, terus mengendap di kepalanya.

Di sela-sela jadwalnya yang padat di Jakarta, Nelofer meluangkan waktu berbincang-bincang dengan Tempo tentang film barunya.

Apakah film Act of Dishonour berdasarkan kisah nyata?

Cerita film ini terinspirasi oleh cerita teman saya di Kabul. Dia sedang membuat film pendek di sana. Teman saya mengajak seorang perempuan Afganistan berusia pertengahan untuk bermain di filmnya. Suami si perempuan, saat itu, sedang dikirim ke Pakistan. Ketika film sedang dibuat, sang suami kembali ke Kabul. Dia sangat marah mendengar cerita dari para tetangganya bahwa istrinya terlibat dalam pembuatan film. Dia lalu membunuh istrinya.

Teman saya di Kabul sangat terkejut. Bayangkan, artis yang bermain di filmnya terbunuh. Mendengar cerita tersebut saya sangat syok, bagaimana mungkin orang bisa membunuh hanya karena persoalan itu. Saya memang tahu orang-orang di sana sangat konservatif tapi tidak mengira sekejam itu.

Apakah sulit mencari pemain perempuan di Afganistan?

Ya. Saya perlu waktu lama untuk mencari para pemain perempuan di luar pemain utama. Sebenarnya banyak perempuan Afganistan yang berminat tapi tidak diperbolehkan oleh keluarga mereka. Selain itu, masyarakat di sana masih menganggap perempuan yang terlibat dalam industri film, entah layar lebar entah serial televisi, bukan perempuan baik-baik.

Saat ini sebenarnya perkembangan televisi di Afganistan cukup baik. Banyak stasiun televisi yang membuat serial televisi, drama, dan film. Hal ini memberikan peluang bagi kaum perempuan untuk menunjukkan kemampuan mereka di depan kamera. Tapi tetap saja profesi ini belum diterima luas di masyarakat. Menjadi penyiar radio di sana lebih diterima karena hanya suaranya yang terdengar.

Di mana lokasi pembuatan film ini?

Proses pengambilan gambar dilakukan di wilayah perbatasan Afganistan dan Tajikistan. Sebagian gambar diambil di wilayah Tajikistan, sebagian lagi di Afganistan. Satu scene diambil di Kabul. Saya ingin menampilkan gambar seotentik mungkin, karena film ini bercerita tentang kehidupan di Afganistan utara.

Dalam salah satu adegan, pemeran ayah digambarkan berkunjung ke perbatasan Tajikistan untuk berdagang, sehingga kami harus mengambil gambar di sana. Saya juga harus meminta izin kepada petugas keamanan di wilayah selatan Afganistan untuk mengambil gambar di sana karena, sesuai dengan skenario, ada beberapa scene yang memperlihatkan pemandangan di wilayah tersebut.

Anda banyak menggunakan tenaga nonprofesional dalam film ini. Tidakkah ini menjadi persoalan tersendiri?

Film ini melibatkan tenaga profesional dan nonprofesional. Saya sendiri membawa dua pemain film profesional dari Kanada. Tapi pemain utama pe rempuan, Marina Golbahari, meskipun sudah pernah bermain dalam sebuah film sebelumnya, bukan pemain profesional, dalam arti pernah mengecap pendidikan akting di teater atau sekolah film. Sebagian besar malah belum pernah berakting di depan kamera sebelumnya.

Memang tidak mudah. Ini adalah film dengan bujet rendah, waktu terbatas, dengan aktris nonprofesional. Perlu metode berbeda untuk bekerja dengan mereka. Saya harus berhati-hati dalam proses pengambilan adegan atau scene. Perlengkapan yang kami miliki juga amat terbatas. Kami bahkan tidak punya backlighting sehingga terpaksa menggunakan lentera dan lilin. Tapi, sebagai sutradara, ini justru tantangan bagi saya. Beruntung, orang-orang di sana sangat kooperatif.

Apa rencana Anda selanjutnya?

Saya sedang menyiapkan skenario film. Teman-teman saya sering bertanya kenapa saya selalu membuat film sedih. Saya bilang saya hanya menya jikan kenyataan yang ada. Selanjutnya, saya akan membuat film komedi. Tapi komedi yang serius. Masih tentang Afganistan. Saya harap nantinya akan menjadi film komedi yang menarik, mungkin black comedy.

Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus